Bab 7 || Tertunda

Start from the beginning
                                    

Setelah memarkirkan motor dengan benar dan membuka helm, pemuda itu menyugar rambut ke belakang membuat beberapa siswi yang berada di area parkir memekik tertahan. Tak peduli pada mereka yang menatapnya, Akmal bergegas meninggalkan area parkir dengan langkah pasti. Tujuan utamanya adalah kelas Afiqa, tetapi oh tetapi ... sebelum sampai pada tujuan, seorang perempuan berambut sebahu menghadang jalannya.

Perempuan yang memasang wajah ceria dilengkapi senyum lebar menatap Akmal penuh binar.

"Pagi, Akmal Syahyang." Sapaan itu dibalas dengan bola mata Akmal yang berotasi, malas menanggapi perempuan dihadapannya.

Kakinya bergerak ke kanan guna menghindar, tetapi perempuan itu malah ikut menggeser tubuh dan hal tersebut terus berlanjut sampai embusan napas kasar Akmal keluarkan lengkap dengan raut wajah galak.

"Mau Lo apa?" Nada bicaranya ketus membuat perempuan bernama Winny merenggut tak suka.

"Temenin aku sarapan, ya?"

"Gak!"

Winny tak mau menyerah, ia langsung memeluk lengan kiri Akmal sambil merengek minta ditemani makan di kantin lantai dua. Perempuan itu mengatakan jika ia ingin sarapan bersama Akmal. Detik itu juga Akmal menolak mentah-mentah dan terjadilah drama di koridor lantai dua yang ramai.

"Hei, kalian cepat masuk kelas!" Teguran itu membuat keduanya menoleh dan mendapati Bu Wiwi tengah berjalan ke arah mereka. "Ayo, masuk! Sebentar lagi bel bunyi!" Pelototan serta tangan yang bertengger di setiap sisi pinggang membuat Akmal dan Winny bergidik ngeri.

Tanpa aba-aba, Akmal melepaskan tangannya dari jeratan Winny, si pengacau hidupnya. Setelah terlepas, barulah ia berlari menuju kelas. Gagal sudah agendannya pagi ini, tetapi akan terealisasikan nanti di jam istirahat.

***

Para murid bersorak gembira saat mendengar pengumuman dari ketua kelas bahwa mereka diperbolehkan pulang karena para guru akan mengadakan rapat.  Baru saja mereka menginjak jam istirahat, kini mereka sudah boleh pulang pukul 10.30, kesempatan langka bukan?

Amel melompat senang sambil berteriak heboh sampai tersedak cimol pedas yang baru saja di telan. Afiqa menyodorkan botol air mineral milik Amel dan langsung diterima oleh pemiliknya.

"Thank, Fiq," kata Amel sesaat setelah meneguk minumnya. "Gara-gara cimol setan, nih, gue keselek." Amel mendorong plastik berisi cimol yang masih penuh menjauh darinya.

"Yeeee ...vNyalahin makanan. Emang kamu aja yang pecicilan," tukas Naya. "Udah, nih, gak mau lagi?" Ia menarik plastik cimol Amel.

"Gak, buat lo aja."

"Makanya kalo makan duduk diem, Mel," tegur Alfira, sedari tadi ada saja tingkah Amel yang tak henti diam.

"Bubar jam 10 lebih, nih. Main dulu, yuk," ajak Amel sembari memasukkan alat tulis ke dalam ranselnya. "Nanti pulang abis Dzuhur."

Naya mengangguk antusias, mulutnya terus bergerak mengunyah cimol setan yang tadi dibeli di kantin lantai bawah. "Yuk, tapi yang banyak jajanan," saahaautnya.

"Jajan mulu, itu cimol masih banyak," cibir Amel sambil menunjuk dua plastik di atas meja Naya.

Afiqa memasukkan kotak pensil ke dalam ransel, lalu menyampirkan ransel kesayangannya di punggung, bersiap untuk pulang menyusul teman-teman yang sudah berhamburan keluar kelas dengan wajah gembira.

Unjuk Rasa ✔️Where stories live. Discover now