TRUE CELEBRITY 44 - BUKU DIARY

197 15 0
                                    

Seberapa rapat pun kamu menyimpan kebohongan. Ia pasti akan terlihat juga. Sebab kebohongan itu sendiri yangmenampakkan dirinya.

-DILYA LP-

🌹🌹🌹

Dilya dan Ronald masuk dalam mobil yang sama meninggalkan Studio. Ronald tampak lega akhirnya bisa meluruskan permasalahannya terkait hubungannya dengan Silya. Lain lagi dengan keadaan Dilya saat ini. Ia tampak lelah dan gusar menatap luar jendela mobil. Begitu banyak hal yang ia pikirkan akhir-akhir ini. Helaan napas kasar pun kian terdengar oleh telinga Ronald.

"Kamu kenapa, Sayang? Kok kayak banyak pikiran gitu? Masalah kita udah clear. Bagaimanapun reaksi penggemar, itu hak mereka. Jangan terlalu dipikirin."

"Ya kan tetap aja jadi beban. Mana film aku tertunda gara-gara hal ini. Ah tau ah, aku pusing banget. Bawa minyak aroma terapi nggak, ya." Dilya membuka tasnya mencari benda tersebut. Dilya mengoleskan minyak aroma terapi itu di lehernya. Hingga akhirnya Dilya menghentikan aktivitasnya. Matanya terbuka lebar dan detik berikutnya ia membuka tas dengan kasar. Mencari sesuatu di dalam sana dengan raut panik. Ronald tentu saja heran melihatnya.

"Kenapa? Kamu cari apa? Kok panik gitu."

"Buku diary aku, Nald. Hilang!"

"Kamu bawa buku diary ke studio? Buat apa? Itu bahaya tau nggak. Gimana kalau orang yang temuin."

"Aduh! Aku harus gimana dong? Apa kita balik lagi aja ke studio, ya?" cemas Dilya.

"Ya harus. Ntar diambil orang."

Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke studio. Beruntungnya masih belum terlalu jauh. Jadi tak memerlukan waktu lama untuk sampai ke studio tersebut. Begitu sampai di studio, Dilya langsung berlari masuk ke dalamnya. Tampak Jesika sudah hendak pulang sambil beres-beres. Ia terkejut melihat Dilya yang tiba-tiba masuk ke ruangan itu kembali.

"Silya. Kok balik lagi? Ada yang ketinggalan, ya?" tanya Jesika.

"I-iya. Liat nggak buku diary warna biru. Tadi nggak sengaja bawa dari rumah, cuma udah nggak ada lagi di dalam tas. Aku izin cari, ya."

"Oke silakan."

Dilya mulai mencari-cari buku itu. Raut wajahnya tambah panik begitu tak mendapati apa yang ia cari. Pikiran Dilya tiba-tiba tertuju pada Viona yang tadi duduk di sampingnya. Bisa jadi Viona yang menemukannya.

"Maaf, Mbak. Viona udah pulang, ya?"

"Udah. Bareng kalian juga tadi pulangnya. Kenapa, belum ketemu ya bukunya?"

"Iya, Mbak. Ya udah mungkin jatuh di luar. Makasih, ya."

"Oke Silya. Hati-hati."

Dilya meremas rambutnya begitu keluar dari ruangan itu. Matanya terus menelisik ke arah bawah. Pikirannya bertambah kalut kalau-kalau Viona-lah orang yang menemukan diarynya.

Kalau sampai Viona yang temuin buku itu. Tamat riwayatku. Semua curhatan tentang Ilya ada di sana. Ya Tuhan ... semoga aja ketemu.

Sementara itu, Viona tampak bersandar nyaman di kursi penumpang mobil pribadinya. Di tangannya menggenggam sebuah buku diary berwarna biru muda milik Dilya. Viona tersenyum puas, seolah-olah dunia ada di genggamannya.

"Dasar ceroboh. Bisa-bisanya dia bawa buku diary ke studio. Wajar sih, orang kampung. Silya mana mungkin se-kuno nih orang," monolog Viona terkekeh sinis.

"Berarti dugaan gue bener. Silya yang sekarang adalah Silya palsu. Lebih telatnya dia adalah Dilya saudara kembar Silya yang tinggal di kampung. Jago juga dia aktingnya. Sampai-sampai publik nggak curiga sama pembawaan baru dirinya."

TRUE CELEBRITY [COMPLETED]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz