"Hei ... Kenapa di sini? Tidakkah kau kedinginan?" Bora menemukan Yoongi sedang duduk di teras balkon hotel yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana boxer pendek warna hitam sembari mengepulkan asap rokok di udara.

"Eum, kau terbangun?" ucap Yoongi melirik Bora yang tengah berada di belakangnya-- memeluknya.

"Tadi aku mau peluk, tapi tidak ada kau di sampingku." Bisiknya secara sensual pada telinga Yoongi.

Yoongi tersenyum lalu menuntun Bora untuk duduk di pangkuannya.

"Tidak ingin bercerita padaku?" Tawar Bora menyadari raut wajah Yoongi begitu kacau, meskipun terlihat datar tetapi wanita yang berusia dua puluh lima tahun itu cukup mahir membaca raut wajah seseorang terlebih itu Yoongi.

"Tidak ada yang perlu ku ceritakan padamu. Kau tentu sudah mengetahuinya."

Ya. Bora memang tahu tentang Yoongi. Segalanya. Bukan hanya teman ranjang tetapi lelaki itu menjadikan Bora sebagai tempat menampunh cerita segala keluh kesahnya. Bora tidak keberatan dengan apa yang Yoongi ceritakan padanya, mengenai hal-hal yang menggangu pikiran Yoongi. Dan lelaki itu-pun tahu bahwa Bora adalah wanita yang dapat ia percaya atas segala yang ia ceritakan padanya.

"Adikmu, lagi?"

Yoongi tak menjawab. Kedua obsidian menatap jauh pada langit-langit balkon.

"Dia sudah bahagia. Tidak perlu kau khawatirkan. Lebih baik kau cari kekasih supaya kau tidak terus-menerus memikirkannya."

"Memangnya kau mau jadi kekasihku?" Tanya Yoongi menatap Bora dengan senyuman nakalnya.

"Tidak mau. Kau itu bukan tipeku."

"Wah ... Aku sangat terluka mendengarnya," ujar Yoongi dibuat-buat.

Bora tertawa. "Kau itu memang bukan tipeku yang harus kujadikan kekasih, tetapi tipeku untuk jadi lawan bermain di atas ranjang."

Keduanya tertawa. Yoongi sesekali mencuri cium pada leher Bora. "Aku ini seorang jalang, mana mungkin bisa jadi kekasihmu," tambahnya dan langsung mendapatkan tatapan tidak suka dari Yoongi.

"Jangan berkata seperti itu, aku tidak suka, Kim Bora."

"Heum... Ya, ya, ya. Tapi saranku mengenai mencari kekasih itu harus dilakukan secepatnya lho, Yoon."

"Kenapa memangnya? Kau bosan bermain ranjang denganku?"

"Tidak. Selama aku dibayar sih aku tidak akan bosan." Oke. Sifat jalang Bora mode on.

"Lalu?"

"Kau tidak boleh seperti ini terus, Yoon. Setidaknya ada seseorang yang berada di sampingmu, menemanimu setiap waktu, mendengarkan keluh kesahmu tanpa batas waktu. Aku sama sekali tidak keberatan kalau kau memang ingin bercerita kepadaku, tetapi aku sangat mengkhawatirkanmu. Kau tahu pekerjaanku seperti apa, tentu tidak akan bisa selalu fokus padamu," ujar Bora begitu serius.

Yoongi menghela napas berat. "Ya. Akan kupikirkan."

Bora mengangguk kecil untuk menanggapi. Setelahnya mereka hening, sibuk dengan pikiran masing-masing. Bora masih nyaman duduk di pangkuan Yoongi. Yoongipun sama sekali tidak berniat melepaskan Bora dari pangkuannya, justru sekarang ia malah mempererat pelukan dari pinggang ramping milik Bora yang duduk di atas pahanya.

"Mau bermain lagi?" tanya Bora memecahkan keheningan.

Yoongi memincingkan matanya. Tawaran yang menggiurkan tapi tentu saja tawaran tersebut harus merogoh kocek yang tidak sembarangan.

"Aku beri gratis untuk malam ini."

"Kau yakin?" Timpal Yoongi.

Bora mengangguk lalu berkata, "tapi yang sebelumnya tetap harus dibayar, ya." Final Bora setelah mengecup bibir tipis Yoongi.

Past Grudge (MYG) MWhere stories live. Discover now