"Tuan Choi, percayakan saja semuanya padaku. Semua akan berjalan sesuai rencana." Ujar manusia bermarga Kim itu.
Setelahnya, ia pamit undur diri dan melesat segera dengan mobil mahalnya. Yeonjun memanas marah, ia tak suka akan fakta ini. Kenapa papanya menyakiti manusia?
Apakah dengan memperbudak manusia untuk dihisap darahnya masih belum cukup?
Ia berjalan menuju sebuah tempat yang agak tersudut di kegelapan.
Di bukanya pintu itu, di sana terdapat empat orang manusia yang kakinya dirantai. Mereka tersenyum menyambut kedatangannya. Yeonjun pun membalas senyuman mereka.
"Ini, aku membawakan kalian buah. Jangan berserakan, nanti bisa ketahuan papa." Ujar Yeonjun. Keempat manusia itu langsung bersujud, tentu saja Yeonjun langsung menyuruh mereka segera beranjak dari posisi menyedihkan itu.
"Hei, aku bukanlah Tuhan. Habiskan makanannya, aku harus segera pergi." pamit Yeonjun.
Ia kembali mengunci ruangan mirip kandang itu lalu kembali ke rumah pohonnya. Sepertinya ia akan mengahabiskan malamnya di sana.
***
Musim salju telah berakhir, kini berganti dengan rindangnya rerumpunan dan beragam bunga mulai bermekaran. Kai memoleskan krim pelembab pada wajahnya agar tetap tampan berkarisma. Ia akan berkencan dengan seorang gadis hari ini. Tapi, ia tak sendiri. Kai meminta -memaksa- Soobin untuk menemaninya karena ia merasa gugup. Sungguh kurang ajar.
Jadilah sekarang, Kai tengah asik berbincang mesra dengan gadis yang ia kenal dari jejaring media sosial. Sedangkan Soobin duduk agak berjarak. Wajahnya sepat sekali.
"Kau pikir aku hanya seonggok daging tak bernyawa, huh?" Cibir Soobin pelan.
Merasa bosan, ia memutuskan untuk memesan makanan. Dan, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja senyumnya mengembang... sepertinya dewi fortuna sedang berbaik hati. Ia tersenyum penuh arti saat melihat tubuh berbentuk seperti jam pasir yang terbalut kaos biru berlengan panjang dan kupluk hitam yang menutupi rambut gulalinya. Kulit putih itu semakin terlihat memucat karena terlapis sunscreen dengan spf tinggi. Seakan-akan dia sedang memperjelas identitasnya di depan khalayak umum. Lucu sekali.
Dengan tanpa izin, Soobin langsung memeluknya dari belakang. Tentu saja membuat tubuh itu berjengit kaget serta nyaris mengeluarkan kata-kata yang tak pantas. Sosok indah itu membalikkan tubuhnya dan rasa terkejutnya menjadi berlipat ganda setika. Dunia memang sempit kawan.
"Halo, Yeon-jun-ie..." sapa Soobin. Yeonjun bergidik.
"L-lepas, kau mau mati huh?!" Ujar Yeonjun mencebik pelan dengan tatapan tajam menusuk. Andai tangannya tak sedang memegang makanan, sudah ia layangkan pukulan ke wajah makhluk tak bermoral ini.
"Kau ingin membunuhku di depan para manusia yang kau cintai? Sungguh?" Balas Soobin berbisik dengan nada mengejek.
Yeonjun menelan ludahnya kasar. Pasalnya Soobin seperti sengaja menggodanya di area sensitifnya itu. Ia berusaha mati-matian menahan gejolak aneh pada dirinya.
"Nona, aku mau sepotong raspberry cake. Untuk minumannya, lime soda saja. Terima kasih." Wanita penjaga toko itu mengangguk dan tersenyum malu melihat perangai kedua pemuda di hadapannya ini.
Soobin menarik Yeonjun untuk ikut duduk bersamanya. Dia hanya menurut. Terpaksa, karena sedari tadi mereka menjadi bahan tontonan para pengunjung.
"Kau ini gila atau bagaimana, huh?" Tanya Yeonjun kesal.
"Aku waras." Balas Soobin santai sambil menyuapkan makanannya ke dalam rongga mulut.
"Kau gila," Yeonjun benar-benar heran.
"Kau tahu aku siapa, tapi bersikap seperti tak ada apa-apa. Kau memang gila." Tambahnya.
Soobin hanya terkekeh. Kemudian memandang lekat vampir cantik di hadapannya ini.
"Kau berbeda," timpal Soobin. Yeonjun mengerjapkan maniknya berkali-kali.
"Kenapa?" Tanya Soobin dengan wajah serius.
"Apanya?" Dahi Yeonjun berkerut.
"Kenapa kau peduli dengan manusia?"
"Memangnya salah?" Nada Yeonjun terdengar tak suka.
"Tentu!" Sambar si tinggi dan tiba-tiba hampir membuat Yeonjun terlonjak.
"Bukannya mereka sumber utama kehidupan kalian?" Yeonjun terdiam.
"Bukan urusanmu." Cibir Yeonjun kemudian lalu membuang wajahnya ke arah lain.
Soobin kembali terkekeh. Ia menarik dagu Yeonjun lalu mengecup bibirnya. Lagi.
"A-apa yang kau lakukan bodoh?!" Yeonjun menjauhkan dirinya.
"Aku tahu, kita ini musuh. Tapi... tak ada salahnya kan jika aku menjadikanmu sebuah pengecualian? Terdengar konyol dan mustahil memang." Soobin memandang Yeonjun intens.
Hening.
Yeonjun sungguh dibuatnya bertanya-tanya. Apakah Soobin benar-benar gila?
"Jangan berbicara aneh kau, Choi Soobin." Ujar Yeonjun lirih agak menunduk.
"Tubuhmu memang sedingin es wahai vampir jahanam, tapi di sana... aku merasakan adanya kehangatan--"
"Hentikan omong kosongmu! Dengar, malam itu kau memang berhasil membuatku bertekuk lutut. Tapi aku tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi. Permisi." Ujar Yeonjun ketus dan langsung beranjak meninggalkan Soobin.
Kini Yeonjun tengah terduduk menyendiri di sebuah taman. Ia menatap lurus ke arah air mancur. Hatinya gusar. Ucapan Soobin benar-benar membuatnya mulai kelimpungan. Ia usap lemah surai gulalinya.
"Ku mohon, jangan begini..."
To be continue...
YOU ARE READING
You Are The Only Exception (SooJun/END)
FanfictionVampire dan Werewolf, dua jenis makhluk predator supranatural. Berawal dari kesalahan di masa lalu yang menyebabkan tumbuhnya kebencian. Namun apa jadinya, jika salah satu anggota dari setiap kubu kembali melakukan 'kesalahan' yang sama? Apakah ada...
Warm Hearted
Start from the beginning
