Note: Selamat membaca~
Hari mulai beranjak malam tapi Yuka tidak kunjung bangun dari tempat tidurnya, hingga terdengar suara panggilan dari luar pintu kamarnya.
"Yuka, bangun udah malam loh," ujar Bibi Anaya seraya mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.
Sebenarnya ia malas sekali untuk bangun, kepalang Bibinya tiba-tiba datang membangunkan, Yuka tidak punya alasan untuk tidur kembali. Seraya bangun dari atas kasur ia mulai beranjak ke pintu untuk melihat Bibinya itu.
"Maafkan aku, Bi. Aku sangat kelelahan hingga harus dibangunkan," ujarnya tersenyum tipis.
"Ahh, tidak apa-apa. Seharusnya Bibi tidak membangunkanmu kalau tahu kau kelelahan," ujar sang Bibi seraya mengelus lembut pucuk kepala Yuka.
Yuka hanya tersenyum lalu pergi ke bawah bersama Bibinya untuk makan malam.
Dimeja makan
Tidak ada yang memulai pembicaraan dimeja makan, semua hanya fokus kepada makanan masing-masing hingga sang Bibi memulai percakapan karena suasana dimeja makan terlalu hening. Suara jangkrik tetangga saja sampi terdengar saking heningnya.
"Bagaimana sekolahmu, Yuka?" Tanya Bibi sambil melihat kearah Yuka yang masih sibuk terhadap makananya.
"Tidak begitu buruk," ujarnya tanpa melihat sang Bibi.
Bibi hanya menanggapinya dengan ber 'oh' ria saja. Ia tahu sekali keponakannya itu sedang mengalami hal sulit tetapi ia tidak tega untuk menanyakannya.
"Paman mendengar kabar dari seorang siswa bahwa dia melihat kau diusik oleh sekumpulan siswi," ujar Paman angkat bicara setelah sekian lama diam.
Mendengar hal itu Yuka menghentikan aktivitas makannya dan menaruh sendok disamping piring. Ia lagi malas membahas hal itu, tapi siapa orang yang sudah memberitahu Pamannya ini.
"Apa ada masalah, Yuka?" Tanya Paman seraya menatap keponakannya dengan tatapan khawatir.
Pamannya agak sedikit kesal terhadap keponakannya itu, jika ada masalah bukannya memberitahu tapi malah dipendam sendiri. Tapi Pamannya itu sudah tahu kalau anak jaman sekarang jika ada masalah kebanyakan dipendam hingga membuat stress diri sendiri.
"Sepertinya dia salah lihat, aku tidak di usik oleh siapapun."
Paman yang mendengar itu hanya bisa menghelakan nafas, lalu beranjak pergi dari ruang makan menuju ruang kerjanya tanpa mengatakan sepatah katapun.
Bibi yang melihat hal itu langsung membersihkan tempat dimana suaminya makan lalu langsung mencucinya. Sebelum ia pergi ke tempat suaminya, Bibi sempat membisikan sesuatu kepada Yuka.
"Jika ada masalah kau bisa menceritakannya kepada Bibi. Jika masalah itu kau pendam cukup lama itu hanya akan membuatmu merasa sesak, banyak orang yang menyayangi dirimu, Yuka. Terbukalah." Bibi tersenyum di akhir perkataannya.
Dan saat itu juga Yuka tidak bisa lagi membendung air matanya. Ia tidak bermaksud untuk membuat orang yang ia sayangi khawatir, tapi ia hanya ingin menyelesaikan masalahnya sendiri. Ia takut untuk menceritakan semua masalah yang sedang ia hadapi kini, ia tidak ingin membuat orang memikirkan dirinya dengan masalah yang ia hadapi. Ia terlalu takut untuk menceritakannya.
YOU ARE READING
A Solitary Girl
Short StoryYukana Helainna, seorang gadis yang selalu menyendiri. Dia cantik, tapi di hindari oleh semua orang. Karena tingkahnya yang di bilang aneh oleh semua orang. Dia bertingkah dingin, pemarah, dan tak suka keramaian. Dia hanya ingin menyendiri. Kalau sa...
