30. Selfishness and regret

Începe de la început
                                    

"Jika aku menceritakan semuanya, itu akan jadi lebih buruk lagi." Kirei masih mengingat jelas apa yang telah dia perbuat hingga semua ini terjadi.

"Tidak, kenapa Mommy tidak mau mencobanya dulu?" Zavel memeluk Kirei yang mulai menangis, "Kita tidak akan pernah tahu sebelum mencobanya."

***

"Kapan Zavel pulang?"

"Katanya masih lama, tidak tahu apa yang dia lakukan di sana sepertinya bahagia sekali," jawab Derjov sembari fokus pada dokumen yang sedang dia baca.

"Aku rasa kau harus menjemputnya, mungkin kau juga akan senang saat ada di sana. Takutnya Zavel terlalu betah dan tidak akan pulang." Guelzio meneguk kaleng minumannya kemudian berbaring di sofa ruang kerja Derjov. Menghabiskan masa liburan dengan mengganggu pria itu terasa menyenangkan untuknya.

"Aku sibuk di sini apa kau buta? Lagian Zavel tidak akan melupakan Ayahnya, itu cuma London. Aku sampai sudah bosan pergi ke sana." Derjov menatap sinis, kenapa Guelzio jadi sering berkunjung dan mengganggu waktunya yang mahal? "Cepatlah menikah, lalu punya hidup sendiri, dan jangan mengusikku terus," ucapnya sambil membuat gestur mengusir.

"Ya, aku akan segera mencari pendamping hidupku setelah pendamping hidupmu sendiri berhenti menggangguku."

Selama ini Guelzio selalu berusaha membuat suasana menjadi riang meski itu bukan sifat aslinya. Guelzio selalu mengalihkan topik dari London. Dan kali ini dia datang untuk membantu Derjov, agar dia terpikirkan dengan kota itu.

"Kau bicara apa?" Sayangnya Derjov sudah tidak sepeka dulu.

Bahkan Zavel bisa langsung sadar jika Guelzio tahu tentang keberadaan Ibunya sekali bertanya. Tapi Derjov? Dia semakin payah dalam memahami ekspresi atau maksud seseorang.

"Ayo pergi ke London." Untuk pertama kalinya, kota yang selalu Guelzio hindarkan dari Derjov, dia sendiri yang membahasnya lebih dulu. "Kau harus ke sana, kita akan menjemput Zavel."

Derjov mengernyit bingung, "Aku akan sibuk beberapa hari ke depan. Lupakan saja."

Di pikirannya tak pernah terbersit sama sekali tentang kemungkinan besar Kirei berada di London. Dia pikir Guelzio memang murni mengajaknya liburan, mengingat Guelzio memang suka berkeliling dunia seperti Zavel.

"Kau harus pergi untuk kehidupan yang lebih baik." Guelzio bangkit, melempar kaleng minumannya tepat masuk ke dalam tong sampah yang jaraknya cukup jauh. "Aku akan pergi ke London, nanti kau bisa menyusul. Aku pastikan kau akan pergi ke sana juga."

"Kenapa semua orang ingin ke London? Ck," Derjov berdecak. "Bagaimana jika aku ke sana saat Zavel sudah mau pulang? Pekerjaanku tidak mudah ditinggalkan." Derjov memijat pangkal hidungnya. Terlalu banyak hal yang dia pikirkan saat ini, pekerjaannya juga cukup membuat stress. Selama ini hanya Zavel yang menjadi sumber semangatnya.

Selain mencari Kirei, Derjov harus berusaha untuk masa depan putranya, agar Zavel menjalani hidup dengan baik. Derjov sangat lelah batin dan fisik. Bahkan ketika tidur saja dia tidak bisa benar-benar melepas semua penatnya.

Sebaiknya dia memang harus refreshing sesekali.

Guelzio tersenyum. "Zavel ke sana karena tujuan penting. Aku rasa dia tidak akan bisa pulang secepat itu."

***

"Memang tidak mudah Ayah!"

Guelzio bisa mendengar decakan sebal dari seorang pemuda yang sedang terhubung panggilan dengannya. Guelzio terkekeh. "Memang, Kirei punya masalah besar delapan belas tahun yang lalu. Dia kabur dari rumah karena suatu alasan, tentu tidak semudah itu membawanya kembali."

"Lalu bagaimana caraku membawa Mommy pulang?" Zavel merengek di seberang telepon. Dia hanya ingin sedikit saran dari Ayahnya yang satu itu.

"Aku yakin dia sebenarnya mau pulang," balas Guelzio.

"Aku tidak akan pulang sampai Mommy mau pulang juga. Tapi Daddy terlihat sangat marah karena aku meninggalkannya sendirian di mansion. Kapan semua ini akan berakhir? Aku sudah lelah."

"Aku pun sama lelahnya dengan semua drama ini." Guelzio benar-benar menyesal karena telah menuruti keinginan Kirei. Dia tahu betapa menderitanya Derjov selama ini, dia pun sama menderitanya meski masih bisa menghubungi Kirei.

Guelzio memang egois, dia sebenarnya punya rencana sendiri selama ini. Berharap Derjov segera melupakan Kirei dan menikah dengan wanita lain mengingat Zavel membutuhkan kasih sayang seorang Ibu. Lalu diam-diam Guelzio akan menyusul Kirei, dan memulai hidup baru yang hanya ada mereka berdua. Licik? Sebenarnya juga tidak.

Saat Zavel menginjak bangku sekolah dasar. Saat itu Derjov masih mencari Kirei. Guelzio akhirnya bertemu dengan Zavel kecil untuk pertama kali. Si kecil pewaris tunggal itu berhasil mencuri hati Guelzio hanya dengan memanggilnya Ayah. Lantas mana sanggup dia merenggut Ibu dari hidup anak yang paling dia sayangi itu? Tidak akan.

Zavel sangat spesial untuknya. Guelzio ada di sana saat Zavel tumbuh dan berkembang.

Guelzio hanya ingin menyatukan kembali seorang anak dengan Ibunya. Keinginan Zavel adalah yang nomor satu baginya, dia menyayangi pemuda itu seperti anaknya sendiri. Guelzio akan memberikan apa pun padanya, semua kebahagiaan yang ada. Tidak akan dia pisahkan putra kesayangannya itu dengan Ibunya lagi! Tidak, Kirei harus kembali!

"Aku tidak ingin menyalahkan Ayah Guelzio karena berbohong selama ini. Aku sangat menyayangimu seperti aku menyayangi Derjov daddy." Zavel paham betul dengan perasaan Guelzio saat ini.

Guelzio mengusap air matanya yang menetes, dan mengulas senyuman lebar. "Kau sangat pengertian sayang. Aku akan segera ke London, tenang saja."

TBC

Can You Love Me? .endUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum