7•

13.7K 1.2K 28
                                    

Setelah beberapa hari berada di rumah sakit Emily telah di perbolehkan pulang. Kini dirinya di jemput oleh kedua orang tuanya dan Kakak pertamanya. Emily duduk di bagian tengah mobil sembari memainkan handphone, tak lupa juga dirinya memakai earphone karena sedang mendengarkan musik.

"Smooth like butter ...," nyanyi Emily membuat James yang duduk di sebelahnya menoleh.

"Bernyanyi?"

"Tidak."

"Terus tadi Kakak dengar kata butter apa?"

"Oh, goreng pisang." jawab Emily dengan senyum paksa. Dirinya kemudian memutar bola matanya malas. "Udah tahu nyanyi masih nanya, dasar monyet bekantan." lanjutnya mencibir.

"Siapa yang monyet?" James menatap tajam sang adik sedangkan Emily hanya mengangkat bahunya acuh.

James sedikit menghela nafas berat. Ujung matanya sedikit melirik wallpaper handphone adiknya, dirinya menangkap sosok foto yang wajahnya begitu familiar untuknya.

"Kenapa masih menyimpan foto laki-laki bernama Alfan itu?" tanya James dengan nada terkesan marah.

"Ha? Alfan? Mana. Orang itu Kim Taehyung kok," jawab Emily, ia memandang sinis Kakaknya. "Sok tahu sih."

"Siapa Kim Taehyung itu?"

"Banyak tanya lo bekantan," sinis Emily dalam batin. "Oh, itu kalo bisa sih dia suami aku nanti."

"Kakak yakin dia tidak akan bisa menjadi suami mu," ungkap James percaya diri.

"Yo sak karep mu, ra urus aku." balas Emily dalam bahasa Jawa.

"Sayang ... Tehyunk itu member nciti itu kan ya?" Sarah bertanya ia menatap anaknya dari kaca tengah.

"Ha? Nct? Ngaco Mama ih, orang Taehyung dari BTS kok."

"Terus yang di NCT itu siapa?"

"Taeyong kali Ma."

"Namanya agak mirip tapi mukanya sama-sama ganteng," ucap Sarah dengan senang tanpa tahu jika Naren, suaminya sedang menggerutu dalam hati.

"Terferifikasi seorang Nctzen," imbuh Emily, ia menghentikan playan musik di handphonenya.

"Apa itu Nctzen?"

"Nama fansnya Nct."

"Berarti Mama Nctzen gitu?"

"Hm."

"Omo, Jinjja? Daebak. Mama ternyata Nctzen," tutur Sarah kegirangan.

•°°°°°•

Mobil Avanza itu berhenti di perkarangan rumah yang terbilang lumayan mewah dan besar tersebut. Emily turun dari mobil dengan di bantu James, James memegangi tangan adiknya itu dengan dalih dirinya takut jika sang adik kenapa-kenapa.

Emily menatap sinis James, ia sudah lelah dengan sikap Kakak nya ini. Sementara kedua orang tuanya hanya menganggap bahwa James benar-benar menyayangi sang adik. Padahal kasih sayangnya sudah melebihi kasih sayang seorang Kakak ke pada adiknya.

"Lepas Kak!" pinta Emily dengan suara keras, ia sedikit mendorong tubuh James supaya menjauh dari dirinya.

"Jangan ngeyel sayang," balas James dengan suara berat dan serak.

Emily mendengus kesal ia berusaha untuk tidak marah saat ini. Karena posisinya sekarang masih terlalu lemah.

Emily masuk ke dalam rumahnya. Dirinya masuk dengan langkah pelan, matanya tanpa sengaja menatap Kakak keduanya yaitu Jay. Jay nampak sedang duduk sembari memainkan handphone miliknya.

Tak ada rasa bersalah yang di perlihatkan Jay untuk dirinya. Jay seperti benar-benar tidak peduli dengan dirinya. Dan sepertinya dia sudah melupakan kejadian beberapa hari lalu.

"Kak anterin aku ke kamar bisa? Di sini bau-bau iblis soalnya." ucap Emily menatap James.

James yang awalnya hanya melongo kini menjadi mengerti. "Oh, tentu apa yang tidak untuk kamu."

James kemudian menggendong tubuh Emily tanpa izin, ia menggendongnya ala bridal style dan membawa tubuh Emily menuju lantai atas, tepatnya menuju kamar Emily.

Di kamar Emily di baringkan ke ranjang. James mengusap wajah adiknya dan menatap intens wajah Emily. Sedangkan Emily yang merasa risih langsung mendorong tubuh James.

"Maaf, enggak sengaja." Albi Emily sembari menatap ke arah lain.

"Hm." Dehem James. James kemudian berdiri, ia bangkit dan menatap Emily. "Kakak mau kebawah. Kamu mau titip sesuatu?"

"Titip susu sama roti aja," jawab Emily. Dirinya duduk dan menguncir rambutnya.

"Itu aja?" Emily mengangguk. "Oke." James kemudian pergi dari kamar Emily menuju dapur.

•°°°°•

Di malam hari yang di penuhi oleh bintang dan bulan. Emily terlihat berjalan menuruni tangga dengan langkah pelan, di bawah sana ia sudah melihat jika Jay tengah berdiri tepat di ujung anak tangga.

Emily tetap melanjutkan langkahnya dengan pelan, hingga sampai dirinya di ujung anak tangga. Emily berpapasan dengan Jay, Jay menatapnya dengan tatapan penuh arti sedangkan Emily hanya acuh. Saat hendak kembali melangkah menuju dapur, Jay malah menarik tangan Emily membuat langkahnya tertahan.

"Ubah penampilan lo dan jadilah culun lagi DEK," ucap Jay dengan menekan kata dek.

Emily menatap malas Jay ia melepaskan tangan Jay yang memegangi tangan dirinya. "Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?" sinis Emily.

"Dek!" tegur Jay, mata elangnya menatap tajam mata Emily.

"Apa? Lo kira gue takut sama lo?" balas Emily. Ia mendorong bahu Jay membuat lelaki itu terhuyang kebelakang. "Lo tahu? Gue jijik punya Kakak enggak guna kek lo, bahkan gue nyesel kenapa lo jadi Kakak gue."

Setelah mengatakan itu Emily meneruskan langkahnya menuju dapur. Sementara Jay lelaki itu mematung mendengarkan apa yang adiknya katakan barusan.

"Lo nyesel punya Kakak kek gue?"

••°°°°••

Ayo bantu 1k vote jangan lupa vote sama komentar ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayo bantu 1k vote jangan lupa vote sama komentar ❤️


Spoiler

"Setan lo!" maki Clara.

"Kalo gue setan terus lo apa? Iblis ya?" Emily menatap remeh Clara. "Dasar perempuan gila perhatian," sinisnya.

Dah❤️❤️❤️

Emily's New Life (Reupload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang