¹². duabelas

24.1K 3.2K 195
                                    

Karna komennya banyak, jadi aku tepatin janji double up, makasi ya♥

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



Hari ini Hana tidak pergi ke sekolah, bukan tanpa alasan, Kakaknya yang selama ini belajar di Kanada datang mengunjungi mereka. Tentu saja Hana maupun Bitna antusias menjemputnya di bandara. Sesampai di rumah Bitna rempong memasak banyak makanan, sedangkan Hana mengajak Kakaknya itu ke kamar, menceritakan banyak hal satu sama lain, bercanda, sampai bermain game dan terlelap bersama.

Bitna membangunkan mereka di sore harinya, menyuruh kedua anaknya itu segera mandi agar masakannya yang telah tersaji dinikmati, bukannya menuruti perintah sang Mama, kedua kakak-beradik itu kompak pergi ke depan kompleks rumah untuk membeli tteokbokki.

Sekarang sudah malam, Hana sedang membuat kue bersama Bitna, sedangkan Kakaknya bermain game dengan Riki di ruang tengah.

"Gak adil, Kak Yeonjun pake cara licik!" teriakan Riki menggelegar. Hampir sepuluh kali dia meneriakkan hal yang sama, sepertinya kalah lagi.

"Licik adalah jalan ninja gue ngalahin lo bocil, haha." Yeonjun menyugar rambut, meletakkan stick ps di genggamannya ke karpet lalu merebahkan diri di sofa.

"Gak adil! Kita rematch, buruan!" Riki menyodor-nyodorkan stick ps itu.

"Males ah, maen ama bocil entar nangis."

"Ih gue gak kayak gitu!" Dia memaksa Yeonjun menerima stick ps tersebut. "Pokoknya rematch, rematch!"

"Bayarannya apa, dong?"

"Udah tua masih mau malak anak kecil? Udah buruan!"

Yeonjun tertawa. "Oke, bayarannya cewe lo buat gue."

"Gila ini manusia, di Kanada bukannya gedein pengetahuan malah gedein akhlakless!"

Hana duduk di single sofa, menggelengkan kepala menyaksikan Kakaknya dan si tetangga sebelah tidak pernah akur sejak jaman ngompol di celana, kini mereka saling jitak-jitakan.

"Kuenya dicicipi, Kak. Kasian Mama cape-cape buat," kata Hana, menunjuk sepiring bolu yang dia bawa. Bahkan beragam makanan yang Bitna masak tadi masih tertata rapi di dapur, tidak tersentuh karena Hana dan Yeonjun sudah makan tteokbokki. Paling berkurang dikit karena disumbang pada Riki.

"Abisin kuenya bocil, biar badan lo rada semok."

"Gue bukan bocil! Sembarangan banget kalau ngomong. Semok, semok!"

Hana menyalakan televisi, memilih menonton kartun dibanding menyaksikan pertengkaran mereka. Sepuluh menit kemudian bel rumah berbunyi. Yeonjun dan Riki telah kembali larut memainkan video game, Bitna masih membuat beragam kue, otomatis Hana bangkit membukakan pintu.

Dia sedikit kaget melihat Aera yang muncul, yang membuatnya kaget adalah wanita paruh baya itu menangis tersedu-sedu.

"Tante?" Sontak Hana memegang kedua bahunya cemas.

"Hana." Aera terisak.

Tanpa banyak bicara Hana membawa Aera masuk, mendudukkannya di sofa. "Tante kenapa?"

"Tante minta maaf soal kemarin. Hana masih marah, nggak?"

Dia mengernyitkan dahi. "Hana nggak pernah marah. Kenapa Hana harus marah?"

"Tante udah bohongin kamu dan Mama kamu soal kekurangan anak Tante."

"Hana nggak pernah marah ke Tante. Mama juga nggak marah, Tante nggak perlu nangis gini." Gadis itu mengusap kedua pipi Aera yang basah.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang