Bab 6

12.6K 1.6K 48
                                    

Selamat membaca, yak.

Ganiya memperhatikan rumah di depannya dengan perasaan campur aduk. Wanita itu merasa sudah berdiri cukup lama, tapi belum ada keberanian untuk masuk.

Mengambil ponselnya dari dalam tas, dia mengirimkan pesan untuk laki-laki yang membuatnya berada di sini.

Ganiya : Gue pulang aja, ya. Ke sini lagi sama lo.

Tidak menunggu lama, bunyi notifikasi Ganiya berbunyi. Katanya sibuk, tapi bisa balas pesan dengan cepat. Sungguh mencurigakan.

Bara : Udah langsung masuk, ada ibu di dalam.

Ganiya mencengkeram erat ponselnya, guna meredam kekesalan akibat balasan Bara. Enak banget anak itu, tinggal bilang masuk padahal dia sudah deg-degan sejak tadi.

Dasar tidak punya empati!

Perempuan itu berniat memasukkan kembali ponsel dalam tasnya, karena tidak mau meladeni calon suaminya yang berpotensi membuat dongkol. Namun, hal itu urung dilakukan  begitu benda pipih di tangannya kembali berbunyi.

Bara : Cepat masuk, sebelum ibu yang menjemputmu ke depan.

Ganiya mengentak-entakkan kaki, jengkel. Selain itu dia juga diserang panik, bukankah pesan Bara berarti ibu laki-laki itu sudah mengetahui keberadaannya?

Apa yang harus dia lakukan?

Bukan itu saja, dia merasa kredibilitasnya hancur karena bisa saja calon mertuanya itu akan menganggapnya sengaja berdiri lama-lama di sini karena tidak mau masuk.

Menarik napas panjang lalu mengembuskannya sebanyak tiga kali, lalu melakukan afirmasi positif. Mengatakan pada dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.

Lagipula dia cukup tahu seperti apa ibu Bara, tidak mungkin wanita itu berpikir seperti yang dia bayangkan tadi.

Memejamkan mata sejenak, lalu dia menatap lekat wanita di depannya. Memasuki halaman dengan mudah karena pintunya tidak dikunci, untuk sejenak dia tersenyum ketika melihat ring basket yang tertempel di tembok.

Ingatannya kembali berputar pada masa-masa sekolah di mana selalu hadir dalam pertandingan Bara dan juga memberi semangat dan dukungan penuh pada laki-laki itu. Selain itu dia dulu selalu terpesona ketika Bara sedang berada dalam lapangan.

Eh, tunggu! Apa yang baru saja dia lakukan? Memuji Bara?

Menyebalkan! Sepertinya dia mulai tertarik pada Bara. Lagi.

Ganiya menggeleng, saatnya melupakan tentang Bara. Ada hal yang jauh penting untuk dilakukan yaitu memasuki rumah keluarga laki-laki itu.

Setelah drama mengunggah foto, yang berujung dia terpaksa mengikuti akun Bara. Laki-laki itu lantas mengirimkan pesan agar hari dia datang ke rumah keluarganya.

Hal tentu saja dia sanggupi, karena bagaimana pun juga nanti keluarga Bara akan jadi keluarganya juga. Dalam pikirannya kemarin Bara akan menjemputnya pagi.

Sayangnya ketika tadi dia bertanya kapan laki-laki menjemputnya, jawaban yang dia dapatkan sukses membuat suasana hatinya memburuk. Bara mengatakan sedang bekerja, dan dia di suruh sendiri. Ya, sendiri! Dari berangkat sendiri sampai mengahadapi keluarga laki-laki itu sendirian.

Memangnya dia tidak protes? Oh, tentu saja dia melakukannya. Namun, seperti biasanya pada akhirnya dia malah menuruti laki-laki itu.

"Assalamu'alaikum." Ganiya mengetuk pintu, dalam hati berharap tidak ada siapa-siapa di rumah ini, yang tentu saja itu adalah hal mustahil.

"Wa'alaikumsalam."

Nah, kan. Dia baru mengetuk satu lagi langsung ada sahutan dari dalam disusul kemudian pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita cantik yang tersenyum ramah padanya.

NIKAH demi KONTEN (Ada Di Playstore dan Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang