32. Serpihan Setangkai Bakung

30.9K 5.1K 10.2K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat Membaca


"Bagaimana mungkin anda mengatakan hal seperti itu?" 

Pria itu, Sang Panglima Perang, hanya memandang ke bawah saat kekasihnya menuntut jawaban, menuntut penjelasan yang gamblang darinya. Tapi bahkan dia sungguh hanya bisa menatap bebatuan sungai dengan mata sendu, mendengarkan Sang terkasih menangis. 

"Apa itu yang anda katakan sebagai tanggung jawab?" Son Je Ha mengepalkan sepasang tangannya.

Terdengarlah hembusan napas pasrah dari Si Putra Naga. "Aku melakukan ini untukmu, Je Ha-ya, untuk... anak kita. Menikahlah dirimu dengan Pangeran Wang Jae, dan anak itu akan hidup bersamaku."

"Aku tidak menyetujui ini," mata perempuan itu memerah. 

"Je Ha-ya, ini untuk kebaikan kalian berdua. Anak itu adalah darah dagingku, bukan Pangeran Wang Jae, dia tidak bisa hidup di istana sebagai seorang Pangeran karena dia tidak memiliki darah kerajaan." 

"JIKA BEGITU MENGAPA KAU MENYURUHKU MENIKAH DENGAN WANG JAE?! MENGAPA BUKAN KAU SAJA! MENGAPA BUKAN KAU DAN KITA PERGI DARI SINI!!!"

Son Je Ha membanting cuciannya, dia menangis dengan keras, menangis hingga wajahnya memerah padam. Bahunya naik turun karena ia terisak dengan hebat, hingga dadanya pun terasa sesak. 

"Son Je Ha..."

Je No nyaris menangis, ia raih tangan perempuan itu dengan wajah sedihnya. 

"Ini adalah anakku, dan kalian bahkan sama sekali tidak membicarakan masalah sebesar ini denganku," isaknya, "bagaimana mungkin... kalian berdua memperlakukanku seperti barang." 

Hwang Je No menarik napas panjang-panjang, "sungguhlah bukan itu yang terjadi sesungguhnya, Son Je Ha. Ku mohon jangan hanya melihatnya dari satu sisi..."

"Dilihat dari sisi mana pun yang kalian lakukan salah besar!! Kalian sama sekali tidak berhak memisahkan anak ini dariku! Bahkan kau! Ayahnya sendiri!!" 

"Ini untuk kebaikanmu, kebaikan anak kita, Je Ha-ya! Ku mohon mengertilah!!"

Hwang Je No merasa cukup penat. Batinnya terasa sangat lelah, kepalanya ingin meledak, dan melihat pujaan hatinya menangis seperti ini membuat hatinya semakin tersayat. 

"Berhenti!! Berhenti!!!" 

Perempuan gisaeng itu berteriak histeris, Hwang Je No langsung menutup mulutnya, tersadar jika dirinya baru saja melontarkan nada tinggi. 

"Ku mohon pergilah, Panglima Hwang. Pergi saja jika pada akhirnya hanya ini yang anda katakan padaku, sungguh aku tidak membutuhkanmu jika seperti ini, aku bisa mengurus anakku sendiri."

Kalimat itu seperti menghujamnya dengan telak, Hwang Je No nyaris menjatuhkan Naga Emasnya ketika Son Je Ha menatapnya dengan penuh kekecewaan. 

"Je Ha-ya..."

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang