2018
Karin menyipitkan matanya. menyesuaikan cahaya ruangan di matanya yang masih terasa memburam. tangannya memegangi kepalanya yang terasa pening sekali. terakhir yang ia ingat hanyalah wajah pucat pasi milik Jean yang bercucuran keringat. tanpa sadar senyum malu-malu terukir di bibir gadis itu.
"heh! lo kenapa? kesurupan ya? hah? kok bisa sih? kan lo barusan pingsan bukan kerasukan jin iprit?!"
senyum di bibir Karin pudar tatkala telinganya mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari pemilik yang Karin kenali. hah! siapa lagi kalau bukan Deansyah Fillah Perdana. sahabat sekaligus tetangga yang juga merangkap jadi musuh Karin sesekali.
mata Karin memicing pada lelaki yang menyolek-nyolek bahunya sedari tadi itu.
"ssshh! lo ganggu orang lagi seneng aja deh!" Sungut Karin.
"lah? lo barusan pingsan atau lagi tidur sih, sat?! gila aja nih orang!" maki Dean berapi-api.
Jean yang masih khawatir dengan keadaan Karin hanya bisa berdiri di jarak 5 meter dengan Dean yang sedang berargumen dengan Karin.
"emang gue kenapa? ah, iya! kok gue ada di uks sih?" bingung Karin yang baru sadar.
"makin pe'ak aja otak lo. gak kuat gue punya temen kayak lo!" tangan Dean bergerak hendak menoyor kepala Karin yang terperban. untungnya ia tersadar bahwa gadis itu nyaris saja gagar otak ringan.
keras banget dong ya benturannya? gak tau deh, Dean ga ngerti soal gituan.
Jean berdeham. membuat atensi Karin teralihkan padanya. memasang ekspresi terkejut seketika.
"lo gak apa-apa?" tanya Jean yang sudah terlihat jelas bagaimana keadaan Karin.
Dean memutar bola matanya jengah. "basi banget pertanyaannya."
Karin maupun Jean tak gubris ucapan Dean yang sinis.
"Iya gakpapa kok," jawab Karin yang masih kaget sama kehadiran Jean yang ternyata sedari tadi menyaksikan pergelutannya dengan Dean.
"beneran? kepala lo sakit banget enggak?" tanya Jean. lelaki berseragam olahraga itu tak dapat menutupi ekspresi khawatirnya.
"beneran kok, hehe," jawab Karin dengan tawa garing.
percayalah ini adalah percakapan pertama keduanya.
"lo mau apa?" tanya Jean.
"mau apa?" Karin mengerutkan dahinya, bingung.
Jean mengangguk singkat. "lo mau apapun gue beliin."
Dean menatap sinis Jean. "lo gak usah sok ngide deh buat nyogok temen gue. salah mah salah aja gak usah nyogok nyogok gitu!"
Karin ingin sekali mengumpati Dean sekeras dan sepuas mungkin. sayangnya gak bisa karena ada Jean, gebetannya. alhasil yang dapat ia lakukan hanya melempar kepala Dean dengan bantal. lelaki itu terlalu banyak bicara.
Dean mendengus saat mendapati bantal terbang itu. Jean nyaris saja terkikik, tapi ia masih bisa tahan.
"gue serius kok nawarin. gue merasa bersalah, tapi gue nawarin gini bukan buat nyogok. suer!"
Jean menaikan dua jarinya yang membentuk huruf 'v'. ekspresinya polos membuat Karin mengulum bibir bawahnya menahan gemas.
"iya Jean, paham kok. Dean aja emang yang hatinya dengki terus sama orang," sinis Karin pada Dean.
Dean hanya bisa mendengus.
"so? what you want? ngomong aja, gak usah ragu."
Karin diam. matanya menatap Jean yang juga menatapnya penuh tunggu.
aku cuma mau kamu. boleh gak kalo kita pacaran aja? batin Karin.
"Karin?" panggil Jean seraya mengibas-ngibaskan tangannya di wajah Karin yang lagi bengong.
Dean mendengus untuk kesekian kalinya. lantas tangannya dengan ringan mencubit pipi kenyal sahabatnya itu. dan berhasil, gadis itu kembali tersadar ke dunia nyata.
"ah! apaan sih, Dean! sakit tau!" sungut Karin, memukul tangan Dean yang masih nangkring mencubiti pipinya.
"lo yang apaan! demen banget ngelamun. masih muda juga lo! mikirin apa sampe bengong gitu? utang negara? ya kali!"
kali ini Dean yang bersungut tak tanggung-tanggung.
Karin tuh udah muak ya dengerin Dean ngomel terus.
"mau apa? mau apa?" dengan lembut Jean bertanya kesekian kalinya.
Jean kini setengah duduk di bangkar yang Karin tiduri. wajahnya condong ke Karin. membuat gadis itu salah fokus. aroma lelaki itu membaur di indera penciumannya. harumnya maskulin. Karin suka.
"gak tau, Jean. aku beneran gak lagi mau apa-apa," jawab Karin akhirnya.
Jean menghela napas pasrah. lantas tangannya merogoh saku celana olahraganya. menyodorkan ponselnya pada Karin. membuat gadis itu menukikan alisnya.
"kasih gue kontak lo. karena lo masih bingung mau apa sekarang, jadi nanti kalo tiba-tiba inget mau apa, lo bisa call atau hubungin gue," jelasnya.
Karin speechless. tapi dengan pelan Karin meraih ponsel Jean. mengetik nomornya dan Jean langsung save.
"kenapa harus save-save-an nomer sih? lo modus ya?" tuduh Dean ke Jean.
Jean tersenyum tipis. "enggak. lo kalo di posisi gue juga pasti ngelakuin hal yang sama. gue udah buat luka anak orang, masa iya gak tanggung jawab?"
Dean diam. bener juga.
Jean kembali menatap Karin. "lo beneran gakpapa kan? gue mau izin ke kelas buat ikut ulangan matematika dulu. nanti gue balik sini lagi buat jagain lo."
"enggak usah! ada Dean kok. kamu fokus aja ulangan, gak usah ke sini lagi," tolak Karin.
"serius?"
"iya!"
"ya udah kalo gitu. gue ke kelas ya. call gue kalo lo mau apa-apa, inget!"
Karin mengangguk. lantas Jean berlalu pergi kembali ke kelasnya.
"AAAAKK!" Karin teriak.
Dean menutup telinganya. "anjing! lo ngapain teriak pekok?!"
"Dean, Jean barusan save nomer gue! save, Dean! save nomer gue! dia yang minta, Dean, astagaaa! sumpah gak lagi mimpi kan gue?!"
Karin kayaknya lupa deh kalo kepalanya masih berdenyut nyeri akibat benturan di tepi lapangan tadi.
Dira masuk ke uks dengan napas terengah-engah.
"Karin, lo gakpapa? kenapa teriak? Dean coba cabulin lo ya?!" tanya Dira.
"stres!" umpat Dean.
"lo beneran mau cabulin Karin, Dean?! kebangetan lo ya! gila lo!" tuduh Dira.
"lambe lo ya, tongkol! kalo ngomong asal aja. yang ada noh temen lo yang aneh. abis kepentok tembok otaknya geser, jadi makin gila tuh orang!" sungut Dean.
"udah ah gue mau ke kantin," kata Dean.
"ih, ngapain ke kantin?!" Dira menjambak rambut Dean saat lelaki itu baru melangkahkan kaki.
"anjing, tongkol, rambut gue sakit!" keluh Dean.
Dira melepaskan jambakannya. "ke kelas, Dean! Dimas tadi bilang kelas lo ada ujian praktek TIK!"
mata Dean melotot. "lah anjrit iya! mampus! bu Anggit jangan kosongin nilai saya, bu!"
Dean ngomong keras gitu sambil lari menuju kelas. ketar-ketir dia.
"temen lo aneh banget, Rin."
"temen kamu juga itu, Dir."
"kok bisa ya kita mau temenan sama orang aneh kayak dia?"
"soalnya kita juga aneh, Dir. kamu gak sadar?"
******
next chapter on progress...

KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Lucky
General Fictionbaca aja dulu... iseng aja buat cerita terus dipublish. ada yang baca+feedback, syukur. engga juga gapapa, hehe. ------------------ (cover mentahan cr : pinterest) publikasi : 18 Desember 2021 end : -