Pemuda Masa Kini, dalam Sejarah Sumpah Pemuda

1 0 0
                                    

Oleh Rangga Mangkoso

Tepat di hari ini, 28 Oktober 2020, seluruh lapisan masyarakat Indonesia mengenang sebuah hari bersejarah. Dimana 92 tahun yang lalu para pemuda dari berbagai daerah bersatu padu untuk menyusun rancangan kebangkitan bangsa. Yang mana kala itu, negeri ini masih dalam cengkraman penjajahan. Bertempat di gedung Indonesisshe Clubgebouw Jl. Kramat 106, Jakarta.

Berkumpullah para pemuda yang tergabung dalam beberapa organisasi, diantaranya; Jong (baca young=pemuda) Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Jong Timoreesch Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun (organisasi pemuda pelajar dari Sunda), dan pemuda Kaum Betawi. Kedua himpunan yang terakhir ini sengaja menolak menggunakan istilah 'Jong' pada nama himpunan mereka karena dianggap berbau kolonial.

Mereka berkumpul selama 2 hari, terhitung tanggal 27-28 oktober 1928. Dimana dari perkumpulan tersebut, terciptalah beberapa poin kesimpulan. Yang sampai saat ini, kita kenal dengan naskah Sumpah Pemuda. Berikut isi sumpah yang terkenal itu:

Pertama:

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua:

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga:

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Andil Kaum Santri Dan Kyai

Terlepas ikut serta dari seluruh elemen pemuda dalam sejarah berdirinya sumpah pemuda, kita tak dapat melupakan peran penting para santri dan Kyai juga.

Salah satu organisasi islam termasuk ikut andil dalam rapat Sumpah Pemuda itu, Jong Islamieten bond. Organisasi yang didirikan oleh Raden Sam, anggota dari Jong Java yang memiliki pemikiran agar para pemuda memiliki wadah tuk mempelajari agama Islam. Berdirinya organisasi Islam ini, menyimpan peran dari dukungan para Kyai, seperti Kyai Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah) dan Kyai Haji Agus Salim. Dimana sang Pendiri Jong Islamieten Bond itu selalu meminta nasehat kepada para kyai tersebut dalam menjalankan Organisasi ini.

Tak sampai situ, tak dapat dilupakan peran penting umat islam lainnya dalam sejarah bangsa Indonesia. Termasuk Hari Santri Nasional 22 oktober yang diresmikan di tahun 2016 lalu. sebagai peringatan dari buah pemikiran K.H Hadratussyaikh Hasyim As'ari yang lebih akrab dengan hari lahirnya Resolusi Jihad.

Peran Pemuda Masa Kini

Di perayaan Hari Sumpah Pemuda tahun ini, tema yang diambil adalah "Bersatu dan Bangkit." Menteri pemuda dan olahraga RI, Bapak Zainudin Amali saat me-launching logo Hari Sumpah Pemuda ke-92 di tahun 2020 berkata, "Menjelang peringatan Hari Sumpah Pemuda, saya berpesan agar pemuda kita bersatu dan bangkit. Kita tidak boleh tercerai-berai. Meskipun berbeda, kita harus tetap satu, semangat persatuan harus kita pelihara dengan baik. Tanpa persatuan, kita tidak akan bisa, makanya harus bersatu lalu kita bangkit."

Dari pesan bapak Menpora tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kita selaku pemuda dan pemudi Indonesia harus berusaha selalu mengedepankan pendidikan. Karena kebangkitan suatu bangsa itu dimulai dari pendidikan para pemudanya. Tanpa membanding-bandingkan pendidikan macam apa pun yang di pelajari. Baik pendidikan umum, atau pendidikan agama yang sedang dipelajari oleh kaum santri. Bagian terpentingnya adalah bagaimana dari pendidikan tadi, bisa membuahkan kebangkitan dari diri para pemuda-pemudi di seluruh Indonesia.

Dan juga tak lupa, kita harus mengedapankan sebuah persatuan. Jangan hanya karena secuil perbedaan, lantas kita bisa diadu domba oleh pihak manapun. Karena kemerdekaan negeri ini bisa diraih sebab persatuan yang dijalankan oleh para pendahulu kita.

Dan akhirnya sebagaimana kata Bung Karno, Bapak Proklamator Indonesia dan Presiden Pertama Indonesia,"Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsanya hidup dalam damai dan persaudaraan."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 03, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kita Karya & DoaWhere stories live. Discover now