10. Sayang Eya!

88.4K 13.1K 6K
                                    

10. Sayang Eya!

Teya memejamkan matanya saat merasa benda yang lembut menyentuh pipinya. Tanpa disadari, Teya meremas kuat ujung baju Damarez. Entahlah perutnya terasa geli, mulutnya kelu tak berani mengeluarkan suara.

Cup....

Bunyi itu terdengar jelas ditelinganya. Apakah Damarez sengaja memberikan kecupan berbunyi? Jantung Teya berdebar kencang saat Damarez bernapas di pipinya, laki laki masih belum menjauhkan badannya.

Damarez mendekatkan dirinya, tangannya menyentuh helai rambut Teya. Ia menyampingkan anak rambut gadis itu dan menyelipkannya di belakang telinga. Teya sedikit mendongak memandangi Damarez, perempuan itu menatap luka luka diwajah laki laki itu.

"Masih sakit?" tanya Teya, tangan mungilnya terulur untuk menyentuh luka di sudut bibir laki laki itu.

Tidak ada penolakan yang Damarez lakukan saat Teya memegang wajahnya tak seperti yang ia lakukan pada Damela.

Damarez menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Teya. Laki laki itu mendekatkan wajahnya. Hal itu membuat Teya semakin memundurkan wajahnya refleks. Teya memejamkan matanya saat hembusan napas Damarez serasa membelai wajahnya.

"Kenapa tutup mata? Mau dicium lagi, hm?" bisiknya di telinga Teya.

Teya membuka matanya, gadis itu melotot saat ia tersadar jika ia dikerjai. Teya melotot galak kearah Damarez, jarak wajah mereka semakin dekat karena Teya membalikkan wajahnya kearah Damarez. Laki laki itu malah tersenyum, ia sedikit menunduk menatap Teya yang lebih pendek darinya. Damarez menaik turunkan alisnya jahil.

"Kenapa?" tanya nya lembut pada Teya yang masih terlihat galak.

"Ini kode minta dihalalin apa gimana?" tanya Damarez.

"Yahh kalo gitu gak bisa, kamu masih bayi," sambungnya.

Teya memposisikan tangannya di pinggang Damarez, siap mencubit pinggang laki laki itu. Belum sempat ia melakukanny, wajah galaknya berubah menjadi panik saat mendengar suara mobil Altarel memasuki garasi rumah.

"PAPA?!" kejutnya panik.

"Hah? Papa?!" gumam Damarez ikutan panik.

Teya mendorong dada Damarez menjauh. Gadis itu terlihat panik. "Pulang kak!" kata Teya panik.

Damarez siap siap membuka pintu, namun Teya memegangi lengan laki laki itu. "Kak jangan lewat depan dong! Bodoh banget sih!" sentak Teya sedikit berbisik.

"Yaa kemana??" Damarez ikutan panik, otaknya terasa buntu mendengar suara papa dan mama Teya dari arah luar.

"Naik kekamar aku kak!" Teya mendorong Damarez kearah tangga.

"Yang mana kamar kamu, yang manaa?" tanya Damarez menengok kearah belakang.

"Ituuu!! Yang itu cepet kesana!" Teya mendorong  tubuh Damarez.

Laki laki itu berlari kecil menuju kamar yang ditunjuk Teya tadi. Bertepatan dengan Damarez masuk kesana, pintu terbuka menampakkan Altarel dan Aeris berdiri disana. Teya membalikkan badan shock melihat papa mamanya disana.

"Heiii...kenapa belum tidur?" tanya Aeris.

"Mmmm hmmmm..." Teya melotot melihat boneka yang ada diatas sofa. Ia lupa menyembunyikan itu.

Teya memeluk Altarel dengan cepat, ia  menggerakkan badan papanya untuk membalakangi sofa agar tak melihat boneka itu.

"Eh?...kenapa nih??" tanya Altarel sambil tertawa kecil. Altarel mengelus pucuk kepala anaknya lali menciumnya.

DAMAREZ (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang