00

4.3K 271 19
                                        

Voment Jusseyooo❤️

"Halo semua, perkenalkan nama saya Seo Haechan. Saya murid pindahan dari Chicago, semoga bisa berteman dengan baik" Ucapku datar.

"Baiklah Haechan, Kau bisa menempati kursi yang ada di sebelah sana ya" Titah seorang guru seraya mengarahkan sebuah spidol ke sebuah kursi kosong di barisan depan.

Aku menganggukkan kepalaku mengerti lalu berjalan menuju bangku kosong yang dimaksud oleh guru tadi, lebih tepatnya bangku kosong di sebelah lelaki yang dari tadi melihatku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki masuk ke dalam kelas.

Sejujurnya, aku sedikit bingung dan curiga melihatnya. Aku ingin menegur pemuda itu tapi aku memutuskan untuk mengurungkan niatku karena merasa lelah setelah tadi malam mengebut merapihkan kamar dan barang-barangku. Lagi pula hari ini adalah pertamaku sekolah jadi aku harus membuat citraku bagus di sekolah ini.

"Na Jaemin!" Si pemilik suara itu mengulurkan tangannya bersemangat dengan senyum lebarnya yang menampilkan deretan gigi rapihnya tepat di depanku yang baru saja menempati bangku sebelahnya.

Aku tersenyum kecil dan menerima uluran tangan itu dengan dengan senang hati. "Seo Haechan"

"Semoga betah di kelas ini ya!" Ucap seseorang bernama Jaemin dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya dan aku akui ia sangat imut dengan senyum manisnya. Anggukan kepala pelan serta tak lupa senyum manisku ku berikan sebagai balasan untuk keramahanya.

"Sepertinya dia anak baik" Batinku sedikit tenang setelah bergelut dengan pikiran-pikiran buruk tentang calon temanku itu.

Setelahnya jam pelajaran pertama pun dimulai. Pelajaran pertama hari ini adalah matematika, pelajaran paling mengerikan bagi sebagian murid sekolah itu. Bukan hanya guru-gurunya yang terkenal sangat killer tetapi juga karena menurut beberapa orang cara menghitungnya yang bagaikan menemukan jarum di tumpukan jerami. Perpaduan yang spesial, bukan?

Setelah sang guru menjelaskan tentang materi yang diajar, para murid mulai mengerjakan tugas yang diberikan dengan harap-harap cemas. Namun, berbeda halnya denganku yang dalam beberapa menit berhasil menyelesaikan setiap soal dengan mudah.

"Eh, kau sudah selesai?" Tanya Jaemin takjub ketika melihat aku sedang membaca materi di buku.

Merasa terpanggil sontak aku menatap wajah teman baruku. "Sudah" Balasku dengan santai lalu kembali memahami buku tadi.

Satu hal baru yang aku tahu, ternyata materi di sekolah ini sudah lebih dulu aku pelajari di sekolah lamaku, jadi lebih mudah bagiku untuk memahaminya.

Disisi lain, tanpa aku ketahui Jaemin tersenyum miris. Sepertinya ia sangat tak berdaya saat berhadapan dengan Matematika. Lelaki itu hanya selalu bisa berharap ada malaikat baik yang mau menolongnya untuk segera keluar dari lubang penyiksaan berkedok pelajaran ini.

Waktu sudah berjalan setengah jam tetapi Jaemin masih belum bisa menjawab satu pun soal, sedari tadi lelaki itu memainkan pena di atas mejanya dengan gusar. Kaki tremor dan keringat dinginnya yang mengalir sedari tadi, dapat di pastikan jika ia sangat panik.

Aku yang merasa ada yang tidak beres pada Jaemin lantas mengalihkan pandanganku kepadanya dengan tatapan bingung.

"Kau kenapa?" Tanyaku memastikan seraya menautkan kedua alis.

Jaemin sedikit terlonjak kaget sekaligus terharu bahagia ketika mendengar suaraku.

"E-ehh Hmm itu, apa kau tau cara menyelesaikan soal ini?" Tanya Jaemin gagu seraya menyodorkan bukunya.

Aku menerima buku itu lalu melihatnya sebentar untuk mencerna apa yang manusia imut itu tulis di atas bukunya. Detik berikutnya, aku tersenyum karena menyadari kalau tulisan di bukunya itu hanya coretan tidak jelas. Begitupun dengan Jaemin yang sekarang tersenyum kikuk melihat ekspresi wajahku.

"Ada apa Haechan?" Jaemin bertanya kepadaku yang aku balas dengan gelengan dan kekehan kecil.

"Tulisanmu seperti cacing kepanasan Jeamin-ah" Celotehku tertawa dalam hati seraya mengisi jawaban yang seharusnya.

Dalam hitungan menit aku selesai mengerjakannya lalu memberikan buku itu kepada pemiliknya. "Ini sudah" Ucapku serata menyodorkan benda persegi tadi.

Jaemin lantas mengambil buku itu lalu memelukku sebagai ucapan terima kasih. "Terima kasih, ternyata kau pintar juga" Ujar Jaemin tersenyum bahagia setelah melepaskan pelukannya yang aku balas dengan anggukkan dan senyuman yang terlihat menggemaskan bagi Jaemin.

****


Tak terasa jam pelajaran kini berganti dengan jam istirahat. Seluruh siswa mulai berkeliaran di seluruh area sekolah, termasuk aku dan teman baruku Jaemin.

"Chan, ayo ke kantin! Nanti akan ku kenalkan kau dengan teman-teman ku" Ajak Jaemin bersemangat.

Selama sisa jam pelajaran tadi, Jaemin terus mencoba untuk mendekatkan dirinya kepadaku dengan menceritakan banyak hal yang membuat kita semakin dekat. Meskipun aku jarang berbicara tapi aku mendengarkan yang ia ceritakan, lagi pun sepertinya Jaemin tidak mempermasalahkan itu begitupun denganku yang tidak keberatan sama sekali untuk saat ini. Bahkan rasa lelah yang aku rasakan sebelumnya menghilang begitu saja.

"Baiklah, tapi setelah aku merapihkan meja kita" Balasku setuju.

"Baiklah, ternyata kau sangat rapih" Puji Jaemin kagum disela-sela aku sedang merapikan buku di atas meja.

"Ah, aku hanya lebih merasa lega jika mereka tertata" Jelasku yang membuat lelaki itu mengangguk paham.

"Kawan-kawan ku nanti pasti sangat senang jika berkenalan dengan mu" Ucap Jaemin antusias.

****

"Yak, Jung Jeno!" Panggil Jaemin yang langsung memeluk seorang laki-laki berbadan kekar, begitupun sebaliknya.


Aku yang masih berdiri ditempatku hanya menyapu pandangan ke seisi kantin, tak ingin peduli dengan kedua namja yang kini sedang berpelukan di tengah ramainya kantin.

"Halo!" Sapa seseorang.

Aku segera mengarahkan manik mataku ke sumber suara. Mataku sedikit terpaku saat bertemu dengan manik hitam lelaki yang sekarang berada di hadapanku.

"Ya?" Sahutku sedikit ragu karena aku tidak mengenal orang dihadapannya ini tapi ia tahu jika orang yang itu adalah salah satu teman Jaemin.

"Boleh berkenalan?" Tanyanya.

Aku mengangguk sedikit ragu. "Boleh"


Saat ingin menautkan tangan untuk berkenalan, tidak beberapa lama kemudian lelaki itu malah meringis kesakitan saat kawan lainnya menjitak kepalanya.

"Astaga, Apa ini Mark Jung? Bertemu dengan yang manis sedikit langsung di embat!" Sindir pelaku penjitakan tadi.

-TBC-

My Universe ; Markhyuck [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang