28 ◕ Hesitation (🇮🇩 Vers)

Start from the beginning
                                        

Sehun menatap gelas kaca diatas meja, lalu menariknya dan melemparnya ke dinding dan membuatnya pecah berkeping-keping. Suaranya nyaring. Derap langkah diluar terdengar,

Pintunya dibuka, Sehun menatap sang ayah yang menatapnya panik lalu berlari menuju tas kecil yang digantung, menghampirinya dengan alat bantu nafas yang ternyata berada disana.

Ia memberikannya pada Sehun. Sehun memakainya, belum kembali normal nafasnya, tubuhnya digendong oleh sang ayah dan di dudukkan diatas pangkuannya.

Kris memeluk Sehun dengan erat. Ia mengusap punggungnya, mengecupi kepalanya. Membisikkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Dan sepertinya hal itu berhasil, karna nafas Sehun menjadi lebih tenang. Tubuhnya hanya sesekali terguncang. Kris tersenyum tipis dan mengecup pucuk kepala putranya.

Setelah dirasanya tubuh Sehun tak lagi terguncang, ia membaringkan Sehun kembali di kasur. Sehun kecil menatapnya dengan mata merahnya yang berair.

“Aku—

“Hm?”

“Hiks.. Papa, Hunnie takut”

Ia kembali menangis. Kris menariknya dan memeluknya dengan erat. Ia mengecup pucuk kepala putranya dengan sayang. “Papa disini…” ucapnya menenangkan sang putra semata wayang.

“Papa…”

“Hm?”

“Hunnie takut”

“Papa disini, masih takut?” tanya Kris. Pikirnya Sehun ketakutan karna ini tempat baru baginya.

“Hunnie memimpikan Chanyeol”

“Bad dream?”

“Eung”

Sehun memainkan kancing piyama ayahnya. Dilemma dirasakan mendera hatinya. Pilihan cerita atau tidak cerita mengganggunya. Sehun khawatir jika ia cerita, ayahnya akan mengajaknya mundur dan kembali ke Guangzhou,

Namun Sehun pikir, ia sungguh ketakutan. Ia ingin menceritakan ketakutannya pada seseorang.

“Mau telfon mama dan cerita dengannya?”

Sehun menatap ayahnya, “Mama? Mama Luna?” tanyanya yang dijawab anggukkan oleh Kris.

“Sudah malam, mama pasti—

“Papa baru berkirim pesan dengannya, dia menanyakanmu”

Sehun mengangguk. “Mama… Hunnie ingin bicara dengan mama”

Kris tersenyum. Ia mendial nomor Luna, sambil menunggu ia mengusap kepala Sehun. “Ingat paru-paru mu belum pulih total, jangan menangis sampai sesenggukkan ya.. kalau sesak langsung pakai alat bantu nafas”

Sehun mengangguk. Luna mengangkat telfon, nada khawatir terdengar dari sebrang telfon.
  

“Kris? Ada apa? Sesuatu terjadi pada Sehun?”

“Ya, dia ingin bicara”

“Baik, berikan telfonnya”

Kris memberikan ponselnya pada Sehun lalu ia beranjak keluar meninggalkan kamar Sehun. Tidak berkeinginan untuk menguping, ia melangkah menuju ruang kerjanya untuk mengerjakan pekerjaannya.
 
   

“Mama”

“Ya sayang? Ada apa?”

“Hunnie—hiks, Hunnie mimpi buruk”

Sehun menangis, ia menceritakan mimpinya dan ucapan Chanyeol yang menyakitkan dalam mimpinya. Wajah Chanyeol yang menangis sesenggukkan. Sesekali ia menggunakan alat bantu nafasnya karna sesak, lalu menangis dan melanjutkan kembali ceritanya.
   

Luna mendengarkan tanpa memotong cerita putranya yang sangat  sakit didengarnya. Bagaimanapun, Luna mencintai Kris. Namun Kris dan anaknya, sama-sama menyukai Chanyeol dan menyayangi Chanyeol. Bahkan Sehun kecil, yang tak pernah bertemu dengan Chanyeol dapat jatuh hati dengannya.

Luna tahu dengan jelas wajah seperti apa yang Kris buat ketika ia menceritakan Chanyeol atau ketika ia mengingat sesuatu tentang Chanyeol.

Kris yang indah menjadi jutaan kali lebih indah ketika ia mengingat kekasih hatinya. Dan itu sangatlah menyakitkan karna Luna menjadikan Kris kekasih dalam hatinya.
 
    

“Mama?”
  

 
 
Sehun memanggil sang ibu yang tidak bersuara. “Mama baik-baik saja?” tanyanya khawatir. Menggigit jari telunjuknya khawatir.

“Sayang..  Wu Shixun”

“Eum?”

“Sebelum Tuhan menciptakan Hunnie, dia sudah menuliskan lebih dulu dari siapa Hunnie dilahirkan. Kapan, dimana, dalam keadaan apa, hunnie dibesarkan dalam keluarga seperti apa, Hunnie akan bertemu dengan siapa, bahkan apapun yang Hunnie ucapkan, Tuhan sudah menulisnya terlebih dahulu”

Sehun mendengar suara ibunya sedikit berbeda. Ia ingin bertanya apakah ibunya sakit, namun suara ibunya yang lembut kembali terdengar.
 
 
“Suatu tempat yang jauh di langit, semua keputusan dibuat.”
 
 
“Mama, are you okay?—“
 
 
“Siapa yang tahu kapan, bagaimana, dan dimana seorang kekasih akan dipertemukan…”
 
 
“Ma?”
 
 
“Bukankah sudah mama bilang jangan ragu?”
  

“Tapi—
  

“Hunnie, jika Hunnie saja ragu, bagaimana bisa Hunnie menemukan Chanyeol?”

Krisyeol; The Immutable TruthWhere stories live. Discover now