Luna berkaca. Ia menghampiri Sehun dan mengusap kepalanya. “Maafkan Mama, ya? Mama janji tidak akan bekerja sampai lupa waktu”
Sehun terdiam. Ia menatap sang ibu lalu menghela nafas. “Semua teman sekolah Hunnie, tinggal bersama dengan mama dan papanya. Dan setiap saat ada pentas seni, mama dan papa mereka datang. Namun hunnie? Setiap kali Hunnie pentas seni, yang datang hanya nenek”
“Hunnie—
“Aku membenci hidupku yang selalu sendirian, dan aku membenci kalian yang selalu memperlakukanku seperti anak kecil”
“Kau memang anak kecil—
“Lalu apa yang sudah papa berikan untuk anak kecil ini?”
Kris mengerutkan alisnya. Sepertinya ada yang salah dengan otak sang anak.
“Wu Shixun—
“Okay, Hunnie akan ikut pulang. Tapi besok ya ma, Hunnie lelah. Ingin tidur sekarang” ucapnya lalu berlari menuju kamarnya sendiri yang padahal tidak pernah ditempati olehnya.
Luna mengusap wajahnya, suara isakkan halus terdengar. Kris menatapnya lalu menghela nafas panjang.
“Aku akan menelfon psikiater” ucap Kris lalu bangkit berdiri untuk mengambil ponselnya yang sebelumnya dicharge olehnya.
“Sehun tidak gila”
“Ya, dia mungkin butuh teman cerita”
“Dia memiliki kita”
Kris tertawa sarkas. “Tidak ada kita dalam hidupnya, Luna. Hanya ada kau, dan aku. Dua individu berbeda yang menjadi papa dan mamanya. Sebuah kesialan bagi Sehun yang pintar untuk memilikiku sebagai orang tuanya” ucap Kris lalu beranjak untuk mendial psikiater yang menangani masalah psikisnya dulu.
Luna mengacak rambutnya. “Ini semua karna kau” ucapnya dengan suara parau.
“Karna keegoisanmu. Karna kau. Karna kau yang tidak mau melepaskan kesenanganmu sendiri” ucap Luna tegas lalu berlalu ke atas untuk menghampiri Sehun.
Kris kembali duduk pada single sofa lalu memejamkan matanya. Tao berada disana, sejak tadi. Ia selalu tidak terlihat setiap kali Kris dan Luna sedang berdebat seperti ini.
“Kau tahu mama Wu sering mengadu bahwa Sehun mengalami gangguan sulit tidur, bukan, boss?”
Kris tengah memijat pelipisnya, menatap Tao yang tampak menatapnya dalam.
“Dia baru berusia lima tahun. Topik pembicaraannya tentang cinta, dan pemikirannya yang terus mengatakan bahwa ia sudah dewasa. Itu tidak normal, Kris Ge”
“Itu sebabnya aku memanggil psikiater—
“Dan apa kau sembuh setelah menemui psikiater? Apa insomnia mu tertolong?”
Luna memasuki kamar Sehun dan mendapati Sehun tengah tertidur dengan lelap. Nafasnya teratur.
Ia mendekatinya, dan mengerutkan alisnya ketika kini ia melihat secarik kertas lusuh yang berada dalam pelukkan Sehun. Ia menariknya perlahan, berniat untuk mengambilnya.
Nafasnya tertahan selama lima detik sebelum akhirnya kembali normal. Luna mengenal nama Chanyeol, juga wajahnya dalam foto. Sebuah nama yang beberapa kali Kris igaukan dalam tidurnya.
“Apa mama akan membuangnya??” suaranya parau, lirih menahan tangis dan memohon.
Luna menatap Sehun yang berbeda dengan suaranya, wajahnya begitu datar dan matanya kini menatapnya dengan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Krisyeol; The Immutable Truth
Fiksi PenggemarI was in Love. Now, I'm in Pain. You were my Happiness. Now, You are my Sadness.
15 ◕ He could be (🇮🇩 vers)
Mulai dari awal
