Prolog

3.2K 188 12
                                    

Earth Pirapat.

Pria yang dingin pada cinta. Selain kesibukannya sebagai mahasiswa dia hanya menghabiskan waktunya untuk menulis lagu. Bukan tak ada yang tertarik padanya, tetapi memang tak ada yang menarik baginya. Selama 21 tahun, tak ada seorang pun yang dapat menarik perhatian nya, hingga hari itu, di kedai kopi yang ia kunjungi, untuk pertama kalinya seseorang berhasil mengambil alih atensi nya. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya, hanya dengan 1 detik mata itu menatap nya, tatapan itu mampu membuat jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia bukanlah pria yang percaya akan cinta pandangan pertama, namun ia juga tak bodoh untuk tak memahami apa yang di rasakan nya saat itu. Dia jelas jatuh cinta. Ya, dia jatuh pada pria yang duduk di sebrang mejanya.

Earth POV

Rasanya saya ingin menertawakan diri saya sendiri, bagaimana bisa saya dibuat jatuh cinta oleh orang asing yang tak saya temui dengan sengaja. 1 detik dari tatapan nya mampu membuat saya gila. Tak tahu bagaimana saya menjelaskan nya, yang jelas ada yang berbeda dari caranya menatap. Tidak lama, tapi dalam dan membuat saya lebur di dalamnya. Entah mendapat keberanian dari mana, saya mulai beranjak dan melangkah kan kaki saya ke arah nya.

"Hai!" Sapa saya setelah saya berdiri di hadapannya.

Dia hanya menatap sebentar, lalu menundukkan kepalanya lagi dengan cepat.

"Kau sendiri?" Tak ada jawaban darinya.

"Bisa saya bergabung?" Masih tak ada jawaban, saya hanya melihat anggukan pelan darinya.

Sungguh, ini adalah pertama kalinya seseorang mengabaikan saya.

"Siapa namamu?"

"Mix"

Entah mengapa, jawaban singkat yang terkesan ketus itu tak membuat saya kesal sama sekali, saya justru di buat tersenyum dengan sikap nya.

"Kamu?"

Saya mengernyit tak mengerti dengan maksudnya.

"Kamu, siapa namamu." Ucapnya kemudian.

Demi Tuhan, dia sangat berbeda. Saya pikir dia tak perduli, tapi ternyata dia juga tertarik dengan obrolan ini. Lucu sekali, saya bahkan tak bisa menahan senyuman.

"Panggil saya Bumi."

"Bumi?"

"Ya, kenapa? Apa terdengar aneh?"

"Bukan aneh, hanya tak biasa."

"Memang, karena saya ingin terlihat berbeda."

Dia hanya mengangguk dan kembali memfokuskan dirinya pada buku di hadapannya. Saya mengamati nya diam-diam. Indah. Satu hal itu yang cocok untuk mendeskripsikan nya. Demi Tuhan, dia terlihat bagaikan pusat bumi. Sangat menarik.

"Kau bilang namamu Mix?"

Dia menoleh lalu mengangguk kecil.

"Lalu Mix, bisa kah kamu menjadi semesta saya? Karena Bumi memerlukan Semesta agar tak kesepian."

Kerutan di dahinya cukup jelas menunjukkan bahwa dia tak mengerti dengan maksud perkataan saya.

"Tidak mengerti? Baiklah jangan di pikirkan, saya akan membuatmu mengerti perlahan." Saya berkata seraya tersenyum lembut padanya. Saya melihat sekilas arloji, ini sudah pukul 16.30 sudah saatnya saya pergi menjemput adik saya. Kini saya kembali menatap nya yang masih mengernyitkan dahi.

"Saya harus pergi. Tetapi saya berjanji akan menemukan mu lagi. Sampai jumpa." Saya beranikan diri untuk menepuk pelan kepala nya, dan saya pastikan bahwa reaksi nya akan menjadi hal favorit dalam hidup saya. Mata itu membulat sempurna, dengan dahi yang berkerut. Dia adalah mahluk paling lucu yang pernah saya temui di semesta ini.

Bumi dan Semestanya. (Earthmix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang