_ALFAREZI KAVINDRA📍06_

Bắt đầu từ đầu
                                    

Bugh

Bugh

Dua sekaligus yang diberikan oleh Indra papanya. Alfa memejamkan mata, menahan rasa nyeri pada kedua rahangnya. Saat membuka mata tiba tiba darah mengalir dari hidungnya membuat dirinya terburu buru masuk kamar tanpa memperdulikan ucapan papanya.

"Dasar anak pembawa sial, gitu aja mimisan. Cihh... Lemah"ucap Indra berdecih.

Alfa membuka pintu lalu menutupnya kembali. Ia merosot terduduk. Menghapus darah dari hidungnya yang masih mengalir. Dadanya sesak. Air matanya ikut terjatuh.

"Gue mau mati," ucapnya memegangi dadanya dengan menatap langit-langit kamarnya.

"Jemput Alfa bunda, Alfa cape."

"Alfa pengen sama bunda aja. Alfa tersiksa disini bunda, papa sama Abang gak suka sama Alfa."lanjutnya sebelum kesadarannya menghilang.

Tangannya meraba kepala yang merasa berat dan pusing. Darah di hidungnya sudah berhenti. Dadanya tetap terasa sesak. Menatap alroji yang melingkar di tangannya. Pukul 8 malam. Selama itu kah ia pingsan tadi.

Berjalan tertatih menuju meja belajar. Mengambil obat pereda nyeri yang ia konsumsi selama ini. Setelah meminum obat itu. Ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ia turun dengan badan yang sudah segar, meski memar di rahangnya masih terlihat membiru. Berjalan menuju dapur, disana ada Bi Atin. Bibi rumahnya yang perhatian kepadanya sejak kecil.

"Den makan dulu,"ucap bi Atin.

Alfa mengangguk. Menatap dimana papa dan Abangnya tertawa bersama. Ia ingin seperti itu. Tapi baginya sangat mustahil dan gak akan pernah terjadi.

"Udah den makan dulu, gak usah dipikirin."ucap bi Atin membuat Alfa menatap seorang paru baya yang tidak terlalu tua dihadapannya. Ia sudah menganggap Bi Atin sebagai ibunya.

Sedari kecil. Bi Atin yang merawat dirinya hingga sampai sekarang. Namun Bi Atin tidak tau soal penyakitnya. Ia sangat menyayangi seperti anak sayang kepada ibunya.

Alfa makan dimeja makan dengan hening. Hanya denting sendok yang terdengar. Bi Atin sendiri merasa iba melihat Alfa tuan mudanya yang disisihkan oleh papa kandungnya sendiri semenjak kepergian Zahra, nyonyanya.

"Kenapa Lo liat liat,"ucap Dehaan, Abangnya.

Alfa hanya acuh. Berjalan menuju kamarnya. Belum sempat menaiki tangga teriakan papanya membuat dirinya berhenti dan berbalik.

"DITANYA JAWAB. MAU JADI APA KAMU DITANYA DIEM. BISU!"

"Anak papa tuh,"ucap Dehaan tersenyum miring menatap Alfa.

"Dia bukan anak papa. Anak papa cuman kamu,"ucap Indra mengelus puncak kepala Dehaan.

Bagai di tancap belati. Sakit rasanya tidak diakui oleh papanya sendiri. Seburuk itu kah dirinya bagi papanya? Sering hal itu membuat pikiran Alfa menjadi stres.

Datar. Wajahnya sudah mati. Tak ada senyum, tak ada tawa. Hanya datar tanpa ekspresi. "Kalo Alfa bukan anak anda, lantas saya anak siapa?"

"Lo itu anak pembawa sial! Gara gara Lo lahir, mama jadi meninggal. Dan gue benci Lo!"sahut Dehaan dengan nada meninggi.

"Gue juga gak mau bunda pergi,"ucapnya tenang.

ALFAREZI KAVINDRA (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