Part 14

59.9K 2.8K 654
                                    

Hamil Anak Ular

Part 14

Anjani mendekati tumpukan kulit ular, itu milik Chiko, hewan kesayangannya yang sudah dua minggu ini tak ia keloni. Diraihnya lalu mengamati, memastikan apakah itu kulit asli atau hanya akal-akalan ayah tirinya saja. Dugaannya, si ular pyton dijual Lucky.

"Chiko, kamu di mana? Aku udah pulang!" teriak Anjani kembali mengedarkan padangan ke sekeliling kamar.

Chiko itu ular yang besar, tak mungkin ia bisa bersembunyi di kamar, begitu pikir Anjani. Untuk memastikan, digeledahnya lemari juga kamar mandi tapi si ular kesayangan juga tidak ditemukan.

Anjani keluar dari kamar lalu dengan terseok-seok menuruni anak tangga. Kakinya belum bisa dibawa jalan dengan sempurna, ditambah tangan kanan juga masih digendong. Beban di perutnya semakin hari semakin bertambah, membuat ia semakin kesusahan dalam melangkah.

Saat Anjani tiba di bawah, langsung digedornya pintu kamar sang mama. Ia akan memberi pelajaran si benalu, tersangka utama hilangnya Chiko.

Dengan malas, Lucky membuka pintu kamar. Ia mengucek mata melihat kehadiran anak tirinya di depan pintu.

"Ada apa?" tanya Lucky kesal.

"Chiko mana?" Anjani menautkan alis menatap sang ayah tiri.

"Aku gak tahu, bukannya di kamarmu sana," jawab Lucky dengan tampang dongkol menatap gadis hamil dengan tubuh penuh perban sana-sini.

"Kalo Chiko ada di kamar, aku gak akan nyariin dia ke sini. Dasar bego! Kamu pasti udah jual dia 'kan? Ngaku aja! Nggak nyangka, udah benalu, mafia reftil pula!" umpat Anjani dengan tampang berang.

"Dasar ya, main fitnah aja!" Lucky berkacak pinggang, mata ngantuknya mendadak melek seketika.

"Kembaliin Chiko! Mana dia?!" Anjani mendorong kasar tubuh tegap di hadapannya. "Jangan-jangan kamu umpetin di sini pula dia!" sambungnya sambil berusaha menerobos masuk ke kamar sang ayah tiri.

Dengan cepat, Lucky menghalangi tubuh Anjani dengan tubuhnya. Refleks tubuh keduanya berdempetan, Anjani mengangkat tangan kiri hendak memukul suami dari mamanya itu. Lucky segera menangkap tangan anak tirinya itu.

"Bajingan kamu, ya!" bentak Anjani kesal karena tangan satu-satunya yang bisa melakukan segalanya malah ditangkis Lucky dan ditekuk ke belakang.

"Hey, udah kayak mumi begini masih aja mau jadi preman! Selama ini aku gak melawan, bukan berarti aku itu lemah dan mau saja ditindas oleh anak tiri tak diri seperti kamu .... " Belum selesai ucapan Lucky, Endah yang mendengar suara keributan dari dalam kamarnya langsung melangkah menuju pintu.

"Apa-apaan sih kalian ini? Kok malah peluk-pelukan di depan pintu begini!" sergah Endah.

Lucky langsung melepaskan tangan Anjani, ia terlihat salah tingkah karena melupakan kalau di kamar ada istrinya yang sedang tertidur.

"Suami mama udah ngumpetin Chiko! Balikin, gak! Atau aku laporin polisi, mau?" Anjani menunjuk wajah pria berkulit hitam manis itu.

Lucky tersenyum sinis sembari menepis telunjuk Anjani, lalu berkata, "Lapor aja ke polisi, aku gak takut karena aku nggak bersalah. Dasar ... calon ibu dari anak-anak ular, emosinya naik terus!"

"Hey, dasar benalu!" Anjani menginjak kaki sang ayah tiri.

"Agghhh, sinting kamu ya!" Lucky mengaduh sambil memundurkan tubuhnya.

"Anjani!" pekik Endah sambil melototi putri tunggalnya itu. "Ayahmu nggak ada ngumpetin Chiko, jangan asal tuduh! Pergi sana tidur! Kondisi belum juga pulih, tapi udah ngajakin orang berantem saja!" Endah memapah Lucky masuk ke kamar lalu menutup pintu kamar.

Lucky tersenyum sinis sambil terus berakting kesakitan, padahal sakitnya tak sesakit ekspresi wajahnya saat ini.

