Bab 1

122 28 9
                                    

🐙🐙🐙

Lilin ulang tahun padam, permohonan telah diaamiinkan oleh mereka yang turut mendoakan. Gadis kecil bergaun hitam dengan pita merah jambu itu sudah tak sabar untuk memotong kue.
Seperti pada umumnya, potongan kue pertama dia berikan pada orang yang paling istimewa, kedua orangtua.

Perayaan itu menjadi moment membahagiakan untuk gadis itu.
Dia adalah permata hati orangtuanya, sangat disayangi.

Lyn mematikan layar tv. Memandangi kue di depannya dengan perasaan sedih. Video yang baru dia lihat adalah moment ulang tahun terakhirnya bersama orangtua. Saat dirinya masih berumur empat tahun.

Sejak orangtuanya mengandung lagi, Lyn seolah terlupakan. Lalu ketika adiknya lahir, semua perhatian tercurah hanya pada bayi itu. Saat mereka tumbuh besar, Lyn mulai dibandingbandingkan. Dia memang agak terlambat dalam pertumbuhan, dia juga agak telat menyerap pelajaran di sekolah, tapi itu bukan berarti dia bodoh. Dia hanya belum menemukan metode belajar yang pas saja untuk dirinya.

Untuk kesekian kalinya Lyn berulang tahun sendiri. Dia tak mengharapkan perayaan seperti waktu kecil, dia hanya ingin ditemani oleh keluarganya.
Ibu dan ayahnya sudah berjanji akan menemani Lyn. Jam sudah menunjukkan jam setengah dua belas malam, tapi orangtuanya tak kunjung pulang.

"Happy birthday, Lyn!" ucapnya lalu memotong kue yang dia beli sendiri.

***

"ASTAGA, LYN!" teriak Karin marah melihat rumah berantakan.

Lyn yang tidur di sofa langsung bangun dan menatap ibunya dengan mata mamai.

"Bisa tidak sedikit saja kamu membantu Mama. Semalaman Mama menjaga adikmu yang sakit. Dan kamu malah membuat rumah berantakan seperti ini. Kamu sudah besar, Lyn. Bantu Mama! Jangan selalu merepotkan!"

Lyn melihat sekeliling. Pantas saja ibunya marah. Bekas kue tersebar di manamana. Itu pasti ulang kucing kesayangan adiknya.

"Mama mau mandi dan bersihbersih dulu. Begitu Mama keluar kamar, rumah sudah harus bersih dan rapi. Paham?" ucap Karin.

Lyn mengangguk.
Setelah ibunya pergi dia segera membereskan kekacauan di depannya.
Sambil beresberes Lyn memikirkan ucapan ibunya. Jadi adiknya sakit karena itu orangtuanya tidak pulang. Meski kasihan pada adiknya, tapi rasa sedih ditinggal semalam sedikit terobati. Setidaknya orangtuanya punya alasan yang bisa diterima kenapa tak bisa menemani dirinya kemarin.

Rumah telah kembali bersih, Lyn pun pergi mandi. Dia harus siapsiap berangkat ke sekolah. Saat ini Lyn duduk di kelas IX. Hari ini, hari terakhir dia ke sekolah sebelum libur masa tenang ujian yang akan dilakukan minggu depan.

"Lyn, Mama sudah beli sarapan untuk kamu. Mama taruh di meja makan. Mama mau pergi ke rumah sakit lagi untuk menemui adikmu!"

Mendengar suara ibunya dari balik pintu, Lyn segera keluar kamar. Begitu keluar ibunya sudah pergi. Padahal Lyn belum mengucapkan salam. Ada keheningan di rumah. Namun Lyn sudah terbiasa. Setiap orangtuanya pergi bermain dengan adiknya, dia akan selalu sendirian menjaga rumah.

Sarapan di meja makan Lyn buka. Bubur dengan kecap di atasnya, tak ada toping kacang, bawang atau ayam suir. Apa pedagangnya salah memberi?
Sudahlah, untung masih ada kerupuk di plastik.

***

Pulang dari sekolah yang pertama Lyn tuju adalah dapur. Dia kelaparan seharian tak makan atau minum karena tak diberi uang jajan. Hanya bubur di pagi hari saja yang mengganjal perut.

Suara pintu dibuka membuat Lyn berlari meninggalkan dapur. Orangtuanya sudah pulang.

"Kau begitu ingin menikahi selingkuhanmu itu makanya kau ingin secepatnya menceraikanku?" tanya Karin marah, pintu dibanting keras. "Kau sudah setuju untuk bercerai setelah Lyn selesai ujian agar tak mempengaruhi nilainya. Kenapa kau mempercepatnya?"

Gurita Merah JambuWhere stories live. Discover now