MY ANNOYING BOSS

195 13 0
                                    

Author:
leanaf97l
mozaciux
floraannete

"Len, Molen,” panggil Pak Bos yang langsung membuat meringis perempuan yang dipanggilnya.

Sialan, ia sudah berjalan secepat yang ia bisa dari ruangannya, tapi masih saja tertangkap oleh Pak Bachdim, bosnya yang super duper annoying, bukan hanya sifatnya, tapi juga look-nya. Ia mendengus sambil memutar tubuhnya malas.

"Ellen, Pak, bukan Molen," protes Ellen yang bosan karena selalu menerima panggilan semacam itu dari Pak Bos. Teman-teman Ellen yang lain yang –juga pegawai di sana— hanya bisa diam, terlalu biasa melihat pemandangan Pak Bos dan sekretarisnya itu beradu mulut bahkan sampai otot-ototan.

"Ya udah lho sama-sama ada Len Len-nya," kata Pak Bos ngeyel.

"Iya deh terserah Bapak aja udah," ujar Ellen walaupun sebenarnya masih tak ikhlas namanya dipanggil sembarangan. Ia hanya tidak ingin ribut di jam-jam lapar seperti sekarang. "Jelas-jelas gue manusia dan molen itu makanan, kalau bukan Bos aja lu udah gue tabok, Bachdim," gerutu Ellen sambil menatap bosnya yang tengah berjalan menghampirinya itu.

"Jangan menggerutu, kupingku ini tajem lho."

Ellen hanya bisa menarik napas sambil menahan raut wajahnya. "Ada apa Bapak manggil saya?" tanya Ellen kemudian.

"Kamu mau makan siang toh?"

'Ya, menurut ngana aja gimana?' tapi Ellen masih cukup waras untuk tidak mengucapkan itu dan lebih memilih menjawab dengan kata "Iya."

"Saya titip nasi padang di tempat biasa."

Ellen langsung bereaksi mendengar itu. "Saya dan teman-teman mau makan siang di kantin kantor, Pak, sedangkan nasi padang yang Bapak mau itu jauh, kalau saya ke sana dulu nanti jam makan siang saya habis."

"Ya udah kalau gak boleh nitip saya ikut aja."

"Boleh, Pak!" Satu kalimat dari Pak Bachdim sukses membuat lima orang yang akan makan siang bersama itu kompak berteriak frustrasi.

"Bapak mau nitip apa? Rendang? Cincang? Ikan kembung?" tanya Sonia di sisi kanan Ellen.

"Rendang sama cincang, bumbunya banyakin, daun singkong sama sambel ijonya dipisah," ucap Pak Bachdim dan Ellen kompak. Ellen tentu hafal dengan pesanan atasannya itu.

"Uangnya mana, Pak?" tanya Ellen.

"Pakai uang kamu dulu."

"Uangku pas-pasan, Pak, gak cukup buat nalangin. Uang beli nasi padang tiga hari lalu sama beli kopi janji hati kemarin aja belum dibayar!"

"Nanti pasti saya bayar, Molen, tenang aja, uang saya banyak gini kok."

"Uang banyak, tapi ngutang."

"Saya ganti beneran lho, Len. Cepetan pergi, saya lapar."

Dari pada kepalanya bertambah sakit karena berhadapan dengan Pak Bachdim, Ellen pun memilih segera menghilang dari sana. Walaupun uang pas-pasannya harus rela terpakai, tapi ini lebih baik dibandingkan berlama-lama ribut dengan bosnya itu.

Kalau kalian ingin tahu, orang yang tadi menitip nasi padang tapi ngutang itu adalah pemilik perusahaan ini, panggil saja Pak Bachdim dan perempuan cantik yang tadi beradu mulut dengannya adalah Ellen, sekretaris Pak Bachdim yang sudah bekerja di sana selama dua tahun. Meskipun kepalanya selalu nyut-nyutan setiap kali menghadapi Pak Bachdim, tapi ia sadar bahwa mencari pekerjaan dengan posisi menjanjikan di kota metropolitan ini sangat sulit, jadi ia hanya perlu banyak-banyak bersabar, demi kelangsungan hidupnya.

Bangchin Twoshoot StoryDove le storie prendono vita. Scoprilo ora