Brak

"Mana sih Kelna?! lama banget! gatau apa gue nungguin dia daritadi! bisa lumutan nih gue, udah gitu nih Cafe gaada AC apa? udah cuaca panas, gaada AC, gak bawa uang pula! lengkap sudah penderitaan gue!"cerocos gadis itu. Matanya dengan tajam mengelilingi Cafe mencari orang yang dicarinya. Ketemu!

"Hosh hosh, s-sory Vi. Gue telat hehe,"Vivi tidak menjawab, gadis itu menatap sinis Kelna. Lalu tangannya menoyor kepala Kelna dengan kesal. "Nih liat, bedak gue luntur. Mana nih Cafe miskin amat gaada AC!"

Kelna melotot tak percaya pada Vivi yang begitu bablakan berbicara. Ia menatap sekelilingnya, untung saja tidak ada yang memperhatikan dirinya dan Vivi. "Lu kalo ngomong dijaga Vi, kita masih di Cafe ini kalo lu tau,"

Vivi mengangkat bahunya tak peduli, tangannya terangkat mengadah. "Oke karena lu telat gue maafin asalkan lu traktir gue beli minuman, haus banget gue."

Kelna mendengus, namun tak urung gadis itu memberikan sebuah lembar uang berwarna merah. "Nih, pesenin gue minuman juga. Kalo bisa sama makanannya, tapi yang murah aja. Gaada duit lagi gue,"

Vivi tersenyum senang mengambil uang berwarna merah itu. "Kere banget lu Kel, ck ck.."

"Ya daripada lu minjem sama minta traktiran gue mulu!"sewot Kelna, sedangkan Vivi cengengesan sambil jarinya membentuk huruf 'V'.

"Ya sabarlah, nanti gue bentar lagi dapet duit. Jadi tunggu hasil uang penghasilan gue dulu, doa'in supaya novel gue laku. Baru gue traktir lu seblak sama teajus,"

"Aamiin, biar utang lu juga lunas sama gue,"kata Kelna mengaminkan. Ia mendudukkan dirinya diikuti oleh Vivi. Kelna menatap Vivi yang sedang memesan pesanan.

"Apa?"tanya Vivi saat merasa Kelna memperhatikannya. Kelna menggeleng pelan. "Gapapa sih, cuman gue bingung deh. Kira-kira kapan ya gue bisa dapet duda yang gue impikan? jujur gue juga capek Mamih ngomel-ngomel suruh cepat nikah,"

Vivi menatap kasihan sahabatnya. "Ya lagian lu sih, mana ada duda kaya gitu. Itu mah terlalu sempurna Kel,"

Kelna menunduk lesu. "Tapikan namanya juga tipe idaman.."Vivi menggelengkan kepalanya pelan. "Yaudah sabar aja, kalo emang gak ketemu. Ya terpaksa deh lu nikah sama anaknya Pak Harto kalo gak..lu dinikahin sama pilihan Mamih dan Papih lu, tapi bukan sama anaknya Pak Harto."

Mendengar itu Kelna langsung lemas. Ia menatap Vivi memelas. "Plis bantu gue Vi, ntr kalo gue udah nemu itu duda gue ikhlasin utang lu deh.."

"Asalkan bantuin gue, gue gamau dijodoh-jodohin sama orang yang gak gue cinta,"lanjutnya lesu.

"Ya sabarlah, tapi gue saranin lu ganti tipe kriteria lu aja deh Kel, soalnya kasian juga kalo ternyata ntar duda yang lu mau masih gamonin istrinya. Apalagi kalo istrinya anggun dan baik, beuh kalah jauh sama lu itu mah,"perkataan Vivi barusan membuat Kelna menoyor kepala gadis itu.

"Bangke lu ya Vi,"umpat Kelna. Mulutnya meminum jus yang dipesan Vivi tadi. Vivi tertawa. "Nah gini dong, ini baru Kelna yang gue kenal. Gausah lesu-lesu gitu, jelek. Ntr gaada yang mau sama lu,"

"Kampret ya lu Vi, mentang-mentang udah punya tunangan!"ketus Kelna. Vivi tersenyum bangga dengan raut wajah songongnya. "Oh iya jelas dong!"

Ting

Suara notifikasi itu membuat kedua gadis di Cafe itu mengalihkan pandangannya pada handphone Vivi. Ternyata itu tunangannya yang mengirimi pesan padanya.

"Aduh Vi, sorry banget gue gak bisa lama-lama lagi. Tunangan gue udah ngirim pesan katanya dia lagi di butik sama Mamahnya buat milih baju pengantin gue. Jadi sorry yah gak bisa nemenin lu lama-lama,"ujar Vivi meringis tidak enak. Kelna mengangangguk mengerti, tangannya berkibas seolah menyuruh pergi.

"Yaudah sono pergi, hush! hush!"Vivi mendengus namun tak urung gadis itu pergi. "AWAS LOH KEL,"

Kelna tertawa melihat muka masam Vivi, ia kemudian bangkit dari duduknya hendak pergi, namun mendengar ada suara yang sepertinya terjadi kecelakaan membuat Kelna penasaran.

Ia mulai memasuki sebuah kerumunan yang mengelilingi sih korban. Ternyata di situ ada sosok lelaki tampan dengan memakai seragam sekolahnya. Sepertinya pemuda itu tampak jatuh dari motor.

Kelna melihat sekelilingnya, bukannya dibantu malah diliat dan divideokan. Dasar manusia! Kelna mulai mendekati pemuda itu, lalu berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya.

"Hei? kau tidak apa-apa? apakah ada yang lecet?"tanya Kelna khawatir, ia takut wajah pemuda tampan di depannya ternodai.

Pemuda itu hanya menatap Kelna datar, lalu mengangkat motornya. Kelna pun ikut membantu. Setelah selesai mengangkat motor pemuda itu, Kelna langsung menariknya ke Cafe tadi.

"Sini,"pemuda itu hanya diam mengikuti Kelna. "Duduk di sini, bentar tunggu dulu,"lanjutnya.

Kelna pergi ke seberang membeli obat Betadine untuk mengobati luka pemuda itu, untungnya lukanya tidak besar dan parah.

Kelna kembali, ia mendekati pemuda itu, namun sebuah suara besar dan berat memasuki gendang telinganya.

"Kau apakan putra saya?!"

***

To be continue..
Sorry guys kalo ceritanya gj😭🙏

Mas DurhotkuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora