Part 1

50.9K 1.4K 30
                                    

Mungkin kalian pernah merasakan memendam perasaan untuk seseorang bahkan orang tersebut tidak melihatmu sama sekali, ya banyak pasti yang pernah merasakannya termasuk aku saat ini, lama memendam akankah ia melihatku, andaikan itu hanya dalam mimpi aku ngga akan mau bangun dari mimpi itu...

***

"Ana!" Seseorang membuyarkan lamunanku, ya siapa lagi kalau bukan Dea sahabatku dari kecil,
"ngelamun aja lo, awas kesambet An" lanjutnya yang kini sudah duduk di sebelahku,

"ah lo De seneng amat buat orang kaget" ku cubit gemas pipi Dea yang membuatnya sedikit meringis padahal ngga sakit 'menurutku'.

Kami sedang dikelas sekarang, dan karena masih jam istirahat maka kelas terasa sepi sehingga disinilah kami hanya berdua ditemani bangku-bangku kosong.

Aku Alana Josephine Pradipta, aku biasa dipanggil Ana tujuannya untuk membedakan panggilanku dan kakak kembarku Alan Joseph Pradipta, yang dipanggil Alan, sesuai namanya kami kembar identik namun karena berbeda gender jadi masih dapat dibedakan dari fisik kami.
Saat ini kami duduk di kelas 3 SMA di sekolah yang sama namun kelas berbeda.
ini yang tadi mengobrol denganku namanya Hanna Amadea Kusuma, lebih suka dipanggil Dea katanya lebih imut 'kata dia' lagipula kalau dipanggil Anna takut tertukar dengan namaku hehe.

"Mana kakak lo tumben ngga mampir" wih tumben nih anak nanyain kak Alan

"Kenapa bu? Kangen?" Godaku jahil pada Dea, alhasil ia nampak sedikit salah tingkah

"Eeh kagak, nanya doang emang dilarang" Dea menjitak pelan kepalaku, aku hanya membalas dengan sedikit kekehan

"Ia jg ngga apa kok" Dea mengerucutkan bibirnya, kebiasaannya kalau ngambek, paling cuma bertahan beberapa menit,

"Tumben lo ga ke kantin An?" Tuh kan udah baik lagi moodnya haha, aku sama Dea memang ngga pernah ngambekan berjam jam hanya karena candaan batas wajar,

"Lagi males De, ga nafsu jajan juga, lo sendiri?" Tanyaku balik

"Sama aja An lagi ngga laper buat jajan"

Lagi tengah mengobrol dengan Dea tiba-tiba
"Hei girls" nampak kak Alan berdiri di depan pintu kelas

"Hai kak" jawab aku dan Dea hampir bersamaan

"Pantesan kantin sepi, dua bidadari sekolah lagi ngumpet disini ternyata" ledek kak Alan yang sudah mengambil posisi duduk di bangku di hadapanku

"apasih kak bidadari mulu" kucubit lengan kak Alan sedikit walau aku tahu ngga akan terasa olehnya.

"Iyalah kita kan kembar kalo kakak dibilang ganteng berarti kembarannya cantik" kak Alan sedikit terkekeh 'tapi ada benarnya juga' aku membenarkan dalam hati, kak Alan memang memiliki face lumayan bagiku namun luar biasa dimata kaum hawa disekolahku, didukung dengan bodynya yang berbentuk hasil gym tiap weekend bareng teman-temannya ngga heran dia punya fans fans sendiri disekolah, dan aku yang merupakan kembarannya juga ketularan, ngga tau berapa cowo sering menghampiri dari sekedar say hello sampai ngajak malmingan, kalau aku liat aku tuh biasa aja tapi banyak yang bilang lebih yah terserah lah ya.

"Eh Dea" panggil kakakku pada sahabatku yang sejak tadi diam sebagai pemerhati kami "dapat salam tuh dari Dio" kak alan tersenyum jahil

"Waaah Dio temen kak alan??!" Tanyaku penasaran, ngga nyangka sohibku yang manis ini punya admire, dan ngga salah salah seorang Giodio Pratama admirenya, salah satu sohib kak Alan yang wajahnya oriental cool gimana gitu haha

"Ciee Deaaaa" godaku yang berhasil membuat wajah sohibku ini persis kepiting rebus

"Iiih apaan siiih" wajah Dea benar-benar merah, manis deh, aku semakin tersenyum jahil padanya

Look at Me, PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang