🌙ㅣ28. Semua yang Telah Terjadi

108K 12.8K 829
                                    

Tak selamanya, hal yang sederhana itu benar-benar sederhana

"Kak Varo!" Rembulan secepatnya meraih lengan Alvaro yang hendak naik ke atas motor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Varo!" Rembulan secepatnya meraih lengan Alvaro yang hendak naik ke atas motor. Tak peduli dengan tatapan tajam yang dilayangkan padanya, Rembulan tetap menggenggam erat lengan Alvaro. "Kak, Bulan ikut kakak."

"Apa sih, lo?!" Alvaro menepis tangan kecil itu. "Lo mau bikin masalahnya nambah?! Mau mancing Papa biar dia terus nyalahin gue lagi?! Bikin keadaan tambah kacau, lo mau itu?!"

Rembulan mengerjap, bukan begitu maksudnya menhan Alvaro. Di sini, Alvaro yang paling disalahkan karena keterlibatannya yang besar dalam permasalahan yang terjadi. Rembulan tidak mau jika nantinya Alvaro kenapa-napa, atau melampiaskannya dengan cara yang salah. Rembulan juga melakukan ini agar ia bisa membantu Alderion. Lelaki itu harus menyelesaikan semuanya dengan Anggara, jika Alderion mengikuti Alvaro, kemungkinan Alderion tak akan ada kesempatan lain.

"Bulan mau nemenin." Senyuman Rembulan terbit, tulus ia keluarkan untuk Alvaro. "Bulan cuman mau ikut kakak buat nemenin aja, gak ada maksud apa-apa."

Alvaro terdiam, ia tampak ragu sesaat sebelum ia memakai helmnya, naik ke atas motor dan menunjuk jok belakang motornya dengan dagu. Mengisyaratkan jika Rembulan ia izinkan untuk mengikutinya. Lagipula Alvaro tidak mau berlama-lama di sini, pikirannya terasa berat.

Melihat intruksi dari Alvaro, Rembulan langsung duduk diboncengan walaupun sempat gemetar mengingat motor itu yang membawanya balapan liar.

Kini, motor melaju meninggalkan kediaman Zanava, membelah jalanan untuk menuju ke suatu tempat yang Alvaro ingat saat ini. Tempat yang sudah lama tak pernah ia kunjungi lagi. Namun sebelum itu, ia membeli satu buket bunga mawar putih dan satu buket bunga mawar merah muda terlebih dahulu di toko, sebelum akhirnya motornya berhenti di depan tugu.

Begitu Rembulan turun dari motor, Alvaro menyimpan helmnya, membiarkan motornya di sana sementara ia berjalan menuju ke kawasan pemakaman dengan dua buket bunga yang ia pegang. Mereka berjalan berdua, melewati beberapa makam hingga sampai di sebuah nisan yang di sampingnya ditumbuhi rumput-rumput liar.

"Bunda, Varo datang." Suara Alvaro memecah keheningan yang ada. Ia berlutut, kedua tangannya mengusap dua nisan yang ada di samping kanan dan kirinya. "Aurora, Kakak baru jenguk kamu, maaf."

Rembulan sendiri memperhatikan dari belakang, ikut duduk di dekat Alvaro dan diam tak mengucapkan satu patah kata apapun. Ia memberikan waktu untuk Alvaro yang kini menceritakan semua yang telah terjadi pada dua makam di sana. Alvaro yang biasanya bersikap dingin, serta kasar, kini berubah seketika menjadi sosok yang halus dan banyak bicara.

Senyuman Rembulan tak terasa jadi terbit, ia baru tahu sisi rapuh Alvaro adalah ini. Pertahanan lelaki itu, tameng yang selalu digunakannya, akan hancur jika berada di tempat ini. Rembulan jadi mengerti, Alvaro tak sepenuhnya kasar, lelaki itu memiliki alasan dan mungkin lelaki itu juga bingung harus memilih tindakan apa.

4 Brother'z | Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang