-TWENTY FIVE-

30.7K 2.4K 270
                                    

Albara fokus mengendarai motor besarnya sesekali melirik kearah spion yang menampilkan wajah cantik serta bahagia gadisnya yang duduk nyaman di jok motornya, kedua tangan baby Ola melingkar sempurna di pinggang Albara dengan erat sambil menyandarkan wajahnya dibahu tegap sang tunangan. Baby Ola terus tersenyum tidak henti, sudah lama sekali ia tidak menghirup udara segar diluar dengan menaiki motor besar milik Albara.

"Bala!" Teriak baby Ola dengan suara kencang agar Albara mendengarnya.

Albara mengelus punggung tangan baby Ola dipinggangnya "Kenapa, baby? Gak usah teriak nanti tenggorokan kamu sakit, aku masih bisa denger kamu kok sayang."

"Hah?" Teriak baby Ola tidak mendengar ucapan Albara.

"Gak usah teriak sayang, aku denger kamu." Albara berucap lagi tetapi baby Ola hanya diam dengan wajah bingung "Ola gak denger, Bala."

Albara berdecak sebal sekaligus gemas dengan gadisnya, padahal ia menjawab sahutan baby Ola dengan suara kencang tapi mengapa gadisnya tidak mendengar juga?

"Ih! Suaranya dimakan angin, jadi piyik gak denger."

Setelah puas berkeliling disekitar kota Jerman, Albara memilih membawa baby Ola ke mansionnya. Mansion yang tidak kalah jauh dari mansion keluarga Alexander.

Mansion milik keluarga Addison bergaya klasik eropa yang dihuni 5 orang inti — Rio, Grace, Albara, Kevin, Jeff dengan bodyguard dan maid yang bekerja disana.

Rio selaku papa Albara memang sengaja menyuruh Kevin dan Jeff untuk tinggal bersama mereka agar mansion tidak sepi, Rio dan Grace selalu sibuk mengikuti perjalanan bisnis ditambah Albara yang tidak selalu berada di mansion karena harus selalu bersama baby Ola hampir 24 jam lamanya.

Sebelum tiba di mansion keluarga Addison, baby Ola ingin sekali mampir dikedai es cream tapi tiba/tiba kepalanya berdenyut sakit serta dadanya sesak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum tiba di mansion keluarga Addison, baby Ola ingin sekali mampir dikedai es cream tapi tiba/tiba kepalanya berdenyut sakit serta dadanya sesak. Albara tidak mengetahui apa yang disembunyikan baby Ola, gadis itu pandai memasang topengnya dengan sempurna.

Baby Ola akan terus menampilkan senyum manisnya, tawa bahagianya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ola kuat, Ola harus kuat sampai akhir, jangan lemah!" Kata-kata itu adalah kata-kata penguat baby Ola yang selalu ia ingat, dirinya tidak boleh menyusahkan orang-orang yang ada disekitarnya.

Baby Ola berjalan cepat meninggalkan Albara yang sedang berusaha menyamakan langkahnya dengan gadisnya, baby Ola tidak sabar ia sudah sangat rindu kepada mama Grace.

"Baby, jangan lari! Listen to me!"

Baby Ola tidak menghiraukan ucapan Albara membuat lelaki itu berlari kencang dan memeluk tubuh baby Ola dari belakang. Gadis itu terkikik geli, baby Ola sangat senang membuat Albara khawatir karena dirinya.

"Ih, lepasin! Piyik mau ketemu mama Grace." Rengek baby Ola sembari melepaskan tangan Albara yang melingkar di perutnya.

"Nakal!"

Baby Ola memajukan bibirnya sambil mendongak menatap rahang tegas Albara "Bisa jalannya pelan-pelan, hm? Aku khawatir sayang, jangan buat aku khawatir please..."

Baby Ola mengangguk lemah "Iya, Bala maaf."

Albara memainkan bibir baby Ola yang manyun "Kalau marah gak boleh ketemu mama."

"Kakak!!!" Pekik baby Ola kesal, Albara tertawa ngakak jika baby Ola sudah memanggil dirinya dengan sebutan 'kakak' gadis itu sudah benar-benar kesal dengannya. Albara harus berhenti.

"Iya, baby. Sorry, hm? Cium dulu."

Baby Ola menyodorkan pipinya sambil berjinjit membuat Albara segera menunduk "Biar aku aja yang gini, nanti kamu pegal."

Baby Ola tersenyum menatap wajah Albara "One or two?" Tanya baby Ola.

"Two." Jawab Albara cepat.

Baby Ola mencium kedua pipi Albara hingga terdengar suata nyaring, beberapa bodyguard dan maid yang sedari tadi menunduk sedikit mencuri-curi pandangan menatap keromantisan tuan dan nonanya.

"Ih, ngintip ya?" Celetuk baby Ola pada maid dan bodyguard, baby Ola berjalan kearah mereka diikuti Albara dibelakangnya dengan menggenggam jari telunjuk baby Ola yang kecil.

"E-eh gak kok, dek!"

Maid dan bodyguard memang memanggil baby Ola dengan sebutan 'dedek' karena baby Ola lah yang menyuruh mereka semua, gadis itu tidak mau dipanggil dengan embel-embel 'nona'.

"Bohong!"

"Beneran, dedek! Kami minta maaf." Mohon maid yang berasal dari negara Indonesia — Sumiati.

"EH, SUMIATI WEK WEK WEK WEK WEK" nyanyi baby Ola meledek nama Suamiati dengan lagu WORK — RIHANNA.

Mereka semua tertawa kencang melihat baby Ola yang bernyanyi tanpa dosa meledek Sumiati yang juga ikut tertawa ngakak sekarang. Suamiati sungguh terhibur dengan kedatangan baby Ola yang selalu meledek dirinya, ia sama sekali tidak tersinggung atau sakit hati atas ledekan baby Ola.

"Gimana suara dedek bagus gak?" Tanya baby Ola, mereka semua mengacungkan kedua ibu jari membuat baby Ola terkikik geli.

"Ayo, masuk baby!" Ucap Albara sambil menarik pelan baby Ola agar bisa memeluk pinggangnya.

"Tunggu, Bala! Ola mau minta maaf ke mbak Sumi dulu."

"Mbak Sumi, maaf ya Jangan marah."

Sumiati menggeleng cepat "Gak, dedek. Sekarang dedek masuk ya? Mau dibikinin makanan sama minuman apa? Nanti mbak bawakan."

Baby Ola mengetuk dagunya beberapa kali "Apa ya?"

Albara mencuri kecupan disudut bibir baby Ola "Tanya mommy dulu, baby. Sekarang ke kamar aku dulu aja, kamu harus istirahat."

Baby Ola berhenti diundakan tangga saat melihat kebawah dimana ada sepupunya yang tengah tertidur bersama Kevin dan Jeff disofa yang sudah diubah menjadi kasur.

Posisi mereka tertidur adalah Violet yang tertidur diatas dada Kevin serta Ersya yang memeluk kaki Jeff erat.

Baby Ola terkikik geli, ia menoleh pada Albara yang juga sedang menatap dirinya "Ih, Violet bener-bener suka sama Kevin ya?"

Albara mengangguk "Kevin juga kayaknya suka deh, baby. Cinta Violet terbalaskan tapi Ersya jadi sadgirl sejak dini, kasihan..."

Baby Ola mengangguk mengiyakan "Ersya kecil-kecil udah jadi sadgirl, kasihan..."

"Jeff cuma anggap Ersya sebagai adiknya gak lebih, tapi yang aku lihat Ersya punya ketertarikan sama Jeff, baby."

Baby Ola mengulurkan kedua tangannya meminta digendong, dengan sigap Albara segera membawa tubuh baby Ola kegendongannya "Mereka masih kecil tapi sifatnya kayak dewasa, kalau piyik umur udah dewasa tapi sifatnya kayak anak kecil kan?"

"Heh! Mulai lagi kan, aku gak suka ah."

Baby Ola terkikik geli sambil menyembunyikan wajahnya diceruk leher Albara. "Kalau bilang kayak gitu lagi, aku cium kamu sampai gak bisa nafas ya?"

Baby Ola tidak menjawab, ia malah mulai menghisap leher Albara hingga meninggalkan beberapa tanda merah disana. Sepanjang perjalanan menuju kamar Albara, baby Ola memejamkan kedua matanya merasa nyaman.

"Bobok, hm?" Tanya Albara sembari membaringkan tubuh baby Ola diranjang, baby Ola mengangguk lalu memejamkan kedua matanya.

Albara menarik selimut sebatas leher baby Ola, lalu merogoh ponselnya untuk mengabari mommy Alexa.

"Bobok dulu aja ya, baby. Nanti aku bangunin kalau makanannya udah siap. Sayang, piyik..."

AURORA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang