MY ANNOYING BOSS

86 15 0
                                    

"Bu, Ellen pulang ...." Ellen menaruh tas di kamar, lalu menghampiri ibunya yang berada di ruang tengah. Iya mencium tangan ibunya, lalu berjongkok di depan kaki ibunya.

"Ibu udah makan?" tanya Ellen, tapi ibunya hanya menatap Ellen dalam diam lalu mengusap pipi putri semata wayangnya.

"Ibu belum minum obat karena tidak mau makan sejak tadi siang, ibu panggil-panggil nama Mbak Ellen terus," jelas Mbak Yanti, orang yang Ellen percaya untuk bekerja menjaga ibunya selama setahun belakangan ini.

"Bu, makan ya? Ellen suapi."

Ibunya hanya mengangguk. "Ka-mu, istirahat."

"Iya, nanti Ellen istirahat setelah menyuapi ibu makan."

Ibunya tersenyum. Tangan kurusnya menggapai wajah Ellen dan menyentuh luka lebamnya dengan hati-hati. "Sakit?"

"Udah nggak sakit kok, Bu." Ellen tersenyum meyakinkan ibunya. Meski sebenarnya luka itu masih terasa sangat perih ketika tangan ibunya singgah di sana, tapi ia menahannya karena ia tidak ingin membuat ibu khawatir,

"Ellen ganti baju sebentar ya, biar Mbak Yanti hangatkan supnya dulu."

"Iya,"

Ellen bangkit meninggalkan ibunya di ruangan itu menuju kamarnya. Ia mengganti setelan kerjanya dengan baju rumahan yang santai. Sambil mengikat rambutnya ia melihat sebuah kotak kado di atas meja.

Dari siapa? Pikirnya.

Walaupun gak kunjung dijawab, gak ada salahnya mencoba terus 'kan? I love you, Ellen.

-Virgo

Kata tulisan pada kartu ucapan di dalam kotak itu.

Benar-benar pantang menyerah cowok satu ini.

Ellen mengambil hadiah di dalamnya. Sebuah jaket kulit berwarna hitam yang sangat cantik dan keren.

Gue tunggu di kafe biasa, malam ini.

***

Setelah menyuapi ibunya dan mengobrol tentang pekerjaannya di kantor, Ellen mengantar ibunya pergi tidur. Digenggamnya tangan kurus Sang Ibu dan diusap lembut agar ibunya lekas terlelap. Wajah pucatnya perlahan terpejam dengan tenang, hembus napasnya menjadi sangat teratur seiring berjalannya waktu.

"Tidur yang nyenyak, Bu, Ellen nggak akan pergi lagi ketika ibu tidur," kata Ellen dengan sangat lembut, mengingat kejadian kemarin malam yang membuat ibunya kembali histeris. Ayahnya datang ketika ia tengah berada di luar, membentak ibu dan juga memberantaki kamar Ellen berharap mendapatkan uang yang banyak untuk modalnya berjudi.

Jiwa ibunya yang sudah cukup tenang dan membaik, kembali terguncang akibat kedatangan ayahnya. Ellen jadi merasa bersalah, ia tidak bisa menjaga ibunya dengan baik dan malah pergi bersenang-senang keluar dengan teman-temannya. Dan andai saja Ellen tidak mengabaikan pesan dan panggilan ayahnya tempo hari, kejadian seperti kemarin malam tidak akan terulang.

"Maaf, Ellen belum bisa menjaga Ibu dengan baik." Ellen tersenyum miris kemudian mengecup punggung tangan ibunya.

***

Ellen menghela napas sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi kerja. Sudah dua hari ini pekerjaannya sangat banyak, hingga Pak Bachdim menyuruhnya untuk tidak pergi makan siang keluar sebelum semua pekerjaannya selesai. Pak Bachdim pun begitu, ia tetap tinggal di ruangannya dan hanya memesan makan siang dari layanan ojek online. Ya, karena Ellen masih cukup tahu diri untuk tidak pergi keluar di saat bosnya itu melarang, jadi ia juga akan memesan makanan secara online saja.

Bangchin Twoshoot StoryWhere stories live. Discover now