Jesi 18 • Bad News is Good News

38K 5K 94
                                    

LAKUKAN LAMARAN VIA LIVE INSTAGRAM, PASANGAN SELEBRITAS DAN POLITIKUS INI KEJUTKAN SEMUA ORANG

LAGI-LAGI HEBOHKAN PUBLIK: PASANGAN TALISA JESI DAN LEONARDO RIZAL KEJUTKAN SEMUA ORANG

SEMPAT LAKUKAN LIVE INSTAGRAM SAAT SEDANG DI BURU MEDIA, PASANGAN JESI DAN RIZAL KEMBALI TUNAI PERHATIAN USAI LAKUKAN LAMARAN MENDADAK DI INSTAGRAM

Aku benar-benar tidak habis pikir dengan dampak perbuatan Mas Rizal kemaren malam. Impact- nya sungguh luar biasa hingga membuatku harus geleng-geleng kepala.

Tidak hanya fyp di tiktok seperti dugaanku, kejadian ini juga juga jadi trending twitter dan banyak di perbincangkan di instagram. Puluhan akun besar meng-upload cuplikan live itu dengan berbagai caption yang selalu ramai komentar hingga mencapai ribuan.

Aku meletakkan ponselku di atas meja lalu menoleh ke arah laki-laki yang kini sedang asyik menikmati sepiring nasi gorengnya. Menikmati sarapan tanpa beban sama sekali seolah tidak tahu apa yang sedang terjadi di luar sana.

"Mas Dimas kemana sih, Mas?" Aku bertanya pada Mas Rizal karena heran kenapa ajudan kepercayaannya itu belum juga muncul ketika tuannya sudah menetap di sini beberapa hari.

Biasanya Mas Dimas akan selalu muncul untuk menyuruh Mas Rizal pulang karena khawatir akan ada gosip yang tidak sedap jika keberadaannya sudah terendus media.

"Kamu nggak seneng aku di sini?" Nah kan nah kan, bukannya menjawab pertanyaanku dengan benar dia malah menuduhku bahwa aku tidak menyukai keberadaannya di sini.

Fyi, Mas Rizal memang sejak pagi tadi terlihat lebih cuek daripada hari sebelumnya. Dia bahkan tidak berbicara jika tidak penting, dan juga tidak menggodaku seperti apa yang dia lakukan sebelumnya.

Aku tidak tau kenapa tapi sepertinya dia sedang merajuk dan menunjukkan bahwa dia sedang marah akibat aku yang menggantung pertanyaannya yang mengajak menikah kemaren malam.

Oh ayolah ....
Ini sebuah pernikahan kalau dia lupa. Sebuah hal yang paling tidak bisa diputuskan dengan asal-asalan karena tidak hanya berkaitan dengan kami berdua tetapi juga dua keluarga besar.

Apalagi dengan status  pekerjaan kami sekarang, tentunya hal ini menjadi lebih rumit karena sekecil apapun langkah yang nantinya akan kami ambil semuanya akan selalu diperhatikan oleh media.

"Kamu kenapa?"

Dia mendongak ke arahku dan mengendikkan bahu. "Nggak papa.

"Terus kenapa diem aja daritadi?"

"Kan lagi makan..." Jawabnya cuek.

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi karena alasan yang dia berikan memang masuk akal. Hanya saja aku tahu pasti bahwa itu bukan alasan yang sesungguhnya karena dia pasti sedang menuntutku untuk memberikan jawaban.

Aku mengambil napas panjang. Setelah berbicara dengan mama tadi aku memang sudah memutuskan apa yang akan aku putuskan atas masalah ini. Umurku sudah tidak lagi muda dan tentunya juga tidak ada lagi yang ingin aku kejar selain membangun keluarga kecil seperti apa yang aku impikan sejak dulu.

Aku tahu pasti jika aku mengatakan iya maka semuanya akan langsung berubah dalam sekejap mata. Semua hal yang aku lakukan menjadi tidak hanya tentang aku karena akan berpengaruh pada Mas Rizal dan juga keluarga besarnya yang terhormat itu. Bahkan aku juga harus siap jika orang-orang mulai mencari latar belakangku yang biasa saja dan jauh dari kata eksklusif atau sebagainya.

Tapi jika aku memilih menunda atau mundur bukankah hanya akan memberikan penyesalan di akhir saja?

Aku meletakkan sendok ku karena sudah merasa tidak minat melanjutkan makan. "Jadi mau kapan?" Tanyaku sembari menoleh ke arahnya yang masih sibuk melihat nasinya yang tinggal sedikit.

"Kemana?" Ku lihat Mas Rizal kembali mendongak dan mengerutkan dahinya.

"Rumah." Jawabku singkat, padat dan jelas.

"Rumah siapa?"  Aku benar-benar geregetan karena dia seolah-olah tidak paham dengan maksudku.

"Rumahku."

"Ngapain?"

"Kamu nggak mau ngelamar aku secara resmi sebelum nikahan?" Tanyaku yang langsung membuat gerakan tangan Mas Rizal yang memainkan sendok terhenti.

"Kamu..." Aku mengangguk sembari tersenyum.

"Serius?" Lagi-lagi aku mengangguk.

Kini wajah  Mas Rizal sudah berganti seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Wajahnya sudah secerah matahari di tengah hari dan senyumnya juga tidak juga luntur sedari tadi aku menganggukan kepala.

"Sebentar, Mbak." Kini aku yang gantian mengerutkan dahi karena tidak paham dengan maksudnya.

"Aku selesein makan dulu .." lanjutnya yang lagi-lagi membuatku semakin bingung.

"Emang mau kemana Mas cepet-cepet?"

Mas Rizal mengangkat tangan kirinya yang tidak memegang sendok sebagai sebuah tanda bahwa aku harus menunggu sebentar karena dia belum bisa menjawab pertanyaanku.

Mas Rizal menarik gelas berisi air mineral yang ada di hadapannya, meneguknya sedikit dan kembali menatap ke arahku. "Kamu kan tadi nanya kapan..."

"Ini abis aku selesein makan kita langsung otw ke rumah kamu, Mbak."

"Ha?" Kini aku hanya bisa mengedip-ngedipkan mata tidak percaya karena tidak menyangka dia akan segercep ini.

Benar-benar keputusan yang super instan dengan tingkatan premium yang membuatku tidak bisa berkata apa-apa lagi.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang