t h i r t y~o n e

68.7K 10.9K 2.5K
                                    

Masih adakah yang baca😭?

Ibu Elanza memutuskan untuk bermain di kamar Ilsya saja. Dia juga ingin melihat-lihat kamar gadis kecil itu. Ilsya dengan semangat memegang jari telunjuk Duchess Valsan lalu berjalan dengan kaki kecilnya menuju kamar.

Duchess dengan sabar mengikuti langkah kaki Ilsya yang terlampau kecil. Lima pelayan juga ikut menyertai mereka dari belakang, kaki para pelayan terasa seperti berjalan dengan berjinjit.

Pintu kamar Ilsya dibuka oleh seorang pelayan untuk mempersilahkan Duchess Valsan dan Nona kecil mereka masuk. Kamar Ilsya rapi dan cantik, banyak barang-barang kecil dan imut disekeliling, sangat khas dengan kamar anak perempuan.

"Tolong ambilkan beberapa cemilan" Duchess Valsan menyuruh salah satu pelayan.

Pelayan muda itu menundukkan kepalanya dengan sopan lalu bergegas pergi.

"Ini tempat tidul Ilsya, disini enak" Ilsya mengajak wanita dewasa itu untuk duduk diatas kasurnya dengan ceria.

"Tempat tidur mu sangat nyaman" Duchess Valsan berkata dengan tersenyum.

"Benal! Kalau bukan kalna lapal, Ilsya mungkin akan di tempat tidul sepanjang waktu" Ilsya berucap dengan semangat.

Duchess Valsan tertawa mendengarnya, para pelayan mengulum senyum mereka.

"Makan dan tidur bagus untuk anak-anak" Duchess mengusap surai Ilsya.

"Benal, Ilsya menyukai itu. Tapi Kak Alez belkata itu tidak bagus, Dia bilang Ilsya milip sepelti babi kalna makan dan tidul" Gadis kecil itu berucap dengan pipi menggembung.

Dibenak Ilsya ada wajah tengil Arezian yang mengejeknya dengan santai.

"Kakakmu hanya bercanda, sayang" Duchess Valsan lagi-lagi tertawa dibuatnya, betapa manisnya gadis ini.

"Sekarang apa yang ingin Ilsya mainkan?" Duchess Valsan bertanya.

Gadis kecil itu menatap keatas, kedua tangannya terlipat, seakan sedang berfikir keras. Lama Ilsya berdiam, dengan sabar Duchess Valsan menunggu, para pelayan menanti-nanti jawaban gadis kecil itu.

"Tidak tahu" Ujar gadis itu lalu tersenyum lugu.

"Apa yang kamu mainkan jika bersama ketiga Kakakmu?" Duchess tersenyum mendengar jawaban Ilsya, lalu bertanya lagi.

"Kakak suka mengajak Ilsya ke tempat pelatihan plajulit, Meleka akan belmain pedang lalu Ilsya menonton" Jelas Ilsya.

Ilsya terdiam sebentar lalu kedua mata nya bersinar terang.

"Apakah kita akan belmain dengan pedang sekalang?" Ilsya tersenyum dengan semangat.

Para pelayan terkesiap, lalu menggelengkan kepala mereka berulang kali. Tangan kecil Ilsya bahkan lebih kecil daripada gagang pedang, bagaimana bisa bermain dengan itu?!

"Tidak sayang, Itu berbahaya" Duchess Vesya menggeleng dengan panik.

Mata Ilsya meredup, bahunya terkulai. Duchess tersenyum lalu menjelaskan dengan lembut.

"Bermain pedang adalah permainan anak laki-laki. Lihat tangan ini-" Duchess berhenti berucap lalu mengambil tangan Ilsya dan mengenggamnya.

"Tangan lembut mu tidak cocok untuk bermain itu, kamu akan terluka, Ayah dan kakakmu marah besar, lalu bisa saja dunia  runtuh jika melihat gadis kecil mereka tergores" Duchess menjelaskan sambil tersenyum.

Para pelayan menganggukan kepala mereka dengan serentak.

"Begitu ya" Ilsya menganggukan kepalanya.

The Precious Duke's DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang