"Pakai pakaianmu!" aku melempar pakaiannya tepat ke depan wajahnya setelah sukses berpakaian tanpa ada tindakan pemerkosaan sebelumnya. Aku keluar dari kamar dan hendak menghampiri Ibu. Tapi...
"Menikmati malammu?"
Niall yang sedang diam di atas sofa bersama ponsel di hadapannya menyapaku dengan begitu sarkastik. Ia bahkan tak menoleh sedikit pun ke arahku. Aku menghela napas dan menghampirinya sebentar-tidak ikut duduk. Hanya menghampiri sebentar.
"Kau menginap di sini?" aku bertanya.
"Seperti kelihatannya." Ia menjawab acuh. Mencoba mengabaikannya, aku bergegas menuju dapur dan menemukan Ibu tengah makan sendirian.
"Christine?" aku bertanya. Ibu menegadah ketika melihatku ada di hadapannya.
"Aku tadi menyuruhnya untuk pergi berbelanja." Aku mengangguk dan ikut duduk di meja makan dengannya.
"Apa Tuan itu kekasihmu?" ia menunjuk kamarku memakai dagunya. Aku tertunduk dan mengetahui ke mana arah pembicaraan ini.
"Ya, Bu." Aku mengiyakan. Untuk apa juga berbohong? Ibu mengangguk sambil masih memasukkan roti bakar ke mulutnya.
"Apa kau sudah mengenal dia siapa? Seperti kau mengenal Niall?" Ibu? Kenapa Ibu bertanya seperti itu? Apa tadi malam Ibu mengetahui apa yang kulakukan dengan Harry? Atau ia merasa kasihan dengan Niall yang kuabaikan begitu saja? Atau jangan-jangan Ibu memang mengenal siapa Harry sebenarnya? Harry pernah memberitahuku jika ia menyimpan rahasia pada ibuku. Apa itu artinya ia mengenal Harry seperti aku mengenalnya?
"Kurang-lebih. Dia teman sekampusku." Kataku membuatnya terbelalak.
"Dia temanmu? Kenapa kau tidak memberitahuku?" ia bertanya dengan suara yang agak tinggi. Kaget mungkin?
Aku mengambil jatah sarapanku dan memasukkannya ke dalam mulut dengan cepat. Ingin segera melarikan diri dari perbincangan ini. "Aku tak tahu dia bosmu. Kau bilang bosmu pindah ke California dan digantikan oleh seorang anak muda yang kaukenalkan dengan sebutan Menezes. Aku tidak mengenalnya dengan nama itu. Namanya Harry Styles. Tuan itu..." Aku menunjuk ke kamar memakai daguku seperti apa yang baru saja ia lakukan. "bernama Harry Styles." Jelasku.
"Tapi kau masih punya banyak waktu untuk bercerita padaku setidaknya setelah kau bekerja dengannya dan mengetahui siapa dia." Ibu mengotot membuatku sedikit terganggu.
"Ibu tahu aku tak punya banyak waktu. Ibu yang membuatku sibuk." Aku menyimpan rotiku dan berbalik meninggalkan meja makan meski sarapanku belum habis. Aku tahu Ibu selalu membenci tindakan itu. Tapi aku sungguh harus menghindar dari dialog ini.
"Britney!"
Aku tidak menoleh. Mengingat Harry yang masih ada di kamar, aku mengurungkan niatku untuk menghampirinya dan lebih memilih menemani Niall. Aku duduk di sebelahnya.
Kami terlibat saling bungkam saat aku menemaninya. Ini benar-benar bukan dia. Dia adalah tipikal lelaki yang terhitung cerewet dan berisik. Dan hari ini ia sama sekali tidak seperti itu.
"Kau marah padaku?" ia menoleh dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tak punya hak untuk melakukan semua itu." Paparnya membuatku jelas merasa sangat bersalah padanya.
"Bagaimana kabar Gee?" aku berusaha sebisa mungkin mengalihkan pembicaraan tanpa memutus obrolan dengannya.
"Dia terlihat kacau. Semenjak melihatmu dengan bosmu itu." Lagi, Niall melakukan apa yang Ibu lakukan. Menunjuk kamarku menggunakan dagu mereka. Kupikir apa yang salah jika ia tidur bersamaku? Ia kekasihku, aku sudah dewasa, dan itu kamarku. Kenapa semua orang terlihat tidak suka dengan semua itu?
YOU ARE READING
(TERBIT) Alter Ego
FanfictionTerbit, Rp 95.000 chat 0838-2902-3843 for pre order Cinta memang didasari dengan kepercayaan. Tak ada pengkhianatan, atau pun perselingkuhan. Lalu, apa yang akan terjadi jika aku berkhianat dan berselingkuh dengan kepribadian kekasihku yang lain? Ap...
21. What Is Wrong With That?
Start from the beginning
