Di perjalanan menuju ke sekolah, Ana meminta kepada Pak Herman untuk tidak mengantarnya ke sekolah. Saat ini suasana hati Ana benar-benar sedang berantakan dan tidak ingin berada di keramaian. Ia benar-benar ingin sendiri untuk saat ini.
"Terus mbak Ana mau ke mana sekarang kalau gak mau ke sekolah sama nggak mau pulang?" tanya Pak Herman.
"Ikut bapak aja ya, mangkal?"
"Bapak kan, nggak mangkal. Kerjaan bapak cuma antar jemput mbak Ana ke sekolah."
Ana menggaruk-garuk kepalanya dengan asal. Ia benar-benar tidak bisa berpikir akan ke mana agar tidak pergi ke sekolah atau pulang ke rumah.
"Yaudah hari ini bapak mangkal aja biar Ana bantu jadi kernet," ujar Ana tidak ada pilihan lain.
"Mbak Ana ini kok lucu. Mana ada bentor pakai kernet?" ujar Pak Herman dengan kekehan pelan.
"Bukannya emang ada ya, pak, di setiap angkutan umum?"
Pak Herman tertawa pelan. "Bentor gak perlu kernet mbak, yang penting ada supirnya."
"Ya udah, Ana aja yang jadi supirnya kalau gitu."
"Emang mbak Ana bisa bawa bentor?"
Setelah sedikit paksaan Ana, akhirnya Pak Herman mau menarik bentor dengan Ana sebagai kernetnya. Iya, kalian tidak salah baca. Ana benar-benar menjadi kernet bentor Bapak Herman khusus hari ini.
"Ibu mau ke mana? Ke pasar, bu? Atau pulang? Bisa yuk naik bentor pak Herman. Hari ini lagi ada diskon 10% dan akan diantar dengan selamat sampai tujuan." Di pangkalan bentor Ana terus menawari orang-orang yang berlalu lalang untuk menaiki bentor Pak Herman. Sedangkan di tempatnya, Pak Herman hanya geleng-geleng kepala.
"Kuwi sopo to, Man?" tanya salah satu teman pangkalan Pak Herman. Sejak kedatangan Pak Herman ke pangkalan dengan anak sekolah setelah sekian lama tentu saja membawa tanda tanya untuk teman-teman Pak Herman di pangkalan. Terlebih gadis itu sangat aktif mempromosikan becak bentor milik Pak Herman.
"Anaknya Pak Tama, yang ngontrak aku jadi supir pribadi," jawab Pak Herman dengan logat jawa yang sangat melekat pada dirinya.
"Uwong kok unik, ngontrak supir pribadi kok ya, supir bentor."
Pak Herman terkekeh pelan, "anak e yo, ncen unik."
"Mbak Ana," panggil Pak Herman. "Di sini aja. Entar penumpang juga datang sendiri," ujar Pak Herman yang tidak tega anak gadis itu panas-panasan di pinggir jalan. Pak Herman sangat mengenal bagaimana pemalasnya Ana. Jadi saat melihat anak sepemalas Ana berusaha sekeras itu membuatnya sedikit was-was.
"Nggak bisa gitu, Pak. Penumpang itu harus dicari jangan menunggu sampai datang sendiri aja," ujar Ana.
"Ya, kan nggak semua orang yang lewat itu mau naik bentor, mbak. Kalau memang ada ya pasti sudah datang kemari."
"Ini nih pentingnya belajar s3 marketing. Udah serahin ke Ana aja urusan cari penumpang. Bapak santai aja di situ," ujar Ana kembali menawari orang-orang yang lewat di depannya.
"Mbak Ana nanti kecapekan loh. Apa lagi hawanya panas gini," khawatir Pak Herman.
"Aman kok, Pak. Lagi pula Ana lagi stres juga," kata Ana sembari mengacungkan jempolnya ke arah Pak Herman.
Ana memang anak yang sangat pemalas bahkan untuk bergerak sekali pun. Tapi jika kalian ingin melihat seorang Ileana Kamala aktif, maka lihatlah saat gadis itu merasa stres. Karena setiap kali Ana merasa stres, tenaganya akan terisi penuh.
Setelah hampir satu jam akhirnya Ana mendapatkan seorang penumpang. Seorang bapak-bapak yang baru saja pulang dari pasar burung berhasil Ana gaet untuk menaiki bentor Pak Herman untuk di antar ke rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTLESS
HumorTrauma masa lalu menjadikan Ana seperti gadis yang tak berperasaan. Ia tak memiliki kemampuan bersosialisasi untuk menjalani hari seperti remaja seusianya. Ana bukannya memiliki hati yang keras, ia hanya takut orang lain akan mengetahui sisi lemahny...