Jaehyun yang awalnya mengubur wajahnya pada perut Taeyong, menoleh pada wajah Taeyong seketika, menatap Taeyong yang juga menatapnya, sedikit terkejut dengan pertanyaan Taeyong.

"Hmm. Tentu saja pernah, tapi itu sudah terlalu lama. Aku mengikhlaskan kepergiannya sudah sejak lama. Bagaimanapun aku harus melanjutkan hidupku." sahutnya, walau dengan perasaan sedikit bingung.

Taeyong memainkan rambut Jaehyun yang masih rapi, "Ini hanya misal. Jika dia datang, dan ternyata masih hidup. Apa yang akan kau lakukan?" pertanyaan Taeyong kembali membuat Jaehyun mengernyit.

Berdehem pelan, Jaehyun merasa ingin menjawab pertanyaan Taeyong. "Aku selama ini menganggap Ibuku sudah meninggal. Jika dia datang secara tiba-tiba, itu mungkin akan membuatku bingung." helaan nafas terdengar dari mulut Jaehyun.

Tak tahan menahan rasa penasaran, Jaehyun memutuskan untuk bertanya. "Kenapa kau bertanya seperti itu?" Taeyong diam tak meresponnya untuk beberapa saat.

"Aku hanya berharap Ibumu masih hidup, mungkin itu terasa lebih mudah." Taeyong berujar pelan, dengan sorot mata menyendu.

Jaehyun menatap pahatan wajah indak milik Taeyong dari bawah, "Apa semuanya berat bagimu?" tanyanya, mengelus pipi mulus Taeyong lembut.

"Jujur iya, aku tak punya orangtua lagi. Dan sekarang orangtuamu hanya Ayahmu, bahkan aku tak pernah bertemu dengannya. Yang kupunya hanya Mark dan kau." ucap Taeyong, memaksakan senyuman tipis muncul dibibirnya.

"Kita juga akan menikah sebentar lagi." sambungnya seraya menatap jarinya yang melingkar cincin lamaran Jaehyun kemarin.

Jaehyun diam, Ayahnya ya? Jaehyun lupa jika dirinya harus membawa Taeyong dan Mark kehadapan pria itu cepat atau lambat, Jaehyun sebenarnya cukup takut. Dirinya pernah membawa Taeyong kehadapan Ayahnya tapi pria itu menolaknya mentah-mentah.

Bahkan setelah itu tak lama Taeyong menghilang dari hidupnya, Jaehyun benar-benar mengamuk pada Ayahnya dan menuduh pria itu yang melenyapkan Taeyong, karena Jaehyun tau betapa kejamnya Yunho. Tapi pria itu tak pernah mengaku dan Jaehyun tak punya bukti apapun.

Untungnya sekarang Taeyong tak ingat sama sekali tentang itu, tapi tetap saja. Jaehyun tak akan pernah menginginkan itu terulang. Atau dirinya akan benar-benar gila jika Taeyong pergi lagi.

"Aku ingin membawamu menemui Ayahku, tapi dia sedang di Amerika." ucap Jarhyun, terdengar begitu ragu.

Taeyong menatap Jaehyun yang menegakkan tubuh, "Aku takut." ucapnya, "Aku takut jika Ayahmu tak bisa menerima Mark dan aku. Lalu bagaimana dengan kita?" Jaehyun bisa merasakan bagaimana takutnya perasaan Taeyong. Sebenarnya tak jauh berbeda dengan Jaehyun.

Jaehyun menangkup wajah Taeyong, "I'll always choose you, no matter what happen between us." ujarnya yakin, bagaimanapun takutnya Jaehyun dengan Ayahnya dirinya tak akan pernah lelah untuk memilih Taeyong untuk menjadi pendamping selama sisa hidupnya.

Bibir Taeyong bergetar, mata mulai membendung sekelompok air mata yang tergenang. "If something happened between us, i'll choose Mark. Because he's our son, I have to think about him first." sahut Taeyong, air matanya menetes perlahan.

Jaehyun mengangguk paham, Mark yang utama. Jika dirinya adalah Taeyong, Jaehyun juga akan memilih Mark. Sudah tugasnya menjaga Putra mereka, sedangkan Jaehyun akan menjaga keduanya walau sebanyak apapun luka yang menghadang mereka. "I'm in charge keeping both of you with me. Don't scared, i'm here."

Taeyong mengangguk, "I trust you, Jaehyun." Jaehyun menghapus air mata Taeyong lalu memeluk tubuh mungil itu, berusaha menenangkan bahwa dirinya akan selalu ada menjaga dirinya dan Putra mereka nanti.

Forever Is You (JAEYONG) ✔️Where stories live. Discover now