#43

70 45 546
                                    

Gadis bermuka pucat tersebut membuka matanya perlahan, menatap sekelilingnya dengan tatapan kosong.

"Siapa namamu?"ucap seseorang yang duduk disamping ranjang rumah sakit sambil menggenggam tangan gadis itu.

Gadis itu menggeleng samar lantas menatap wanita paruh baya tersebut.

"Siapa kamu?"ucapnya untuk pertama kalinya.

"Saya menyelamatkanmu nak, kamu terdampar dipantai. Kau ingat namamu?"ucapnya sambil menatap lekat lekat gadis itu.

Gadis itu menghela napasnya lalu menatap langit langit rumah sakit dengan pandangan kosong.

"Aku tidak ingat apapun, bagaimana saya bisa berada disana?"ucapnya.

"Baiklah,, saya akan memanggil dokter."ucap wanita tersebut lalu meninggalkan gadis tersebut diruang ICU seorang diri.

Setelah beberapa menit, seorang laki laki dengan jas putih dan stetoskop dilehernya berjalan mendekati gadis tersebut disusul dengan wanita dengan senyum manis dibelakangnya.

"Bagaimana? Kau ingat soal dirimu?"tanya dokter tersebut.

Gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Kepalaku sakit dan tubuhku dingin."ucapnya.

"Baiklah,, untuk beberapa hari kamu harus tetap di rumah sakit agar tubuhmu kembali pulih dan mengingat apa yang sudah kamu lupakan."jawab dokter tersebut lalu memberi satu suntikan vitamin ke infusnya.

Wanita paruh baya tersebut tersenyum lantas duduk disalah satu kursi dekat dengan gadis itu terbaring.

"Nak.."panggilnya sambil memegang pundaknya.

Gadis itu menoleh menatap wanita paruh baya di hadapannya.

"Nama ibu Jamila, ibu yang menyelamatkanmu bersama suami ibu. Kamu saat itu sedang terombang-ambing di bibir pantai, jadi ibu dan bapak membawamu kemari."jelasnya.

Gadis itu mengangguk.

"Terimakasih."ucapnya lalu tersenyum.

"Kau tidak ingat namamu sama sekali nak?"ucap Bu Jamila.

Gadis itu menggeleng dan mencoba mengingat namanya, namun hasilnya nihil.

"Baiklah, biar ibu memberimu nama untuk sementara waktu. Setelah kamu mengingat namamu dan darimana asalmu, kamu bisa mengganti namamu." ucap Bu Jamila lalu dibalas anggukan oleh gadis tersebut.

"Namamu Rara, bagaimana?"

"Baiklah, tidak masalah."

"Anggap saja ibu ini seperti ibumu sendiri, habis dhuhur bapak akan kesini menjengukmu. Kamu akan bertemu dengannya."jelas Bu Jamila lalu mengelus puncak kepala gadis tersebut.

Rara mengangguk dan tersenyum manis.

"Bagaimana aku bisa lupa banyak hal, lalu bagaimana aku bisa berakhir seperti ini?"gumamnya.

"Kamu jangan memaksakan pikiranmu untuk mengingat banyak hal sampai kondisimu benar benar pulih, ingatanmu akan segera kembali. Percaya sama ibu."jawab Bu Jamila menenangkan Rara.

"Terimakasih sudah membawa saya kemari dan merawat saya, terimakasih banyak."

"Kamu tidak perlu berterima kasih nak,, ini sudah kewajiban kami sebagai warga untuk membantu siapa saja yang butuh bantuan kami."jelasnya.

Rara mengangguk paham lantas tersenyum menatap wajah Bu Jamila.

-------

5 hari berlalu begitu saja, Rara bersama Jamila dan juga Arman berjalan menuju kediaman keluarga Arman yang bisa dibilang cukup jauh dari rumah sakit.

Something worthwhile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang