- Part 15 -

62 9 0
                                        

Kini Jinan telah sampai di rumahnya. Ia memasukkan motornya ke dalam garasi. Begitu masuk ke dalam rumah, Mbok langsung menyambut Jinan.

"Eh, mas Jinan udah pulang. Mau makan apa mas? Biar mbok siapin", ucap Mbok ramah.

"Gausah, Mbok, tadi Jinan abis makan sama temen kok", jawab Jinan sambil tersenyum.

"Owh, yasudah, kalo gitu langsung istirahat aja ya mas, pasti capek kan?", ucap Mbok.

"Iya, Mbok. Mbok udah makan?", tanya Jinan.

"Belum, mas. Mbok makannya nanti saja, nunggu Bapak dan Ibu pulang dulu", jawab Mbok.

"Sudahlah, Mbok, tak usah menunggu mereka. Mbok makan saja dulu. Nanti kalo Mbok telat makan, Mbok bisa sakit. Kalo mbok sakit, nanti siapa yang jagain Jinan?", ucap Jinan.

"Iya, mas, nanti mbok makan deh", ucap Mbok.

"Sekarang, Mbok, bukan nanti", jawab Jinan.

"Iya, ini mbok mau makan, mas", ucap Mbok sambil tersenyum.

"Sipp deh, makan yang banyak ya, Mbok. Jinan mau ke kamar dulu", ucap Jinan yang langsung berjalan menuju kamarnya.

Setelah masuk ke dalam kamarnya, ia tak langsung bergegas mandi.

Ia berbaring di kasur kingsize nya sambil menatap foto mamahnya pada pigura yang kini ia genggam.

Di foto tersebut terdapat foto Jinan kecil yang tengah dipangku mamahnya dan papahnya yang memeluk mereka.

"Mah, Mamah apa kabar? Jinan kangen banget sama Mamah. Mamah jangan lupa dateng ke mimpi Jinan, ya Mah", ucap Jinan sambil memeluk pigura foto dan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

Tiba-tiba pintu kamarnya diketok begitu keras. Hal yang membuat Jinan langsung kaget dan mau tidak mau ia harus bangkit dari tidurnya.

"JINAN, BUKA PINTUNYA", teriak papah Jinan dari balik pintu sambil terus menggedor pintu kamar Jinan.

Jinan pun membuka pintu kamarnya dengan malas dan tatapan dingin pada kedua orang yang kini berdiri didepannya.

"Mau kamu apa, Jinan? Bisa gak sih kamu tuh nurut sama orang tua, sekolah yang bener, gausah aneh-aneh", ucap papah Jinan dengan nada marah.

"Maksud papah apa sih? Emang Jinan bikin salah lagi?", tanya Jinan yang juga sudah mulai tersulut emosi karena papahnya tiba-tiba marah padanya.

"Ini siapa?", tanya papah tegas sambil menunjukkan beberapa foto hasil paparazi dirinya ketika bersama dengan Kay sore tadi.

Jinan yang melihat itupun langsung kesal dan marah. Bagaimana bisa seorang anak tidak pernah diberi kebebasan dan selalu dalam pengawasan.

"Itu temen Jinan. Maksud papah apa? Emang salah? Jinan juga berhak buat berteman dengan siapa aja, dan papah gak berhak buat ngelarang itu, dan STOP buat nyuruh anak buah papah buat mata-matain Jinan. Jinan udah gede, Pah, bukan anak kecil lagi", ujar Jinan dengan emosi sambil mengambil foto-foto itu.

Jinan sangat kesal jika setiap tindakannya terus diawasi. Memang wajar jika orang tua selalu mengawasi anaknya, tetapi menurut Jinan, tindakan papahnya sudah sangat keterlaluan.

Bahkan dalam berteman saja dan berkegiatan saja tak pernah lepas dari pengawasan papahnya. Bahkan akan selalu ada orang suruhan papahnya untuk mengikuti Jinan, kemanapun dia pergi.

"Jinan, jaga bicara kamu", ucap Naura, mamah tiri Jinan.

"Anda diam, jangan ikut campur urusan keluarga saya", balas Jinan dengan nada benci.

Aksara Rasa [Revisi]Where stories live. Discover now