1

51 27 0
                                    

Hai kembali lagi di cerita aku aku harap kalian suka ya cerita baru aku...

selamat membaca ..

Jangan lupa voteeeeee okeiii :))

****

Tiara Anastasya melangkahkan kakinya melewati gerbang sekolahnya, gadis itu memandang bangunan sekolahnya sebentar.

 Sudah 2 minggu ia libur kenaikan kelas dan hari ini adalah hari pertamanya sekolah, ia berharap semoga semua berjalan lebih baik dari pada tahun lalu.

Gadis itu melanjutkan langkahnya setelah memperbaiki kacamatanya yang melorot, Ia menuju ke kelas yang kemarin sudah di share di grup kelas lamanya.

Saat sudah tiba di pintu kelasnya, ia celingak - celinguk melihat kondisi kelasnya yang ternyata belum terlalu banyak yang datang. Ia melangkahkan kakinya menuju bangku paling depan, matanya yang mengalami rabun jauh terkadang membuatnya kesusahan saat guru sedang menerangkan di depan.

Gadis itu menyibukkan dirinya dengan membaca novel kesukaannya tanpa peduli di sekitarnya sudah mulai ramai. 

Hingga suara pukulan meja tepat di depannya membuatnya terkejut.

Brakkk

" Heh cupu minggir lo! gue mau duduk sini ." Ujar cewek yang tiba - tiba datang dan berdiri di sampingnya memandangnya tajam.

Tiara mengangkat kepalanya dan melihat Ririn yang berdiri sambil berkacak pinggang, seragamnya yang ketat juga make up yang tebal sudah menjadi ciri khasnya.

Tiara yang tidak mau membuat keributan di hari pertamanya lantar berdiri dan berpindah di bangku pojok kelas.

" Dasar cupu," Gumam gadis itu pelan sambil melihat Tiara yang duduk dengan tenang sambil membaca novelnya.

Tidak beberapa lama Guru datang dan seperti biasa hari pertama masuk hanya di isi dengan perkenalan guru dan murid.

" N-nama aku T-Tiara Anastasya di panggi Tiara," ujar Tiara mengenalkan dirinya.

" Halahhh biasanya juga cupu," ujar Ririn lalu di tertawai teman sekelasnya membuat Tiara menundukkan kepalanya sedih.

" Sudah jangan ribut ! Tiara silahkan duduk." Suruh Bu Indri .

Setelah itu perkenalan di lanjutkan.

Tidak terasa Bell istirahat berbunyi, Tiara menulis sedikit catatan yang tadi di berikan oleh guru.

 Tiba - tiba kepalanya di lempar sebuah buku, ia meringis sedikit merasa dahinya sakit.

" Heh cupu ! gue mau sebelum gue balik, buku itu harus ada di meja gue, awas aja kalau belum selesai." Ancam Ririn lalu pergi meninggalkan kelas lalu pergi ke kantin.

Tiara menghela nafasnya, ia mengambil buku Ririn yang terjatuh lalu segera menulis catatan yang ada di papan tulis dengan segera ia tidak mau membuat masalah.

Setelah selesai, gadis itu mengambalikan buku itu ke meja Ririn, Ia segera membuka bekal yang tadi di bawakan oleh bibi tadi pagi.

Namun, belum juga ia memasukkan sesendok nasi bel masuk sudah berbunyi membuat Tiara mengurungkan niatnya. 

" Yahh kok udah masuk sih." Gerutu Tiara dalam hati.

Ia kembali memasukkan kotak nasinya ke dalam tas dan segera mengambil susu kotak coklat dan meminumnya dengan cepat sebelum guru datang.

Tidak berapa lama guru datang bertepatan dengan susu kotak Tiara yang sudah habis, gadis itu bernafas lega setidaknya perutnya sudah terisi dan dirinya dengan tenang mengikuti pembelajaran yang berlangsung.

.

.

Nggak terasa bell pulang sekolah telah berbunyi, gadis itu menggendong tas sekolahnya lalu berjalan keluar menuju gerbang sekolah menunggu supir ayahnya yang menjemput.

Gadis itu memasuki mobil yang sudah di hafalnya.

" Nggak mau mampir dulu neng ?" Tanya sopir ayahnya yang bernama Pak Arman.

" Nggak usah pak, langsung pulang aja." ujar Tiara pelan.

