21-DAU

1.3K 94 14
                                    

Happy Reading.........

~~~~~~~~~

Shasha menatap Arshad lalu menunduk. Untuk apa menjelaskan semuanya tentang mereka kepada Andra. "Buat apa? Aku cuma kesalahan kamu di masalalu"

"Dan ngebiarin kalian gitu aja setelah aku tau semua?"

"Tapi–"

"Demi Zena–" Arshad menatap Shasha yang terlihat ragu. Dia menghela nafas lalu memegang bahu Shasha. "–Aku mau tanggung jawab. Aku akan lebih bersalah kalau ngelepas tanggung jawab"

Shasha mengelus tangan Zena. Dilihat dari raut wajahnya, Zena sangatlah terlihat senang setelah tahu jika sekarang dia punya ayah. "Ya, ayo kerumah mu"

"Kita sama papa terus kan ma?" tanya Zena dan hanya dibalas senyuman oleh Shasha.

"Aku ke kamar dulu"

"Mama" Zena merentangkan tangannya dan langsung digendong oleh Shasha.

Arshad menghela nafas lalu menatap kosong meja di depannya. Kejadian ini terlalu mengejutkan untuknya. Dia senang dan sedih disaat yang bersamaan karena Shasha hamil diluar nikah pastilah sangat berat sampai Namira turut andil dalam mengurus Zena.

"Ouh"

Arshad menatap pintu lalu berdiri sambil mengernyit. "Farraz?"

"Ya"

Andra tersenyum lalu memeluk Farraz. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu setelah lulus kuliah. Farraz pun membalas pelukan Arshad sambil menatap sekitar mencari keberadaan Shasha.

"Lo ada urusan disini?" Farraz yakin jika Andra tidak tahu bahwa Shasha adalah gadis yang dia ceritakan dulu.

"Hm, cewek malem itu tinggal disini dan ternyata dia hamil. Uhm lo mau ketemu sama siapa kesini?"

"Temen" ucap Farraz dan menatap Shasha yang terdiam sambil menggandeng Zena.

"Papa!–" Zena menghampiri Arshad kemudian tersenyum kepada Farraz. "–Om Farraz"

"Zena kenal om Farraz?" Arshad menatap Farraz setelah zena mengangguk.

"Gue ketemu dia sama Shasha waktu di taman–" Farraz mencubit pipi Zena lalu melirik Arshad yang menaikkan alisnya bingung. "–Shasha kerja dikantor gue"

Arshad mengangguk mengerti lalu menoleh kepada Shasha yang masih saja berdiri di samping kursi. "Shasha ayo berangkat"

"Kalian mau pergi?"

"Gue mau jelasin semua ke Andra. Gue nggak bisa terus terusan sembunyiin kesalahan gue dulu. Ini lebih baik daripada dia tahu sendiri walaupun mungkin gue nanti dihajar habis habisan seenggaknya gue lega karena gue sendiri yang cerita"

Farraz tahu seperti apa Andra marah. Walaupun Arshad yang terlihat dingin dan pemarah, Andra lah yang lebih berbahaya jika emosinya memuncak. "Oke"

Shasha mengunci pintu lalu membalas tatapan Farraz kepadanya. Dia tidak tahu apa yang difikirkan Farraz. Jika sikap Farraz seperti ini saat melihat dirinya dan Arshad kenapa laki laki itu tidak langsung memberitahu Arshad tentang dia? Bukan malah menyeretnya di kehidupan pribadi pria itu. Apa yang direncanakan Farraz sebenarnya?

~~~~~~~~~~~~

"Awh!"

Andra yang tengah menatap ponselnya langsung menoleh ke Namira yang membelakanginya. Dia bisa melihat luka iris yang menganga lebar saat Raya memegang jari Namira yang terluka.

"Hati hati makanya. Cuci dulu lukanya nanti aku obatin–" Raya mengernyit heran saat Namira menekan nekan luka tersebut dengan tenang. "–Jangan diteken teken ih. Nggak sakit apa?

Destiny And UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang