34. Jadi, siapa?

41.3K 2.9K 112
                                    

        Satya melirik uluran tangan di depannya dengan tanpa minat. Gadis dengan senyum manis itu jelas sekali bukanlah gadis yang tidak gatal.

"Satya." balasnya acuh lalu menyimpan tas di meja.

Gadis itu menarik tangannya dengan masih tersenyum walau agak malu lalu menatap Sarah.

"Hai, aku Windi."

Sarah tersenyum tipis. "Sa-Sarah." balasnya. Dia masih saja merasa was-was. Takut ada yang mengetahui alasan kepindahan mereka.

"Pacar gue." tambah Satya seraya menarik tas Sarah dan menyimpannya di meja dekatnya.

Windi agak sedih mendengarnya namun mencoba biasa dan kembali ke kursinya.

"Kok gitu, jangan cari musuh." keluh Sarah setengah berbisik pada Satya.

"Punya lo udah cukup, yang lain ga penting." balasnya acuh.

Sarah cemberut, dia tidak suka dengan pemikiran Satya yang ngaco itu. Manusia itu makhluk sosial yang tidak bisa bergantung pada satu manusia saja.

"Kenapa? Jangan kayak yang mau nangis gitu!" sambung Satya seraya mengusap sekilas kepala Sarah.

Sarah menggeleng samar, malas membahasnya lebih lanjut. Perasaannya kembali gelisah, apa bisa mereka lulus tanpa masalah?

***

"Bro, kenalin. Gue Fito." cowok dengan gaya agak urakan itu terlihat so keren.

Satya bertos ala-ala laki. "Satya. Anak sini suka nyebat di mana?" tanyanya tanpa malu-malu.

Laki-laki seurakan Fito rasanya tidak mungkin kalau tidak merokok.

"Ada, belakang. Ikut gue, kuy." ramahnya seraya merangkul Satya.

Satya melirik Sarah yang tengah berbincang dengan satu gadis berhijab.

"Bawa cewek sah ga? Pacar gue, tuh." tunjuknya pada Sarah.

"Bawa aja kalau dia ga risih, di sana banyak asep sama kakak tingkat dan asep tentunya."

"Dia kuat asep." balas Satya lalu menghampiri Sarah.

"Yang, ikut dulu bentar." bisiknya membuat Sarah menghentikan obrolannya tentang tugas.

"Kemana?" Sarah menatap Aisa yang pamitan dan di angguki Sarah.

"Ikut aja, bentaran kok." Satya meraih jemari Sarah dan membawanya melangkah.

Fito melirik Sarah sekilas lalu kembali acuh dengan membawa langkah di samping Satya.

"Kalian pindahan ya? Kampus kalian bukannya lebih bagus dari kampus ini?"

Satya mengusap jemari yang menegang dalam genggamannya itu. Sarah sangat sensitif kalau di tanya seperti itu. Satya kembali merasa bersalah karena kecerobohannya.

"Yang bagus ga jamin nyaman." jawab Satya tanpa ingin membahas lebih lanjut.

"Ini mau kemana?" Sarah mengamati sekitar, dia hanya melihat punggung-punggung kelas di kampus barunya.

"Ke belakang kampus, tempat nyebat anak sini." jawab Fito.

Sarah sontak tidak nyaman, melirik Satya dengan tatapan yang meredup tidak suka.

Gairah Anak Muda (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang