CSG 46- Dibalik mangga muda

17.9K 1.4K 570
                                    

Hueekk!

Suara ketipak langkah kaki terdengar berlari tergesa, memasuki kamar mandi. Sesampai di dalam, suara muntah memenuhi isi ruangan itu. Berkali-kali, sampai rasanya tidak ada sesuatu yang tersisa lagi di dalam perutnya.

Huh

Rasanya perut Fiza lega sekarang setelah tadi seperti dikocok. Pening dikepalanya berangsur reda, karena tangan ajaib gus Afkar memijat pelipisnya. Fiza bahkan tidak menyadari kapan suaminya masuk.

"Kamu sakit?" tanya gus Afkar, cemas.

"Dari tadi pagi badan aku gak enak, rasanya mual terus."

"Kita ke dokter ya?"

"Aku cuma masuk angin biasa."

"Yaudah istirahat, jangan beraktivitas dulu. Jadwal dipesantren biar di handle sama ustadzah yang lain sampai kamu enakan. " Fiza mengangguk patuh. Badannya memang terasa lemas setelah muntah.

Gus Afkar menggendong tubuh Fiza yang entah sejak kapan semakin kurus lalu menidurkannya di kasur. Pemuda itu pun mengambilkan obat masuk angin untuk istrinya.

"Kok aku pengen mangga muda ya, pasti enak kalau di rujak, emm... " ucap Fiza sambil membayangkan makanan itu ada di depannya. Sudah ngiler rasanya.

Gus Afkar tertawa kecil melihat ekpresi Fiza yang tak biasa. Jarang-jarang dia bersikap seperti anak kecil begini.

"Yaudah, saya mau petik dihalaman rumah tetangga dulu ya."

Perkataan itu sukses membuat mata Fiza membola. Apa? Di halaman rumah tetangga katanya?

"Gus mau nyuri? Gak deh, gak mau aku."

Sontak tawa Gus Afkar semakin lepas. Tangannya mengacak rambut panjang Fiza gemas. "Bercanda, Fi. Saya mau petik yang ada disamping asrama santriwati. Katanya di sana udah banyak buahnya."

"Kok gak di asrama santriwan aja? Kenapa harus santriwati?" tanya Fiza dengan tatapan sinis.

"Yang di asrama santriwan baru ada bunganya, Fi belum ada buahnya. Lagian kenapa kalau saya ambil di asrama santriwati?" Ditatapnya wajah Fiza yang masam. "Nggak ada yang bisa mengambil perhatian saya selain kamu. Jadi nggak usah cemburu ya."

Fiza tidak dapat menahan senyuman yang muncul dibibirnya. Suaminya itu bisa saja membuatnya baper tingkat dewa.

"Yaudah sana ambil," usir Fiza karena tak ingin wajah meronanya terlihat oleh Gus Afkar.

Gus Afkar segera beranjak. Dengan semangat 45 ia segera beraksi mengambilkan mangga muda untuk istri tercintanya disamping asrama putri. Akan tetapi, ia tidaklah sendiri. Gus Afkar mengajak kang santri yang kebetulan lewat untuk ikut serta. Karena apa jadinya jika dia pergi sendirian ke sana.

"Ning Fiza ngidam ya, Gus?" tanya santri yang berstatus senior dan cukup akrab dengan Gus Afkar.

Gus Afkar yang sedang fokus pada satu titik di atas sana, seketika terdiam dengan pikiran melayang akibat ucapan kang santri yang diketahui bernama Abdullah itu.

"Ngidam itu hamil ya?" tanya Gus Afkar menatap Abdullah, ambigu.

Abdullah terlihat meringis. Sepertinya ia salah bertanya. Bagaimana kalau ternyata buah mangga yang ingin diambil Gusnya bukan untuk istrinya? Sialnya juga dirinya sok menebak istri Gusnya hamil.

"Abdullah, tolong kamu ambilin mangga sebanyak-banyaknya ya untuk Fiza nanti bawa ke ndalem. Saya pulang duluan."

Gus Afkar berlari dari pohon mangga menuju ndalem. Hal itu menjadi sorotan santri yang berlalu lalang dan seketika timbul pertanyaan 'ada apa?' dalam benak mereka.

CINTA SEORANG GUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang