Epilog [END]

68 10 2
                                    

Dukung author dengan vote dan comment nya. Terima kasih.

Happy reading (◠‿◕)

Blush

Sebuah mesin waktu tiba-tiba terdampar di jembatan. Untung saja jembatan itu sepi dan tidak ada orang. Dikarenakan sudah malam.

Cklek

Pintu mesin waktu otomatis terbuka menampakkan enam orang di dalamnya yang jatuh bersamaan.

"Ugh dimana ini?" Tanya Seungmin.

"Sepertinya kita sudah sampai di dunia asli." Pikir Subin.
"Dunia asli? Memangnya kita kemana selama ini?" Bingung Winter.

Subin diam, ia tau kalau hanya dirinya yang akan mengingat kejadian di game kedua yang dibuatnya.

"Ah hanya perjalanan panjang. Mungkin liburan." Ucap Subin asal.

"Terus siapa lo?" Tanya Seungmin melihat ke Subin.
"Benar juga, dia kan nggak mungkin ingat sama gue. Hanya gue yang akan ingat semua yang kita lakukan disana. Termasuk Ningning yang mengorbankan dirinya untuk orang seperti gue." Batin Subin.

"Perkenalkan gue Subin, mulai hari ini kita teman." Subin mengulurkan tangannya ke Seungmin.

"Baiklah, gue Seungmin." Balas Seungmin ramah.

"Aduh. Ini dimana?" Tanya seseorang yang tak lain adalah Jinyoung.

"Aduh sakit tau Young! Jangan duduk di atas punggung gue!" Kesal Jihan dan memukul Jinyoung.

"Yah gue juga nggak tau kenapa bisa di atas lo Han!"

"Lah kalian berdua siapa lagi?" Tanya Seungmin.
"Lah lo sendiri siapa?" Tanya Jinyoung balik.

"Gue Seungmin, salam kenal." Seungmin tersenyum.

"Gue Jinyoung. Salam kenal." Jinyoung terlihat cuek dan membantu Jihan bangun.

"Terus tiga orang yang di samping lo siapa?" Tanya Jinyoung.
"Oh yang ini Winter dan Karina." Balas Seungmin memperkenalkan Winter dan Karina.

"Yang cowok ini teman lo bukan?" Tanya Jihan.
"Iya kami teman. Hari ini kami menjadi teman, lo mau berteman sama gue nggak?" Tanya Subin.

"Boleh saja." Jawab Jihan.
"Woi dia nggak kita kenal lo main oke saja Han. Nggak salah?!" Bisik Jinyoung.

"Yah biarin sajalah. Kan nggak papa saling kenal sama orang lain. Jadinya kita punya teman lagi Young, gue lumayan bosan deh sama lo terus."

"Rin! Bangun woi!" Teriak Seungmin.
"Lah dimana ini?" Tanya Karina yang mulai membuka matanya.

"Di jembatan. Kita tiba-tiba keluar dari mesin nggak jelas ini. Untung nggak di laut tempatnya."

"Lo nggak apa?" Tanya Subin khawatir sama Karina.
"Lo siapa? Gue kenal saja nggak!"

"Dia Subin. Teman baru kita Rin, jangan cuek gitu dong."

"Eh Ningning dimana?" Tanya Winter yang sadar kalau Ningning tidak ada.

Deg

"Gue harus bilang apa ke mereka? Nggak mungkin kan kalau gue bilang Ningning masih di dunia buatan gue." Batin Subin.

"Eh iya nih. Kemana tuh anak?" Tanya Karina juga.

"Apa gue kembalikan ingatan mereka saja seperti semula? Gue masih punya obat penawarnya sih." Gumam Subin.

"Kalian sudah malam begini mau kemana? Ke rumah gue yuk. Nggak jauh kok dari sini." Ajak Subin.

Semua melihat Subin dengan tatapan bingung.

"Apa nggak merepotkan?" Tanya Jihan.
"Tentu saja tidak. Gue malah senang kalo ada orang datang ke rumah gue."

"Baiklah gue setuju." Ucap Seungmin.

"Ada makanan enak nggak? Kalo nggak ada gue nggak ikut." Sahut Jinyoung.
"Makan terus pikiran lo Young. Bikin gue malu jadi pacar lo!"

"Gue punya banyak makanan. Dan ada chef juga di rumah gue jadi nggak mungkin makanan gue nggak enak."

Seungmin, Winter, Karina, Jihan dan Jinyoung mengikuti Subin dari belakang.

Tak berselang lama mereka tiba di rumah Subin. Terlihat sangat mewah.

Cklek

"Tuan muda sudah pulang? Saya sudah menyiapkan makanan untuk malam ini." Ucap salah satu pelayan.

"Tuan muda?" Tanya Seungmin.

"Masih ada juga yang dipanggil seperti itu di dunia ini. Geli banget gue dengarnya." Batin Karina.

"Ikut gue. Sebentar lagi kita akan sampai di ruang makan."

Skip

Sesampainya disana, terlihat daging barbeque yang sudah dipanggang, kimchi, sup rumput laut, bibimbap, daging bab* bahkan gimbap.

"Wah banyak sekali makanan disini. Gue duluan yah." Ucap Jinyoung dan langsung menyambar makanan.

Jihan hanya geleng-geleng kepala dan malu dengan perbuatan Jinyoung pacarnya.

Setelah selesai makan Subin meminta semuanya istirahat di rumahnya malam ini.

Besoknya...

Semuanya kembali sarapan di meja makan.

"Kalian sudah ingat tentang kejadian kemarin?" Tanya Subin.
"Tentu. Lo kenapa membuat kami ingat?" Tanya Seungmin.

"Gue rasa kalian harus ingat karena Ningning juga perlu diingat."

"Gue nggak menyalahkan lo karena sudah membuat Ningning mempertaruhkan nyawa nya. Tapi nggak tau dengan yang lain."

Seungmin melihat ke Winter dan Karina yang masih diam. Sedangkan Jinyoung dan Jihan juga diam karena tidak tau harus berkata apa.

"Gue nggak tau kenapa Ningning mau melakukan itu, gue nggak bisa menyalahkan lo juga Bin." Ujar Karina.

"Gue juga. Walaupun gue belum menerima semuanya." Sambung Winter.

"Kalian memaafkan gue?" Kaget Subin.
"Tidak. Kami belum memaafkan lo Bin. Kami masih terlalu kecewa sama perbuatan lo." Balas Karina.

"Dan gue juga nggak mungkin membalas perasaan lo ke gue disaat seperti ini. Gue pikir kita berteman adalah hal yang paling baik untuk saat ini."

"Oke. Gue nggak memaksa lo Rin." Subin tersenyum.

Di siang hari. Subin, Jinyoung, dan Jihan menemani Seungmin, Karina, dan Winter ke laut. Tujuannya untuk memberi ketenangan ke teman-teman nya yang sudah mati.

"Lo nggak mau kesana?" Tanya seseorang sambil melihat ke Seungmin dkk.
"Nggak. Melihat mereka baik-baik saja sudah cukup buat gue Chan."

"Tapi Ning-"
"Kita pergi yuk." Ningning menarik tangan Sungchan.

Flashback on

Ketika Seungmin dkk pergi Ningning sendirian. Ia pasrah jika harus mati karena ledakan. Tapi sebuah harapan muncul karena Sungchan datang dan membawa Ningning ke kamarnya.

"Gue sudah menduga akan terjadi hal seperti ini. Maka dari itu, gue membuat satu mesin lagi yang disembunyikan di kamar gue." Ucap Sungchan.

"Terus Shotaro?" Tanya Ningning.
"Gue nggak bisa membawa dia kembali kesana. Biarkan dia disini Ning. Lagipula Shotaro hyung yang gue kenal sudah nggak ada, dia sudah berubah."

"Ayo kita masuk. Mesin ini hanya bekerja satu kali saja." Kata Sungchan.

Ningning dan Sungchan pun berhasil kembali ke dunia asli dan terdampar di pinggir pantai. Mereka pergi ke rumah Subin dan memperhatikan gerak-gerik Subin dan yang lain sampai ke laut.

"Gue mau makan Chan. Lapar nih." Rengek Ningning.
"Oke. Kita makan dimana?" Tanya Sungchan.

"Terserah. Asal gue makan sama lo itu nggak papa."
"Dasar Ningning nakal!" Ucap Sungchan sambil mengusap kepala Ningning.

*END*

Secret Game 2nd Season [✓]Kde žijí příběhy. Začni objevovat