*******

Dengan tampang kesal, Anjani kembali ke kamarnya. Lalu menatap hampa ruangan itu tanpa kehadiran Chiko, si ular pyton kesayangan. Dari semua ular perliharaannya, Chikolah yang paling istimewa, tidur saja dibawa ke kamar karena saking sayangnya. Ia sudah menganggap hewan melata itu sebagai teman juga saudaranya. Dekapan terhangat, hanya lilitan Chiko.

Anjani membaringkan dirinya di tempat tidur, tangan kiri sambil mengusap perutnya yang tumben sekali malam ini terasa anteng. Tak seperti biasanya, yang selalu terjadi keributan dan baku hantam. Sambil menghela napas, ia mulai memejamkan mata.

******

Sinar matahari menelusup melewati celah jendela, membuat Anjani harus membuka perlahan mata. Dari ujung tempat tidur, terlihat buntut ular pyton berwarna hitam bermotif batik. Senyumnya langsung mengembang dan bergegas bangkit dari tempat tidur.

"Chiko, ini kamu 'kan? Ke mana saja?!" Anjani menatap hewan melata yang terlihat masih tertidur.

"Hey, bangun! Bagus ya, udah pandai kelayapan?! Ke mana aja, kamu? Mau dibunuh warga apa, ular pyton kelayapan ke mana-mana gitu?" Anjani mengusap kepala Chiko.

Chiko terlihat masih saja tak bereaksi. Perut Anjani mulai bergeliutan lagi dan kali ini disertai rasa nyeri dibagian bawah perut juga pinggang. Ia kembali naik ke atas tempat tidur dan berbaring.

"Agghhh ... apa janin-janin aneh akan terlahir sekarang?" gumamnya sambil terus memegangi perut.

Keringat dingin mulai membasahi dahi Anjani, sakit di perutnya terasa kian sering. Anjani bingung harus melakukan apa, ia tak mau dibawa ke rumah sakit. Ia tak mau pihak rumah sakit heboh melihat sosok aneh yang akan ia lahirkan nanti, ia tak siap jika harus menjadi bahan liputan acara televisi hanya karena janin anehnya ini.

Napas Anjani mulai naik turun menahan rasa sakit, sudah ia putuskan, ia akan melahirkan seorang diri saja. Dengan kesusahan, ia bangkit dari tempat tidur lalu mengunci pintu kamar. Ia tak mau ada siapa pun yang menolong persalinannya ini, dia merasa bisa mengatasi semuanya sendiri.

"Agghhh ... sakit sekali," rintihnya sambil terus memegangi perut.

Anjani merasakan sakit yang teramat, belum pernah ia merasakan sesakit ini. Ternyata sakit mau lahiran itu rasanya seperti merengang maut. Anjani membatin, agar tuhan melancarkan semuanya.

Napasnya terasa naik turun, gerakan di perutnya semakin dahsyat. Sepertinya janin-janin itu sedang berlomba keluar lebih dulu.

"Hu ... uh ... uuuhhh ... uh .... " Anjani memainkan napasnya.

Diraihnya ponsel di bawah bantal lalu membuka tutorial melahirkan. Ia harus bisa melahirkan sendiri. Jika anak-anaknya ini benaran ular, maka ia bersumpah takkan memelihara hewan melata itu. Mungkinkah ia terkena kutukan hamil anak ular karena hobynya ini yang suka mengurung ular-ular itu di kandang dan tak membiarkannya hidup bebas di alam.

"Agghhh!!!" jerit Anjani saat cairan putih keluar dari jalan lahir.

Anjani segera membuka celananya dengan posisi kedua kaki ditekuk, ia sudah siap melahirkan. Segala gerakan di youtube sudah ia ikuti. Ia mulai belajar mengejan.

Ditariknya napas panjang dan mengejan. Rasa sakit ia berusaha lawan sekuat tenaga. Ia hamil sendiri dan tanpa adanya pembuahan dan perkawinan, akan ia harus melahirkan seorang diri juga.

Air mata Anjani mulai berjatuhan, napasnya naik turun. Rasa sakit semakin menjadi, apalagi saat terasa ada yang keluar dari rahimnya.

"Agghhhh!!!" jeritnya nyaring dan kehabisan tenaga.

Tanpa adanya suara tangis dari si calon bayi, Anjani telah berhasil melahirkan. Akan tetapi, belum sempat ia melihat wujud yang telah keluar dari rahimnya itu, ia sudah keburu pingsan dan tak sadarkan diri.

Bersambung ....

***

Cerita ini sudah tamat di KBM App, gaes

Akun KBM App : Evhae Naffae

Ada sekuelnya juga dengan judul : Melahirkan Anak Ular

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hamil Anak UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang