26: Camer

13.8K 1.2K 17
                                    

"Ayo masuk!"

"Bentar!" Celine menahan lengan Dafa yang berniat menariknya, terlihat dari wajahnya kalau Celine sangat ragu dan tidak yakin untuk memasuki kediaman Dafa itu. "B-batalin aja deh Mas." Bujuk Celine akhirnya karena tidak yakin.

Dafa langsung menyurutkan senyumannya, menatap wajah Celine lurus. "Kenapa? Aku kira kamu bakal seneng mau aku kenalin ke orang tua aku."

"B-bukannya gitu Mas aku cuma ..." Celine melenguh, melirik sekali lagi ke arah rumah Dafa. "Aku takut kalau hasilnya gak sesuai ekspektasi."

"Kalau belum dicoba siapa yang akan tau." Dafa menggenggam kuat telapak tangan Celine, gadis itu terlihat makin gelisah. "Udah ayo masuk dulu!" kali ini Dafa sedikit memaksa Celine untuk menyeretnya masuk, akhirnya dengan pasrah gadis itu menurut, dalam hati sudah mulai membaca banyak doa.

Langkah kaki mereka berhenti saat menemukan sosok wanita paruh baya duduk di ruang tengah sambil membaca majalah dan minum teh, perawakan wanita itu sangat anggun dan berkelas meskipun sudah termakan usia tapi auranya masih sangat terpancar.

"Mah!"

Desi yang sedang menunduk tersentak mendengar suara anaknya, saat melihat kehadiran Dafa wanita itu langsung menaruh asal majalahnya dan bergegas cepat memeluk Dafa.

"Astaga Mamah kangen, kenapa kamu gak ngabarin dulu kalau mau mampir?!" hebohnya, Celine yang tau diri menyingkir memberi mereka ruang.

Dafa tersenyum lembut, membalas pelukan lembut Mamahnya. "Nanti bukan kejutan dong namanya." Balasnya disambut pukulan gemas Mamahnya, namun saat iris mata Desi bersitatap dengan Celine wanita itu spontan menyurutkan senyumannya, sambil mengurai pelukannya Desi mulai berjalan mendekati Celine.

Celine yang sadar diperhatikan langsung menyalami wanita itu sopan, Desi tidak menolak tapi dari bahasa tubuhnya sangat nampak kalau ia tidak tertarik dengan Celine.

"Siapa?" tanyanya judes.

Celine berdiri tegak sempurna, "p-perkenalkan saya—"

"Dia pacarku, namanya Celine, Mah." Sambar Dafa membuat Celine langsung ketar-ketir.

Desi nampaknya sangat kaget, wajah dengan sedikit keriput itu langsung memutar berbalik menatap Dafa sepenuhnya. "Apa pacar? Sejak kapan kamu punya pacar?!"

Dafa menipiskan bibirnya, "beberapa bulan ini aku menjalin hubungan dengan Celine—"

"Gak salah Daf?!" Desi menatap anaknya itu tak habis pikir, "kamu lihat dong, dia masih sangat muda begini, mana bisa jadi istri sekaligus Ibu sambung yang baik buat Zee, kenapa sih kamu cari perempuan selalu modelan begini, kamu gak kapok sama mantan istrimu itu?!" sarkasme Desi langsung membuat Celine menunduk menatap ujung sepatunya, gadis itu memilin ujung dresnya mulai tak nyaman.

Jelas, Mamahnya Dafa memberikan lampu merah kepadanya.

"Mah dengerin aku dulu," Dafa memegang pundak Ibunya, menatapnya dengan pengertian. "Celine berbeda dengan mantanku, mereka berbeda dan aku gak mungkin asal milih calon Ibu buat Zee, karena Celine juga sudah dekat dengan Zee, dia bekerja sebagai pengasuh Zee dan Zee pun juga sayang sama Celine."

Ekspresi Desi langsung makin tajam dan datar, wanita paruh baya itu menepis tangan Dafa dari tubuhnya, lalu berbalik menatap Celine sepenuhnya.

"Hebat, sepertinya kamu berhasil menggoda anak saya, ternyata bener kata orang kalau cari bawahan itu jangan sembarangan."

Celine mendongak syok mendengarnya.

"MAMAH!" Dafa langsung menarik tubuh Celine ke belakang tubuhnya, menatap Ibunya dengan mata membulat besar dan rahang mengeras. "Bagaimana bisa Mamah bicara seperti itu pada Celine, Mamah sudah keterlaluan!"

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang