33. •Mencari•

66.7K 6.5K 198
                                    

Assalamualaikum Aleo.

Barakallah fii umrik!

Aku tahu kamu lupa hari ini, dan aku tahu kamu pasti nggak pernah ngerayain juga kan? Bukan masalah, kita masih bisa rayain kok hari ini.

Kamu tahu kenapa aku kasih jam tangan? Supaya kamu masih bisa ingat waktu untuk sholat.

Dunia itu berputar seperti jam, begitu pun aku dan kamu Aleo. Nanti kita akan jadi orang tua sama-sama, jadi kakek nenek, dan terpisah oleh maut. Aku harap jam ini selalu melingkar di tangan kamu ya, supaya kamu bisa inget Allah, segala kenikmatan yang udah diberikan, dan terutama keluarga kecil kita.

Dari Jasmine, untuk Aleo.

Tes

Satu air mata lolos dari pelupuk matanya membasahi surat itu. Jasmine mencintainya lebih besar daripada apa yang ia kira, dan dengan bejatnya dia meragukan perempuan yang selalu ada disisinya itu.

Ia sendiri lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunnya, tepat ia menginjak usia 19 tahun. Bahkan di tahun-tahun sebelumnya, tidak ada yang mengingatkannya tentang ini. Kenapa Jasmine bisa tahu hari ulang tahunnya?

"Kita harus kerumah Viko sekarang." Ujar Lio menghidupkan mesin mobilnya.

"Kenapa?" Tanya dirinya tak paham.

"Lo tahu, mobil dan plat yang disebutin Vero, itu mobil yang sama persis kayak punya Viko. Tapi gue ragu dan nggak yakin sih kalau pelakunya dia." Terangnya membuat Aleo berpikir.

Tidak mungkin jika Viko menculik Jasmine, apa untungnya untuk laki-laki itu?

"Nggak mungkin Viko ngelakuin itu, buat apa?"

"Kenapa kita nggak coba dulu? Gue juga nggak percaya kalau dia bakalan ngelakuin itu."

××××××

"Lepasin! Lepasin aku!" Teriak Jasmine parau ketika tubuhnya diikat di kursi tempat ia duduk. Matanya ditutup oleh kain hitam membuatnya tidak tahu sedang berada dimana.

Suaranya sudah serak sejak kemarin karena terus menangis dan berteriak. Perutnya kosong karena belum diisi, kepalanya pusing, dan tubuhnya sangat lemah.

"Tolong! Siapapun disini, tolongin aku!" teriaknya lagi membuat seseorang terganggu dan masuk ke dalam ruangan tempat perempuan itu disekap.

Dengan perlahan, kain yang menutup matanya dibuka. Jasmine membuka kelopak matanya yang terasa sangat sakit karena terlalu lama diikat.

Ia menegang ditempat kala melihat siapa yang menyekapnya. Dia tidak habis pikir, apa yang lelaki itu mau dari dirinya.

"Ka-kamu yang selama ini culik aku? Ta-tapi kenapa!? Apa salah aku sama kamu!?"

"Jangan berisik Jas. Liat, suara lo jadi serek kan? Makanya diem aja."

"Lepasin aku!"

"Lo nggak pernah perhatiin muka gue apa Jas? Apa lo nggak inget sama gue?" Tanyanya membuat Jasmine diam dan mengerutkan keningnya. Ia membuang muka saat laki-laki itu terus menatapnya.

"Aku nggak tahu! Yang jelas kamu pengkhianat! Kamu tega hianatin temen kamu sendiri. Lepasin aku!" Ia berdecak dan berkacak pinggang.

"Oke, sini gue bantu lo untuk ingetin gue siapa. Gue, anak laki-laki yang dulu pernah lo tolongin pas dibully sama anak-anak lain. Lo yang pertama kali kasih gue makanan disaat perut gue laper dan nggak bisa beli makanan. Apa lo inget itu Jasmine?"

Jasmine bungkam. Sekali dua kali ia menatap wajah laki-laki dihadapannya ini, ia langsung ingat saat dirinya membantu seorang anak laki-laki yang sedang dirundung dulu.

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang