22. (Yellow)

198 35 4
                                    

"Pelan-pelan makannya nanti tersedak," ucap Yoongi melihat Jennie makan dengan lahap. Yoongi tidak ikut makan, ia hanya duduk di depan menemani Jennie makan dengan secangkir kopi.

Makanan telah habis dan Jennie merasa seperti hidup kembali. Benar-benar tadi itu dirinya kesulitan mencerna makanan padahal lapar begini.

Begitu bertemu di tempat janjian, Yoongi sempat kaget melihat Jennie benar-benar bertelanjang kaki padahal suhu malam begitu dingin. Yoongi langsung pergi membeli obat dan sendal berwarna pink untuk Jennie.

"Sendalnya imut," komen Jennie sudah puluhan kali melihat sendalnya.

Tak habis pikir Yoongi melihatnya, "kenapa juga kamu ngelepasin sepatunya?"

"Kalau tidak muat akankah lebih baik jika dilepas. Jika dipaksa kaki akan sakit dan berakhir luka lecet."

"Kalau dari awal sudah tau tidak muat untuk apa dipakai?"

Jennie mengubah posisi duduknya dan dagunya bertopang di tangannya. Mengingat kembali saat ia memilih sepatu sebelum berangkat, "karena cantik."

Yoongi menghela nafasnya. Ia kembali melihat pakaian Jennie, "gak kedinginan?"

Yoongi bertanya seperti itu melihat pakaian Jennie yang relatif tipis ditambah lagi lengannya pendek.

"Apaan nih, lo khawatir sama gue?"

Yoongi geram mendengarnya. Ia menyentil dahi Jennie hingga pemiliknya kesakitan.

"Kenapa liat-liat?! Gua tau gua itu cantik!" seru Jennie mengusap dahinya dan melihat Yoongi yang diam-diam melihatnya.

"Mau secantik apapun, kalau gua udah liat lo ileran yang diinget gua itu terus."

"Cih muji doang susah amat. Awas aja lo jatuh cinta. Inget bentar lagi kita pisah."

Perkataan Jennie membuat Yoongi terdiam. Padahal dirinya sempat lupa atau lebih tepatnya sengaja untuk lupa. Hari perpisahan mereka terhitung seminggu lagi. Tak terasa memang. Meski ada yang mengganjal, ia yakin lambat laun dirinya akan terbiasa seperti saat Jennie sebelum datang ke kehidupannya.

"Jika kita berpisah apa kita tidak akan bertemu kembali?" tanya Yoongi.

"Mungkin," dan Jennie melanjutkan, "tapi kalau lo manggil gua, gua akan datang."

___

Jennie duduk bersila menonton drama Korea kesukaannya. Ditemani oleh beberapa snack camilan. Ponsel hitam di mejanya berdering. Jennie menaikkan sebelah alisnya bingung pasalnya ini bukan miliknya. Apa mungkin HP ini milik Jaemin? Karena 15 menit yang lalu Jaemin keluar dari apartementnya sehabis mengantarkan lauk buatan ibunya.

Jennie melihat nama pemilik nomor telepon. Jennie memekik senang begitu tertulis nama Jeno di sana. Sudah lama juga dirinya tidak mendengar suara maskulin teman adiknya.

Jennie berdehem mencoba memfeminimkan suaranya, "halo?"

"Apa-apaan suaramu itu? Membuatku muntah saja."

Jennie berdesis karena kenal dengan pemilik suaranya, "eish lo ini. Kenapa lo ngehubungin gue pake nomor pangeran gue?"

"Pangeran dengkulmu. Gua cuma mau mastiin kalau HP gua ketinggalan di rumah kakak."

"Ck yaudah mau lo ambil kapan?"

"Sabar dikit kenapa jamet!"

"Durhaka lo, kakak sendiri dikata jamet. Emang bener lo itu anak pungut."

"Please deh kak, gua bukan Jaemin kecil yang nangis karena percaya gua itu anak pungut karena omongan kakak."

"Bacot lo. Jadi kapan mau diambilnya? Apartemen gue bukan tempat penitipan barang."

Oh, my Jennie! [√]Where stories live. Discover now