💌03

27 22 10
                                    

Tepat pukul delapan malam Gio telah sampai di apartemen miliknya.

Ia merebahkan badannya di atas kasur. Menghela nafas sambil menatap langit langit kamarnya.

Tiba-tiba ia teringat gadis yang ia jumpai tadi sore. Seulas senyum terbit di muka tampannya itu. "indah, indah banget" setelah berujar seperti itu, Ia menutup mata dan terlelap.

🌼🌼🌼


Hari ini Gio pergi lagi, jauh lebih bersemangat, dan tiba lebih awal, yaitu pada pukul dua siang, padahal jadwalnya hanya sore dan petang saja.

Saat ini, masih terlalu awal untuk dirinya bernyanyi, mentari juga masih menampakkan sinar panasnya, bahkan orang-orang tidak seramai petang datang.

Sambil menunggu. Gio memutuskan mampir di kedai kopi yang berada di sebrang taman, memesan kopi hangat sebagai teman penawar bosan.

Gitar kebanggaannya di letakan pada kursi di depannya. Matanya selalu memandang ke arah taman, celingak-celinguk seperti menanti kedatangan seseorang.

Penantian ini adalah penantian paling abu-abu untuk Gio, dirinya sendiri bahkan meragu atas hadirnya kembali gadis kemarin. Ia rasa kesempatan bertemu hanya sebesar biji jagung saja.

Gio takut. Bagaimana jika gadis itu tidak tinggal disini?

Bagaimana jika yang kemarin akan menjadi pertemuan pertama sekaligus yang terakhir bagi mereka.

Bagai mana jika dirinya tidak mengetahui apapun tentang tembatan hatinya, meski hanya sekedar nama.

"Gue harap hari ini lo datang lagi, karna sungguh gue pengen ketemu" ujarnya dalam hati dengan menatap penuh harap ke arah taman.

Sudah pukul setengah empat sore, Gio melirik gelasnya yang sudah kosong. Dia bangkit dari sana, mengambil gitar kemudian di sampirkan pada punggungnya sendiri.

Gio berjalan menuju taman

Tidak banyak berubah, suasana, euphoria dan orang-orang yang mencari kehangatan, masih sama banyaknya. Bahkan ada beberapa orang yang sudah mengenalinya, dan itu membuat Gio tersanjung.

Gio berdiri di tempat yang sama seperti kemarin, sangat berharap hal ini akan mempermudah untuk gadis itu menemukan dirinya kembali.

Sadari tadi, sejauh matanya mencari. Selama ia menanti di depan kedai kopi, Gio tidak menemukan sedikit tanda-tanda gadis itu akan datang. Hampir putus asa tapi harapan untuk bisa bertemu jauh lebih melambung tinggi.

Gio melihat jam tangan sekilas, waktu sudah menunjukkan hampir pukul empat, mau tidak mau Gio harus mula bernyanyi meskipun dengan setengah hati.

Dirinya tersenyum terlebih dahulu, sebagai bentuk menyemangati dirinya sendiri.

Semangat untuk bernyanyi, juga semangat untuk menanti sang pujaan hati.

Gio mengakhiri lagunya dengan wajah sendu

Wajahnya terlihat seperti sedang patah hati sudah depan lagu yang ia nyanyikan, tapi bayangan gadis yang ia harapkan Bahakan tidak terlihat sedikitpun. Bahkan setelah ia menambahkan setengah jam lebih lama dari yang kemarin.

Sudah pukul lima sore, Gio harus bersiap pulang. Ia mengemasi barangnya dengan berat hati. Mungkin hari ini belum bisa bertemu, mungkin besok? Atau lusa juga tidak apa. Yang penting masih bisa berjumpa. Tapi jauh dalam relung hatinya, Gio masih mengharapkan bahwa gadis itu akan datang.

Gio berdiri, menyampirkan gitarnya untuk berjalan menuju di mana motornya terparkir disisi taman.

Hampir saja. Hampir saja, ia pulang dengan rasa kecewa, hingga akhirnya mata coklat manisnya menangkap cahayanya.

Berbeda, Jauh berbeda. jika kemarin gadis itu ditutupi oleh Hoodie, hari ini dirinya hanya memakai kaos berwarna kuning yang membuatnya terlihat lebih bersinar. Dan tentu saja dengan membawa kamera.

Mata mereka bertemu untuk beberapa waktu. Mengantarkan getaran yang asing, serupa sentruman. Gioniel Emanuel tersenyum bahagia, kali ini penantiannya tidak sia-sia.

__________________

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN,
LOPPYUUU💘

DAISY [ hiatus ]Where stories live. Discover now