🌙ㅣ33. Dimulai dari Sini, Bersama

117K 13.2K 374
                                    

''Memulai kembali, juga perlu dengan memperbaiki''

Beruntung sekali Alzero menyarankan memilih penginapan di dekat pantai seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beruntung sekali Alzero menyarankan memilih penginapan di dekat pantai seperti ini. Setelah mengeluarkan banyak tenaga di sekolah, Rembulan merasa energinya diisi kembali karena disuguhkan pemandangan matahari sore. Matanya dimanjakan lukisan indah, kulitnya dibelai angin pantai, dan kedua kaki tanpa alasnya diselimuti pasir hangat, Rembulan sangat menikmati ini.

Kepala Rembulan menoleh ke belakang, ingin memeriksa empat kakaknya yang sejak tadi belum menghampiri. Alderion harus menghubungi dosennya, Alzero lupa menaruh kamera dan sedang mencarinya dibantu Alvano, sementara Alvaro masih di toilet. Katanya mereka akan cepat menyusul, tapi yang didapatkan oleh Rembulan bukanlah empat kakaknya.

“Papa?” suara Rembulan pelan sekali saat matanya bertatapan dengan Anggara. Pria itu ada di sana, sendirian.

Anggara tersenyum, melangkah mendekat pada Rembulan dan berdiri di samping anak gadisnya. “Mama juga ke sini, dia ke penginapan. Sekarang, Papa harus ngobrol sama Bulan dulu.”

Rembulan mengangguk, baru beberapa hari ia meninggalkan rumah dan tak melihat Anggara, sekarang ia makin canggung dan tak enak. Takut ada kesalahan yang ia perbuat dan membuat Anggara marah, atau hal lain yang membuat kesal. Rembulan tidak bisa berpikir positif karena ini, ia dan Anggara belum berinteraksi sama sekali sampai Rembulan pergi meninggalkan rumah.

“Maafin Papa, Bulan. Kamu baru masuk, baru saja bergabung dengan keluarga Zanava tapi sudah seperti ini. Coba bayangkan, siapa yang bisa duga kalau keluarga baru justru jadi petaka? Maaf.” Anggara memulai topiknya, tatapannya terus tertuju pada lautan luas di depan sana. “Apa yang dikatakan Alderion itu benar semua. Papa egois, dan gak merhatiin anak-anak Papa.”

Rembulan terkejut dengan permintaan maaf Anggara karena ini di luar dugaannya. Jadinya Rembulan putuskan untuk tidak menanggapi lebih dulu, membiarkan Anggara mengeluarkan semuanya. Ia hanya memainkan kakinya dalam pasir, mencoret-coret dengan jari-jari kaki membuat gambar abstrak.

“Sejak kehilangan Asha dan Aurora, Papa jadi larut dalam kesedihan Papa sendiri, gak mikir bagaimana nasib anak-anak Papa yang juga ditinggalin. Papa sibuk sendiri. Selain itu, Papa selalu menghindar dari Alvaro, karena Papa nyalahin dia, nganggap dia penyebab utama. Papa terus-terusan mikir kalau Alvaro pembawa sialnya. Padahal saat itu, Papa juga turut salah karena mengekang Aurora sampai Papa bertengkar dengan Asha.”

Kepala Rembulan mengangguk, ia tahu cerita itu dari Alvaro di pemakaman. Rembulan masih diam, ia menunggu Anggara untuk kembali berucap namun nihil, suara pria itu tak terdengar lagi membuat Rembulan menoleh ke samping kiri karena penasaran.

Ia tertegun sejenak melihat mata Anggara yang berkilau ditimpa cahaya, ada air mata yang menggenang di pelupuk. Anggara menahan tangisnya. Dilihat dari sini, sepertinya Rembulan percaya jika Anggara menyesal dan akan memperbaiki semuanya dan memulainya kembali.

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang