Hazel harus bersiap untuk ke klinik, dia adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam dan memiliki cukup banyak pasien.
Berbeda di bandingkan saat dirumah, di klinik Hazel terlihat normal, dia menyapa dan tersenyum. Dia ramah dan mudah bergaul walaupun wajahnya bisa berubah masam seketika.
"Suster, aku akan istirahat makan siang, mohon antriannya di stop dulu" sambil tersenyum ramah.
"Baik dokter"
Hazel bersama Reina beranjak ke kafe yang ada di seberang jalan klinik.
"Berikan aku kopi dan spageti" pesan Hazel.
Reina memesan jus dan salad, mereka terdiam sejenak. Hazel terlihat sangat manusiawi dengan pakaian dokter, tidak akan ada yang mengira bahwa hazel adalah orang abnormal dan gila.
"Sekilas kamu terlihat normal"
Hazel menatap Reina "aku selalu normal hanya kamu yang melihatku dengan cara berbeda"
"Mereka hanya belum melihat kegilaanmu, jika mereka tau bahwa kamu membunuh orang.." Reina diam tidak melanjutkan pembicaraan, seorang pelayan datang membawakan pesanan, tidaklah baik jika pelayan itu mendengar kalimat itu.
"Kamu ingin aku membunuh adik dan tunanganmu?"
"Uhukk" Reina tersedak mendengar ucapan Hazel.
Hazel menyodorkan tisu dan minuman seakan perhatian.
"Jangan melakukan apapun, aku yang akan menyusun rencana aku tidak ingin mereka tau bahwa aku masih hidup"
"Kalau begitu kamu ingin menikah denganku?"
Kali ini Reina tidak tersedak, namun dia menjatuhkan garpu yang di pegang. "Bisakah kamu berhenti mengatakan hal aneh lain?"
"Jika kamu menikah denganku, aku akan memberikanmu identitas baru, sebagai istriku, kamu akan terlahir kembali sebagai orang lain"
Reina diam, dia memang ingin menjadi orang lain menghancurkan hubungan adik dan tunangannya. Perlahan membuat mereka gagal dan hancur dan juga mati dengan perlahan.
Walaupun Reina saat ini bisa kabur dari Hazel tapi tidak ada tempat yang bisa dia tuju terlebih sang ayah belum sadarkan diri. Kemungkinan terburuk, Hazel akan membunuhnya sebelum dia berhasil membalaskan dendamnya.
"Kenapa kamu ingin menikahiku?"
"Entahlah" Hazel kembali memakan-makanannya.
Mereka kembali ke klinik setelah makan siang, sebenarnya tatapan para staf disana sedikit menganggu Reina. Mereka mungkin penasaran siapa Reina dan kenapa dia datang bersama Hazel.
Hazel melihat keresahan yang dirasakan wanita di hadapannya "dia kekasihku,, kami akan menikah dalam jangka waktu dekat, mohon doanya" ucap Hazel yang berbicara tanpa persetujuan Reina.
Reina tidak bisa berbuat apapun, dia hanya tersenyum paksa, beberapa staf disana bertepuk tangan dan mengucapkan selamat.
Belum pernah terbayang di benak Reina bahwa dia akan menikah dengan seorang psycopath. Hidupnya benar-benar hancur tidak sesuai rencana yang dia susun selama ini.
Jam 5 sore mereka tiba di rumah, rumah terlihat sepi dan suram. Desain clasik dan lahan yang luas membuat rumah seperti tak berpenghuni.
"Bagaimana caramu merapikan taman dan membersihkan rumah"
"Setiap hari minggu beberapa orang akan bekerja untuk membereskan semuanya."
"Besok? Dalam waktu 1 hari dalam seminggu?"
Hazel mengangguk sambil membuka pintu yang berukuran jumbo. Lampu otomatis hidup menerima sensor ketika ada kaki yang menginjak teras rumah.
"Kamu membangun rumah ini dari hasil menjadi dokter?"
"Ini warisan dari orang tuaku"
"Orang tuamu meninggal?"
"Aku membunuh mereka" dengan santai.
Reina mendadak merinding "kedua orang tuamu saja mati ditanganmu, mungkin aku juga akan begitu, tapi setidaknya biarkan aku membalaskan dendamku kebih dulu"
Hazel tidak menjawab dan seperti biasa merebahkan diri diatas sofa.
"Kita akan menikah bulan depan, aku akan mengurus semua persiapannya"
"Secepat itu?"
"Bukankah lebih baik?"
Reina terdiam. Sebelum masuk kedalam kamar dia masuk ke kamar dimana ayahnya berada. Ayahnya terlihat pucat dan beberapa selang mencap di tubuhnya. "Ayah bertahanlah, ayah harus melihat detik2 mereka semua hancur di tanganku" sambil menangis.
Hazel melihat dari sela-sela pintu
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Cruel Psycopath
ParanormalMenceritakan tentang seorang psycopath yang jatuh cinta pada korbannya sendiri