Bab 1

177K 11.8K 830
                                    

"Kenapa harus anak santri sih, Mahh!!!" Saras memutar malas bola matanya, sambil menghempaskan kasar bokongnya ke kasur.

Mamanya terlihat sedikit menggertakan gigi sambil berjalan menghampiri Saras "Terus kamu maunya yang bagaimana? Anak geng motor? Preman jalanan?"

"Ish apaan sih Mah, yah kan setidaknya dari kalangan biasa-biasa aja, ngga usah anak santri segala, malesss bangettt tau ngga sih Mah."

"harusnya kamu bersyukur Rass dijodohin sama anak santri begini, paham agama, bisa membimbing kamu. Jadi, Mama minta tolong ngga usah banyak protes, jalani aja dulu."

Saras menatap sinis mamanya mendengar lontaran itu "Gila apa!! Kalau nanti Saras jadi janda muda, baru tau rasa kalian!!"

"Mama sama Papa ngga mungkin Rass menjerumuskan kamu ke jalan yang sulit, kamu hanya perlu percaya sama kami dan menjalani semuanya layaknya air mengalir."

"Oh," balas Saras singkat, dan lagi-lagi memutar malas bola matanya.

Mamanya tidak tau lagi harus bertanggapan apa, ia hanya menatap wajah putrinya dengan ekspresi yang sulit diartikan, lalu kemudian tampak seperti menyalakan layar hp yang ada ditangannya "Ini biar Mama lihatin foto calon suami kamu."

"Ngeri ih Mah, udah main calon suami aja," ledek Saras yang tak terima.

Mamanya hanya membuang napas dengan gusar melihat sikap putrinya, lalu kemudian menunjukkan fotonya.

Fotonya :

"NJIRR, APA NGGA DI RUKIYAH GUE NANTI TIAP HARI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"NJIRR, APA NGGA DI RUKIYAH GUE NANTI TIAP HARI..!!" sambar Saras histeris melihat foto itu.

"SARASS...!! Bisa ngga sih kalau kamu ngomong lembut sedikit, utamanya sopan," gusar mamanya akhirnya.

"Apa sihhh Mah, lebayy dehh" cerocos Saras enteng saja.

"ANAK INI BENAR-BENAR KETERLA..."

"Iya iya....maaf, sensi amat dah Mah" Saras memotong ucapan mamanya, dan menarik hp dari tangannya.

"Terusss...sape dah nih namanya?" Saras menunjuk foto yang ada di hp.

"Hadwan Harsa Haryaka Ar-rasyid."

"EBUSETTT ALLAHUU...!! Dari namanya aja gue udah tremorrr," sambar Saras lagi-lagi.

Mamanya tidak tau harus berucap apalagi, dan entah sudah berapa kali ia membuang napas gusar, yang jelas...setiap kata-kata yang keluar dari mulut Saras pasti memancing emosi.

Padahal Saras dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang baik tentunya. Papanya adalah seorang lulusan pesantren. Dan mamanya adalah seorang bintang sekolah, sang juara umum di masanya, tepatnya di SMA Pelita Bangsa.

Lalu kenapa Saras bisa begini? Apa karena bawaan lingkungan teman sekitarnya? Jadinya Saras terbawa-bawa?

Sepertinya tidak, Saras memang sudah sedari kecil menunjukkan sikap bar-barnya.

Mas Santri, I Love U [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang