"Maaf, ada perlu apa ya?" Tanya Kurenai pada orang itu.

"Perkenalkan, aku Uzumaki Naruto. Etoo... kaasan memintaku memberikan kue ini." Ujar Naruto sambil menyodorkan kue yang dia bawa.

"Ah! Anak nya Kushina toh." Ujar Kurenai sambil tersenyum. Dia menerima kue dari Naruto lalu mengucapkan terimakasih.

"Bibi sudah mengenal kaasan ku?." Tanya Naruto berbasa-basi.

"Tentu saja, kemarin kami sempat bertemu dan mengobrol sebentar. Dia juga cerita kalau dia punya anak lelaki yang bandelnya minta ampun. Itu pasti kau kan? hehe... "

"Heh?... Mana ada! Kaasan saja yang asal bicara. Asal tau saja, aku ini orang yang sangat penurut sama orang tua." Jawab Naruto sedikit menyombongkan dirinya sendiri.

"Hehe... Aku percaya kok. Emm... Masuk dulu biarkan kubuatkan teh." Ujar Kurenai menawarkan.

"Tidak usah, aku langsung pulang saja." Tolak Naruto halus. Dia tidak ingin merepotkan.

"Kau sudah repot-repot mengantar kue ini, jadi sebagai tanda terimakasihku, biarkan aku menyuguhkan teh untukmu dan aku tidak ingin ada penolakan loh..." Jawab Kurenai sambil bercanda.

Tidak ada salahnya juga jika dirinya masuk sebentar. Hal itu juga bisa membuat mereka lebih akrab, toh mulai sekarang mereka akan jadi tentangga jadi penting untuk membangun hubungan yang baik.

"Baiklah jika bibi memaksa." Ujar Naruto pada akhirnya.

Kurenai tersenyum lalu mempersilahkan Naruto masuk. Dia menuntun Naruto menuju ruang tamu sebelum dirinya pergi ke dapur untuk membuatkan teh.

Duduk sendiri di ruang tamu, Naruto menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Dia melihat perabot rumah dan segala hiasannya seperti aquarium dan dan lain-lain. Dia juga melihat beberapa foto di dinding yang menampilkan foto Kurenai dan suaminya, tapi yang membuat Naruto merasa heran adalah dirinya tidak menemukan satupun foto orang lain selain Kurenai dan suaminya. Apa mereka hanya tinggal berdua saja? Itulah pertanyaan yang muncul di kepala Naruto.

"Maaf membuatmu menunggu lama." Ujar Kurenai yang datang dari arah dapur sambil membawa nampan.

"Harusnya aku yang minta maaf karena sudah merepotkan bibi." Jawab Naruto.

"Jangan panggil bibi, panggil saja Kurenai. Aku merasa sangat tua kalau di panggil bibi." Ujar Kurenai sambil meletakan cangkir teh di atas meja.

"Apa tidak papa?"

"Tentu saja! Justru aku merasa kesal kalau di panggil bibi hehe..."

"Baiklah kalau begitu emm... Kurenai-san."

"Nah gitu kan enak. Oh... Silahkan di minum tehnya Naruto-kun." Ujar Kurenai yang hampir lupa menawarkan minumannya.

"Haik!" Jawab Naruto singkat.

Mereka duduk di ruang tamu menikmati secangkir teh sambil mengobrol. Sesekali mereka tertawa saat merasa lucu dengan apa yang mereka bicarakan. Sampai pada akhirnya, Naruto melihat ekspresi Kurenai berubah sedih saat dia menanyakan sesuatu.

"Eto... Apa Kurenai-san belum memiliki anak? Soalnya aku tidak melihat foto lain selain milik Kurenai-san sendiri dan suami Kurenai-san." Tepat setelah Naruto selesai bertanya, saat itu juga wajah Kurenai berubah sedih. Naruto langsung merasa bahwa tidak seharusnya dia bertanya soal itu.

Membantu KurenaiWhere stories live. Discover now