Bab 2

79.5K 8.5K 100
                                    

1 minggu kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1 minggu kemudian....

Hari ini adalah hari dimana akan dilaksanakannya pernikahan Adwan dan Saras. Mereka menikah tanpa pertemuan sama sekali

Jika Saras yang masih pernah melihat wajah Adwan dari foto, maka berbeda dengan Adwan yang sama sekali belum tau wajah perempuan yang akan dinikahinya ini.

Padahal wanita itu dinikahi karena empat hal : karena keturunannya, karena kecantikannya, karena kekayaannya, dan karena keagamaannya.

Tapi Adwan tidak memusingkan hal itu sama sekali, karena menurutnya apapun pilihan orang tuanya, sudah pasti yang terbaik.

Jam 8.30 pagi, keluarga Saras sudah sampai di kediaman keluarga Adwan, karena akad dilaksanakan dirumah mempelai pria.

Keluarga Saras turun dari mobil dan disambut langsung oleh keluarga Adwan dengan ramah.

"Halo Saras, wah cantik ya mantu Mama" sapa mama Adwan ramah.

"Hai Tante, mana nih calon suaminya, gue mau lihat dong" Sambar Saras.

"Saras, sopan sedikit!!!" Mamanya menyikut perut Saras dengan suara agak ditahan.

"Awww, sakit Mah. Apanya yang ngga sopan sih? Kan cuma nanya" Saras memutar malas bola matanya, sambil memegangi perutnya yang agak sakit.

Mama Adwan justru tertawa kecil melihat kelakuan Saras, karena menurutnya persis kelakuan mamanya waktu muda dulu.

"Yasudah, ayo kita masuk dulu, ayo Nak Saras, Adwannya ada didalam" Mama adwan berucap dengan wajah sumringah.

.........

Betapa terkejutnya Saras setelah masuk kedalam rumah. Karena pemandangan yang dilihatnya adalah para perempuan dengan jilbab sepanjang lutut, dan para laki-laki yang sangat rapi dengan sarung dan pecinya.

Saras menebak itu adalah teman pesantrennya adwan, karna kebanyakan dari mereka masih berwajah remaja semua.

Tapi sampai sekarang Saras belum tau mana yang namanya Adwan. Daritadi ia hanya berdiri melongo ditengah-tengah orang yang lalu lalang diruangan itu, bahkan ia tidak tau lagi dimana orangtuanya sekarang, ia tertinggal dari rombongan, asik melihat-lihat sedaritadi, dan sekarang tampak seperti orang linglung .

Dan tiba-tiba, tampak seorang wanita paruh baya datang menghampiri Saras, berjalan dengan tergesa-gesa.

"Saras ayo Nak, kok malah ngelamun, akad nikah akan dimulai" ucap wanita paruh baya itu yang ternyata adalah mamanya Adwan, lalu menarik tangan Saras.

.......

Saras sampai disatu ruangan, dimana disitu sudah banyak orang yang berdudukan, dan orang tuanya juga ternyata disini sedaritadi.

Pandangan Saras tertuju pada laki-laki tampan yang mengenakan tuxedo dan peci hitam di kepalanya, sedang berhadapan dengan seseorang yang Saras tebak adalah penghulu. Yang itu artinya, laki-laki tampan itu adalah calon suami Saras.

"Njirr, ganteng bangett, masa iya lebih ganteng dari yang difoto, damagenya kuat banget huwaaa tolongin, kalau gini ceritanya.....arghhh" Jerit Saras dalam hatinya.

Saras berdiri mematung, asik dengan pikirannya, sementara sekarang, semua pandangan sedang tertuju padanya.

"Saras, duduk Sayang" ucap mamanya sambil menunjuk posisi tepat disebelah laki-laki tampan tadi.

Pun Saras duduk dengan segala kecamuk yang ada di pikirannya, ia tidak menyangka jika pernikahan akan seserius ini, dan ia tidak menyangka jika calon suaminya ternyata setampan ini dan tampak sangat karismatik.

Adwan menatap Saras yang baru duduk di sampingnya, dan menganggukan sedikit kepalanya, lalu melempar senyum tipis.

Degg

Saras tidak tau sensasi aneh apa yang menjalar dalam dirinya setelah melihat senyum laki-laki yang sebentar lagi akan bernotabe sebagai suaminya.

Sekarang terlihat Adwan yang sudah berhadapan langsung dengan Papa Saras. Serta di sebelah Adwan ada Saras sendiri yang terlihat begitu cantik, persis boneka hidup. Tak heran jika semua santri putri dan ibu-ibu yang berhadir turut berbisik pangling akan kecantikan Saras.

Sungguh, dada Adwan sekarang tampak begitu naik turun, napasnya terdengar memburu. Gugup pastinya.

"Ayo, sudah bisa kita mulai," wali hakim buka suara.

Terlihat Adwan yang menghela napas, lalu dengan mantap menjabat tangan Papa Saras.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Hadwan Harsha Haryaka Bin Bram Ashari Ar-Rasyid dengan putri kandung saya yang bernama Saras Raveena Binti Dharmaradja dengan mas kawin 200 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Saras Raveena Binti Dharmaradja dengan mahar 200 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi?" wali hakim ambil alih

"Sah," sambut saksi satu

"Sah," susul saksi dua

"Alhamdulillah" serentak suara dari seluruh tamu undangan yang turut menyaksikan.

Detik itu juga terlihat Adwan yang benar-benar menghela napas lega, lalu beralih menatap Saras yang duduk ayu di sebelahnya. Tumben, pikir Adwan. Kemudian disusul senyum tipisnya yang mengembang.

Srep

Ia megulurkan punggung tanggannya ke Saras. Dengan mesra Saras menerima uluran tangan itu, menciumnya dengan lembut.

Ah, yang benar saja! Semua tamu undangan senyum tak menentu dibuatnya.










Vote dan Komen!!

MAU NGAPAIN LAGI, HAH?! UDAH DIBILANGIN, JANGAN LANJUT KALAU BELUM FOLLOW, Vote, dan Komen!!

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang