7

18.2K 2.1K 23
                                    

"Mas, tunggu!" teriak Ana mencegah Yuda yang akan membuka pintu mobil. Membenarkan letak pasminanya, Ana memutar sedikit badannya agar bisa melihat Yuda lebih jelas.

"Ada apa?"

"Aku masih penasaran! Dan aku ngga mau tidur dalam keadaan penasaran! Jadi, Arjuna menikah denganku karena disuruh kakek?" tanya Ana. Pandangan wanita itu menyipit.

Bisa dibilang posisi Yuda lebih tinggi darinya, tapi sikap ramah laki-laki itu menyebabkan para pekerja tak sungkan mengajak bicara bahkan bercanda. Termasuk Ana. Walaupun hubungan mereka tak bisa dikatakan dekat.

"Aku ngga tau," jawab Yuda dengan tenang. Ciri khas sifat pria itu.

"Aku kok masih curiga, ya?"

"Jangan mikir aneh-aneh!"

Baru saja Ana akan membantah ucapan Yuda, suara jendela yang diketuk dengan keras membuat keduanya kaget. Sampai-sampai kompak menoleh ke arah yang sama.

"Mau sampai kapan kalian di sana?" Arjuna memandang sinis kedua orang yang berada di dalam mobil itu. Sebenarnya dia tidak terlalu peduli, hanya saja apa kata orang kalau istrinya berduaan dengan pria lain. Harga dirinya sebagai suami bisa langsung jatuh.

"Ini mau markir mobil, Mas," jawab Mas Yuda. Memandang ke arah Ana, dia mengangguk pelan sebagai salam perpisahan.

Ana menatap polos pria yang masih belum beranjak itu. Arjuna terlihat marah, mengingat kulit putih pria itu sudah merah. Bahkan pandangan pria itu begitu tajam, seolah ingin membakar Ana dengan tatap itu.

Sampai kemudian terdengar Arjuna berdecak kesal, sebelum pergi begitu saja. Lah, kenapa lagi suaminya? Apa mungkin pria itu bertengkar dengan Rena karena masalah tadi? Lantas melampiaskan padanya?

"Cepat keluar, aku mau markir mobil."

Ana mencebik mendengar nada perintah itu. Ya, Yuda memang bukan tipe orang yang suka basa basi. Namun, meski begitu pria berkulit coklat itu orang yang baik.

Ya, meski tidak bisa dikatakan hubungan Yuda dan para pekerja dekat. Karena memang pria itu lebih sibuk mengurus hotel keluarga Barata. Namun, ketika pria itu baru saja pulang dari luar kota untuk memantau cabang hotel. Yuda tidak pernah lupa membawakan oleh-oleh untuk para pekerja di sini.

"Perasaan statusku sudah berubah menjadi majikan."

Alih-alih marah atau sungkan. Pria yang hari menggunakan kemeja hitam itu tertawa kecil. "Oke, Non. Jadi tolong sekarang Non Ana keluar sebelum Mas Arjuna balik lagi."

"Aku ngga nyangka Mas Yuda bisa melawak. Aku kira Mas orangnya serius. Biasanya kalau diajak bercanda cuma senyum."

"Baru tau? Kalau iya coba tanya pekerja yang lain biar kamu tau seberapa lucunya saya."

Tanpa sungkan Ana memutar bola matanya, menyadari Yuda mengucapkan kalimatnya tadi. "Ngomong-ngomong kenapa Mas manggil Arjuna Mas? 'Kan Mas Yuda lebih tua."

Tahu darimana Ana kalau pria berkulit coklat itu berusia lebih tua dari suaminya? Tentu saja dari Mirna. Temannya itu seperti presenter berita gosip, yang mengetahui apapun kabar dalam kediaman Wijaya.

"Dia itu suami kamu. Dan seperti kamu. Dia itu majikan."

"Iya juga sih," lirih Ana yang tidak terdengar Yuda.

Setelahnya Yuda memaksa wanita cantik itu segera keluar, yang dibalas dengkusan kesal Ana, hal yang kembali berhasil memancing tawa Yuda.

***

Ana melirik sekilas pada Arjuna yang tampak sibuk karena sejak dia membuka pintu kamar, pria itu tidak mengalihkan pandangan pada layar ponselnya. Bahkan keningnya berkerut-kerut seolah tengah memikirkan hal yang berat.

DINIKAHI MAJIKAN ✓  [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang