29. Falling apart again

3.2K 604 290
                                    

[Happy reading!!]

Kalau mau marah, dipersilahkan dari sekarang✌🏻🙏🏻 -author-

Kalau mau marah, dipersilahkan dari sekarang✌🏻🙏🏻 -author-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya, pintu rumah dibuka oleh seseorang dari depan. Papa yang tiba-tiba pulang. Langkah kaki Papa sangat lebar dan cepat. Terlihat ada kemarahan di wajah Papa. Papa yang langsung pulang saat mendengar Agha kenapa-kenapa. Auriga tentu saja kaget dengan kepulangan Papa, dia kira Papa akan pulang besok.



"Pa-"



PLAK!



Sebuah tamparan keras melayang tepat mengenai pipi Auriga. Dia kaget, jelas sangat kaget. Pikirannya langsung kosong saat itu juga. Dia gak menyangka Papa akan menamparnya dengan begitu keras.

"Papa." Ivan yang menyaksikan itu juga kaget bukan main. Begitu juga dengan Abel, dia yang awalnya marahan sama Auriga langsung khawatir sama adiknya itu.

"Adek ngelakuin apa sampai Agha kayak gini?! Apa dek??!!" tanya Papa dengan kemarahannya. Papa menatap Auriga tajam dengan mata yang menyorot kemarahan.

Auriga yang masih mencerna apa yang barusan terjadi hanya bisa diam, dia masih syok. Otaknya seakan berhenti, bahkan rasanya dunia yang sedang dia pijak sekarang berhenti untuk beberapa menit.

"Papa udah bilang untuk gak pernah gunain bela diri kamu buat ngelukain orang apalagi buat berantem yang ga jelas. Lihatkan sekarang dampaknya ke siapa? Agha yang kena!! Okey kalau mereka ga salah sasaran karena kamu jago, tapi Agha? Agha gak bisa dek! Lihatkan sekarang??"

Auriga mengerjapkan matanya beberapa kali, mengusir air mata yang rasanya mendesak ingin keluar. Matanya tiba-tiba panas.

"Jangan jadi penyebab bertambahnya luka Agha dek, dia sudah cukup menderita 15 tahun tanpa kita. Agha bisa aja meninggalkan kita untuk selama-lamanya karena perbuatan kamu dek!"

Auriga terdiam mendengar penuturan dari Papa. Penyebab luka? Karena dia?

"Pa..." Auriga menatap nanar Papanya. Dadanya sesak menerima apa yang telah terjadi hari ini. Apalagi tamparan dari Papa barusan.

"Papa gak habis pikir dek sama kamu. Kamu udah bikin Agha dalam bahaya. Harusnya kamu jagain Agha, bukan malah memasukkan dia ke lubang hitam yang kamu buat sendiri."

Auriga mengepalkan tangannya, menahan air mata dan rasa sesak di dadanya. Kenapa perasaan sakit ini kembali muncul padanya? Kenapa sangat sesak? Dia pikir dengan perginya Mama, dia gak akan merasakan sesak dan sakit seperti ini, tapi ada apa dengan hari ini?

"Kalau tadi terjadi apa-apa sama Agha gimana? Kalau mereka berbuat yang tidak-tidak ke Agha gimana? Kamu mau tanggung jawab itu semua Auriga? Dia adik kamu, kembaran kamu!" Papa makin marah sama Auriga. Sementara Auriga menatap Papa tidak percaya, matanya bergetar.

Hiraeth || Huang Renjun (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang