(SELESAI)☑️ Part lengkap ☑️
Dilahirkan kembar bukan berarti mempunyai nasib yang sama juga bukan?
Seperti kisah Auriga dan Agharna, saudara kembar yang terpaksa berpisah tanpa saling mengenal. Kehidupan Auriga nyaris sempurna, berbanding terbalik de...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Auriga sekarang berada di ruang keluarga. Duduk berhadapan dengan Papa dan Mas Danan. Dia ketahuan bolos kemaren karena Pak Adam menelpon Papa untuk mengabarkan kalau Auriga tidak berada di kelas. Jadinya hari ini dia disidang oleh Papa dan Mas Danan. Kenapa tidak langsung kemaren? Karena Auriga semenjak balik dari Desa Laringan hanya mengurung diri di kamar. Bahkan disuruh untuk makan malam pun dia tidak mau. Sementara Abel berada di lantai atas, duduk bersama Ivan di depan tv. Mereka memilih untuk tidak ikut campur. Adanya Papa dan Danan di bawah sudah cukup. Lagian juga Ivan dan Abel sama-sama memegang rahasia yang kalau kebongkar bakalan bisa mengancam motor kesayangan mereka.
"Adek kemaren kenapa bolos?" tanya Papa serius menatap anak bungsunya itu.
Auriga menunduk. Dia bingung mau jelasin seperti apa kepada Papa dan Danan.
"Dek, Papa nanya loh sama kamu. Kemaren adek gak masuk kelas, padahal Papa sudah anterin kamu ke depan sekolah."
Auriga hanya menunduk.
"Auriga jawab pertanyaan Papa." Danan berucap tegas yang membuat Auriga mengangkat wajahnya dan menatap Papa beserta Danan bergantian.
"Adek minta maaf," ucap Auriga pelan dengan ekspresi sedih. Dia memilih minta maaf karena dia tau sudah membuat Papa kecewa sama dia, dan dia sadar tindakannya untuk bolos kemaren itu bukanlah hal yang benar. Dia bisa saja pergi setelah jam pelajaran selesai.
"Adek tau bolos itu gak benar?"
Auriga mengangguk.
"Terus kemaren kenapa dilakuin?" tanya Papa.
"Adek gak berpikir panjang kemaren, maafin adek Pa."
"Adek marah sama Papa? Kemaren kan bisa bilang ke Papa kalau kamu gak mau masuk kelas. Kalau kamu bilang, Papa pasti izinin kamu untuk istirahat di rumah. Jangan bohongi Papa dengan bolos kayak kemaren, kan udah janji sama Papa buat gak bolos lagi. Papa tau kamu sedih karena ucapan Mama dua hari yang lalu, tapi bukan berarti Papa memaklumi tindakan kamu untuk bolos sekolah."
Danan juga ikut menasehati adiknya itu. Auriga hanya menunduk, bahkan sanksi rasanya Auriga mendengarkan semua ucapan Papa dan juga Danan. Mungkin kalimat-kalimat itu hanya masuk ke telinga kanan dan kembali memantul keluar.
"Potong aja uang saku nya Pa, biar gak bisa kemana-mana." Danan memberikan saran hukuman buat Auriga.
Auriga hanya menghela napasnya pasrah. Papa menatap Auriga yang hanya diam, tidak seperti biasanya. Biasanya kalau dimarahi atau diberi hukuman, Auriga bakalan mengeluarkan 1001 alasan untuk mengelak. Sekarang Auriga malah tampak pasrah, dan juga ekspresi sedih Auriga tidak luput dari pandangan Papa.
"Adek mau uang sakunya dipotong?" tanya Papa.
"Potong aja," jawab Auriga pelan dan pasrah. Papa makin curiga sama anaknya itu. Danan bahkan melotot tak percaya, semudah itu? Biasanya hal ini akan membuat perdebatan panjang.