Dan mobilpun melaju membelah jalan, terjadi keheningan di dalam mobil karena memang Tiara adalah anak yang cukup pendiam.

Sesampainya di rumah, gadis itu segera turun lalu memasuki rumahnya yang terlihat bak istana.

" Assalamu'alaikum," 

Tidak ada jawaban dari dalam rumah membuatnya bertanya - tanya, kemana Bik Lastri ? rumah besar dan megah itu tampak sepi.

Ayahnya selalu sibuk kerja hingga pulang larut malam atau bahkan tidak pulang karena ada perjalanan bisnis. Sedangkan ibunya sudah meninggal dari ia kecil, membuat Tiara menjadi kesepian, ia hanya di temani bibi yang sudah mengurusnya dari kecil.

Mungkin wanita paruh baya itu sedang ada di dapur sekarang.

Tiara melangkahkan kakinya ke dapur dan benar saja wanita itu sedang sibuk di dapur. Ia melangkahkan kakinya pelan - pelan sampai di belakang wanita paruh baya itu ia memberikan pelukan erat hingga bibi terkejut.

" Eh, non udah pulang ?"

" Udah dong Bibi ku sayang,"

" Lepas dulu non, ih bau Bibi asem."

" Nggak papa Bibi tetep wangi,"

" Udah pinter ya bohongnya," ujar Bibi bercanda.

Tiara menganggap wanita paruh baya di pelukannya ini sebagai ibunya, ia mendapatkan kasih sayang seorang ibu dari wanita di hadapannya ini. Selain itu Bibi sudah mengasuhnya bahkan saat ibu kandungnya masih hidup dan terus berlanjut sampai sekarang.

" Lebih baik non bersih - bersih dulu habis itu makan, ini udah Bibi siapin." ujar Bik.

" Bentar Bi, 5 menit lagi." ujar Tiara sambil mengeratkan pelukannya.

" Hmm oke hanya 5 menit." ujar bibi ia mengelus tangan sang majikan yang bertengger di perutnya, gadis yang sudah ia anggap putrinya sendiri.

" Udah 5 menit, sekarang bersih - bersih, keburu makanannya dingin nanti." Suruh Bibi sambil melepaskan pelukan mereka lalu melihat majikannya yang sudah besar bahkan tinggi mereka hampir sama sekarang.

Bibirnya memang tersenyum tipis, tapi jika dilihat dari dekat tatapannya terasa kosong menggambarkan kesepian yang mendalam.

" Kamu nggak di ganggu lagi kan sama mereka ?" tanya bibi sambil menatap gadis di depannya dengan raut wajah khawatir.

"Nggak, bibi tenang aja aku kan kuat." Ujar Gadis itu lalu berbalik menuju kamarnya.

Wanita paruh baya itu tahu, beberapa kali majikannya itu pernah mengalami pembulliyan di sekolahnya. 

" Semoga non tetap kuat," lirih bibi sambil tersenyum miris.

Ia sudah pernah ingin melaporkan pembulliyan yang di alami oleh Tiara kepada Tuan Dharma, tapi gadis itu melarangnya.

Ia bercerita selama ia masih bisa menghadapi, ia akan selesaikan masalahnya sendiri. Ia tidak mau membuat papanya khawatir atau sedih.

Di sisi lain Tiara, gadis itu membuka kamarnya lalu berjalan menuju ranjangnya yang empuk seolah - olah memanggilnya untuk segera datang.

" Hari pertama tidak begitu buruk," ujar gadis itu sambil tersenyum kecil. 

Lalu kepalanya menoleh ke nakas samping tempat tidurnya dimana terdapat sebuah foto yang menampilkan keluarga bahagia.

" Ma, Tiara kangen sama mama, Tapi mama tenang aja di sini Tiara baik - baik aja. Mama juga bahagia kan di sana ?" tanya Tiara kepada mamanya namun bukannya jawaban hanya keheningan yang ia dapat, perlahan air matanya menetes namun segera ia usap menggunakan punggung tangannya.

Ia tidak mau sedih lagi, untuk mengalihkan perhatiannya gadis itu segera berganti pakaian dan bersih - bersih lalu turun dan menuju ke meja makan untuk makan siang yang sudah di siapkan oleh bibi.

****

Hai hai kembali lagi...

Jangan lupa Vote dan Comment yahh...

Makasihhh...

Lebih berwarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang